IMOBILITAS DAN INTOLERANSI AKTIVITAS PADA LANSIA
GANGGUAN
MOBILITAS FISIK
Definisi
Sutau keadaan keterbatasan kemampuan
pergerakan fisik secara mandiri yang dialami seseorang
Batasan karakteristik
- Ketidakmampuan untuk bergerak dengan tujuan di dalam lingkungan,
termasuk mobilitas di tempat tidur, berpindah dan ambulasi
- Keengganan untuk melakukan pergerakan
- Keterbatasan rentang gerak
- Penurunan kekuatan, pengendalian, atau masa otot
- Mengalami pembatasan pergerakan, termasuk
protocol-protokol mekanis dan medis
- Gangguan koordinasi
Faktor-faktor yang berhubungan
- Intoleransi aktivitas
- Penurunan kekuatan dan ketahanan
- Nyeri dan rasa tidak nyaman
- Gangguan persepsi atau kognitif
- Gangguan neuromuskuler
- Depresi
- Ansietas berat
INTOLERANSI
AKTIVITAS
Definisi
Suatu keadaan ketidakcukupan energi secara
fisiologis atau psikologis pada seseorang untuk bertahan aau
menyelesaikan aktivitas sehri-hari yang dibutuhkan atau diinginkan.
Batasan karakteristik
- Secara verbal melaporkan keletihan atau kelemahan
- denyut jantung atau tekanan darah yang tidak normal
terhadap aktivitas
- Rasa tidak nyaman dispneu setelah beraktivitas
- Perubahan elektrokardiogravis yang menunjukkan adanya
disritmia atau iskemia
Faktor-faktor yang berhubungan
- Tirah baring dan imobilitas
- Kelemahan secara umum
- Gaya hidup yang kurang gerak
- Ketidakseimbanag antara suplai oksigen dan kebutuhan
Faktor-faktor Internal
Berbagai factor internal dalam
imobilisasi tubuh atau bagian tubuh antara lain;
- Penurunan fungsimuskuloskeletal
- Perubahan fungsi neurologist
- Nyeri
- Defisit perceptual
- Berkurangnya kemampuan kognitif
- Jatuh
- Perubahan hubungan social
- Aspek psikologis
Faktor-faktor eksternal
Factor tersebut termasuk;
- Program terapeutik
- Karakteristik penghuni institusi
- Karakteristik staf
- Sistem pemberian asuhan keperawatan
- Hambatan-hambatan
- Kebijakan-kebijakan institusi
Dampak masalah pada lansia
MANIFESTSI KLINIS
Dampak fisiologis dari imobilitas
dan ketidak efektifan
Efek
|
Hasil
|
|
|
PENATALAKSANAAN
- Pencegahan primer
- Hambatan terhadap latihan
a. Bahaya-bahaya interpersonal termasuk
isolasi social yang terjadi ketika teman-teman dan keluarga telah meninggal,
perilaku gaya hidup tertentu (misalnya merokok dan kebiasaan diet yang buruk)
depresi gangguan tidur, kurangnya transportasi dan kurangnya dukungan.
b. Hambatan lingkungan termasuk
kurangnya tempat yang aman untuk latihan dan kondisi iklim yang tidak
mendukung.
- Pengembangan program latihan
Program latihan yang sukses sangat
individual, diseimbangkan, dan mengalami peningkatan. Program tersebut disusun
untuk memberikn kesempatan pada klien untuk mengembangkan suatu kebiasaan yang
teratur dalam melakukan bentuk aktif dari rekreasi santai yang dapat memberikan
efek latihan.
Ketika klien telah memiliki evaluasi
fisik secara seksama, pengkajian tentang factor-faktor pengganggu berikut ini
akan membantu untuk memastikan keterikatan dan meningkatkan pengalaman;
-
Aktivitas saat ini dan respon fisiologis denyut nadi sebelum, selama dan setelah
aktivitas diberikan)
-
Kecenderungan alami (predisposisi atau penngkatan kearah latihan khusus)
-
Kesulitan yang dirasakan
-
Tujuan dan pentingnya latihan yang dirasakan
-
Efisiensi latihan untuk diri sendiri (derajat keyakinan bahwa seseorang akan
berhasil)
- Keamanan
Ketika program latihan spesifik
telah diformulasikan dan diterima oleh klien, instruksi tentang latihan yang
aman harus dilakukan. Mengajarkan klien untuk mengenali tanda-tanda intoleransi
atau latihan yang terlalu keras sama pentingnya dengan memilih aktivitas yang
tepat.
2.
Pencegahan
Sekunder
Spiral menurun yang terjadi akibat
aksaserbasi akut dari imobilitas dapat dkurangi atau dicegah dengan intervensi
keperawatan. Keberhasilan intervensi berasal dri suatu pengertian tentang
berbagai factor yang menyebabkan atau turut berperan terhadap imobilitas dan
penuaan. Pencegahan sekunder memfokuskan pada pemeliharaan fungsi dan
pencegahan komplikasi. Diagnosis keperawaqtan dihubungkan dengan poencegahan
sekunder adalah gangguan mobilitas fisik
PENGKAJIAN
- Kemunduran musculoskeletal
Indikator primer dari keparahan
imobilitas pada system musculoskeletal adalah penurunan tonus, kekuatan, ukuran, dan ketahanan otot;
rentang gerak sendi; dan kekuatan skeletal. Pengkajian fungsi secara
periodik dapat digunakan untuk memantau perubahan dan keefektifan intervensi.
- Kemunduran kardiovaskuler
Intoleransi ortostatik dapat menunjukkan suatu gerakan
untuk berdiri tegak seperti gejala peningkatan denyut jantung, penurunan tekanan
darah, pucat, tremor tangan, berkeringat, kesulitandalam mengikuti perintah dan
sinkop
- Kemunduran Respirasi
Indikasi kemunduran respirasi
dibuktikan dari tanda dan gejala atelektasis dan pneumonia. Tanda-tanda awal meliputi peningkatan
temperature dan denyut jantung. Perubahan-perubahan dalam pergerakan dada,
perkusi, bunyi napas, dan gas arteri mengindikasikan adanaya perluasan dan
beratnya kondisi yang terjadi.
- Perubahan-perubahan integument
Indikator cedera iskemia terhadap jaringan yang
pertama adalah reaksi inflamasi. Perubahan awal terlihat pada permukaan kulit
sebagai daerah eritema yang tidak teratur dan didefinisikan sangat buruk di
atas tonjolan tulang yang tidak hilang dalam waktu 3 menit setelah tekanan
dihilangkan
- Perubahan-perubahan fungsi urinaria
Bukti dari perubahan-perubahan
fungsi urinaria termasuk tanda-tanda fisik berupa berkemih sedikit dan sering, distensi abdomen bagian
bawah, dan batas kandung kemih yang dapat diraba. Gejala-gejala
kesulitan miksi termasuk pernyataan ketidakmampuan untuk berkemih dan tekanan
atau nyeri pada abdomen bagian bawah
- Perubahan-perubahan
Gastrointestinal
Sensasi subjektif dari konstipasi
termasuk rasa tidak nyaman pada abdomen bagian bawah, rasa penuh, tekanan. Pengosonganh rectum yang tidak
sempurna, anoreksia, mual gelisah, depresi mental, iritabilitas, kelemahan, dan
sakit kepala.
- Faktor-faktor lingkungan
Lingkungan tempat tinggal klien
memberikan bukti untuk intervensi. Di dalam rumah, kamar mandi tanpa pegangan,
karpet yang lepas, penerangan yang tidak adekuat, tangga yang tinggi, lantai
licin, dan tempat duduk toilet yang rendah dapat menurunkan mobilitas klien.
Hambatan-hambatan institusional terhadap mobilitas termasuk jalan koridor yang
terhalang, tempat tidudan posisi yang tinggi, dan cairan pada lantai.
Identifikasi dan penghilangan hambatan-hambatan yang potensial dapat
meningkatakan mobilitas
PENATALAKSANAAN TERAPEUTIK
Pengobatan terapeutik ditujukan
kearah perawatan penyakit atau kesakitan yang dihasilkan atau yang turut
berperan terhadap masalah imobilitis dan penanganan konsekuensi aktual atau
potensial dari imobilitas. Contoh-contoh pendekatan terhadap penanganan
imobilitas meliputi terapi fisik untuk mempertahankan mobilitas dan kekuatan
otot, kompresi pneumatik intermiten dan kekuatan otot, kompresi pneumatik
intermiten atau stoking kompresi gradien untuk meningkatkan aliran darah vena
dan mencegah tromboembolisme, spirometri insesif untuk hiperinflasi alveoli,
dan tirah baring, kecuali untuk eliminasi
INTERVENSI
Limatujuan mengarahkan intervensi
keperawatan untuk mencegah atau meniadakan sekuelafisiologis dari imobilitas.
Tujuan pertama meliputi
a. pemeliharaan kekuatan dan ketahanan
sistem muskuloskeletal, yang termasuk pengondisian program latihan harian baik
kontraksi otot isometrik dan isotonik, aktivitas penguatan aerobik, nutrisi
untuk meningkatkan anabolisme protein dan pembentukan tulang, dan sikap komitmen
terhadap latihan.
b. pemeliharaan fleksibilitas sendi yan
terlibat dalam latihan rentang gerak, posisi yang tepat, dan aktivitas
kehidupan sehari-hari.
c. pemeliharaan ventilasi yang normal
meliputi hiperinflasi dan mobilisasi serta menghilangkan sekresi.
d. pemeliharaan sirkulasi yang adekuat
meliputi tindakan-tindakan pendukung untuk mempertahankan tonus vaskuler
(termasuk mengubah posisi dalam hubungannya dengan gravitasi), stoking kompresi
untuk memberikan tekanan eksternal pada tungkai, dan asupan cairan yang adekuat
untuk mencegah efek dehidrasi pada volume darah. Pergerakan aktif memengaruhi
toleransi ortostatik.
e. pemeliharaan fungsi urinaria dan
usus yang normal bergantung pada dukungan nutrisi dan struktur lingkungan serta
rutinitas-rutinitas untuk memfasilitasi eliminasi. Pembahasan tentang
intervensi disajikan di sini.
KONTRAKSI OTOT ISOMETRIK
Kontraksi otot isometrik meningkatkan
tegangan otot tanpa mengubah panjang otot yang menggerakkan sendi.
Kontraksi-kontraksi ini digunakan untuk mempertahankan kekuatan otot dan
mobilitas dalam keadaan berdiri (misalnya otot-otot kuadrisep, abdominal dan
gluteal) dan untuk memberikan tekanan pada tulang bagi orang-orang dengan dan
tanpa penyakit kardiovaskuler. Kontraksi isometrik dilakukan dengan cara
bergantian mengencangkan dan merelaksasikan kelompok otot.
KONTRAKSI OTOT ISOTONIK
Kontraksi otot yang berlawanan atau
isotnik berguna untk mempertahankan kekuatan otot-otot dan tulang. Kontraksi
ini mengubah panjang otot tanpa mengubah tegangan. Karena otot-otot memendek
dan memanjang, kerja dapat dicapai. Kontraksi isotonik dapat dicapai pada saat
berada di tempat tidur, dengan tungkai menggantung di sisi tempat tidur, atau
pada saat duduk di kursi dengan cara mendorong atau menarik suatu objek yang
tidak dapat bergerak. Ketika tangan atau kaki dilatih baik otot-otot fleksor
dan ekstensor harus dilibatkan.
LATIHAN KEKUATAN
Aktivitas penguatan adalah latihan
pertahanan yang progresif. Kekuatan otot harus menghasilkan peningkatan setelah
beberapa waktu. Latihan angkat berat dengan meningkatkan pengulangan dan berat
adalah aktivitas pengondisian kekuatan. Latihan ini meningkatkan kekuatan dan
massa otot serta mencegah kehilangan densitas tulang dan kandungan mineral
total dalam tubuh.
LATIHAN AEROBIK
Latihan aerobik adalah aktivitas
yang menghasilkan peningkatan denyut jantung 60 sampai 90% dari denyut jantung
maksimal dihitung dengan (220-usia seseorang) x 0,7
Aktivitas aerobik yang dipilih harus
menggunakan kelompok otot besar dan harus kontinu, berirama, dan dapat
dinikmati. Contohnya termasuk berjalan, berenang, bersepeda, dan berdansa.
SIKAP
Variabel utama yang dapat mengganggu
keberhasilan intervensi pada individu yang mengalami imobilisasi adalah sikap
perawat dan klien tentang pentingnya latihan dan aktivitas dalam rutinitas
sehari-hari. Sikap perawat tidak hanya memengaruhi komitmen untuk memasukkan
latihan sebagai komponen rutin sehari-hariyang berkelanjutan, tetapi juga
integrasi aktif dari latihan sebagai intervensi bagi lansia di berbagai
lingkungan; komunitas, rumah sakit, dan fasilitas jangka panjang. Demikian pula
halnya sikap klien dapat mempengaruhi kualitas dan kuantitas latihan.
LATIHAN RENTANG GERAK
Latihan rentang gerak aktif dan
pasif memberikan keuntungan-keuntungan yang berbeda. Latihan aktif membantu
mempertahankan fleksibilitas sendi dan kekuatan otot serta meningkatkan
penampilan kognitif. Sebaliknya, gerakan pasif, yaitu menggerakkan sendi
seseorang melalui rentang geraknya oleh orang lain, hanya membantu
mempertahankan fleksibilitas.
MENGATUR POSISI
Mengatur posisi juga digunakan untuk
meningkatkan tekanan darah balk vena. Jika seseorang diposisikan dengan tungkai
tergantung, pengumpulan dan penurunan tekanan darah balik vena akan terjadi.
Posisi duduk di kursi secara normal dengan tungkai tergantung secara potensial
berbahaya untuk seseorang yang beresiko mengalami pengembangan trombosis vena.
Mengatur posisi tungkai dengan ketergantungan minimal (misalnya meninggikan
tungkai diatas dudukan kaki) mencegah pengumpulan darah pada ekstremitas bawah.
RENCANA PERAWATAN
Rencana asuhan keperawatan untuk
imobilitas betujuan mempertahankan kemampuan dan fungsi, serta mencegah
gangguan.
Diagnosa keperawatan; Gangguan
mobilitas fisik yang berhubungan dengan intoleransi aktivitas, resiko tinggi
sindrom dissue
Hasil
yang diharapkan
|
Intervensi
keperawatan
|
Klien mampertahankan kekuatan dan
ketahanan sistem muskuloskeletal dan fleksibilitas sendi-sendi
|
|
DOKUMENTASI YANG ESENSIAL
Dokumentasi untuk setiap sistem
meliputi hal-hal berikut;
- Untuk muskuloskeletal ; kekuatan otot, ukuran, tonus,
dan ketahanan; mobilitas sendi, termasuk rentang gerak sendi dan
pengkajian fungsional mengenai kemampuan; penggunaan dan penyalahgunaan
alat bantu; masalah-masalah mobilitas; dan adanya nyeri
- Untuk Kardiovaskular; perubahan ortostatik dalam
tekanan darah dan denyut nadi
- Untuk respirasi; pengkajian paru
- Untuk Integumen; karakteristik kulit diatas tonjolan
tulang
- Untuk urinaria; frekuensi dan jumlah berkemih
- Untuk gastrointestinal; karakter dan pola feses dan
alat bantu yang biasa digunakan untuk memfasilitasi eliminasi.
3.
Pencegahan
tersier
Upaya-upaya rehabilitasi untuk
memaksimalkan mobilitas bagi lansia melibatkan upaya multidisiplin yang terdiri
dari perawat, dokter, ahli fisioterapi, dan terapi okupasi, seorang ahli gizi,
aktivitas sosial, dan keluarga serta teman-teman
DAFTAR
PUSTAKA
Stanley, Mickey. Beare, Patricia. Buku
Ajar Keperawaan Gerontik ed. 2
Jakarta EGC ; 2006
0 komentar:
Posting Komentar