Sabtu, 06 Desember 2014

ASUHAN KEPERAWATAN ILEUS

Diposting oleh Unknown di 02.10


ASUHAN KEPERAWATAN ILEUS

1.      PENGERTIAN
Ileus adalah gangguan aliran normal isi usus sepanjang saluran usus. Obstruksi usus bisa akut dengan kronik , partial atau total. Obstruksi usus biasanya mengenai kolon sebagai akibat karsinoma dan perkembangannya lambat. Sebagian dasar dari obstruksi justru mengenai usus halus. Obstruksi total usus halus merupakan keadaan gawat yang memerlukan diagnosis dini dan tindakan pembedahan darurat bila pasien ingin tetap hidup. Ada 2 tipe obstruksi yaitu :
A.    Mekanis ( ileus obstruktif )
Suatu penyebab fisik menyumbat usus halus dan tidak dapat diatasi oleh peristaltik. Ileus obstruktif ini bisa akut seperti pada hernia stragulata atau kronis akibat karsinoma yang melingkari. Misalnya intusepsi, tumor polipoid, dan neoplasma stenosis, obstruksi batu empedu, striktura, perlengketan, hernia, dan abses.
B.     Neorogenik/partial ( ileus paralitik)
Obstruksi yang terjadi karena suplai saraf otonom mengalami paralisis dan peristaltik usus terhenti sehingga tidak mampu mendorong isi sepanjang usus. Contohnya : amiloidosis, distropi otot, gangguan endokrin seperti diabetes mellitus, atau gangguan neurologis seperti Parkinson.


2.      ETIOLOGI
Adapun penyebab dari obstruksi usus dibagi menjadi dua bagian menurut jenis obstruksi usus, yaitu:
1. Mekanis       : Terjadi obstruksi intramunal atau obstruksi munal dari tekanan pada    usus, contohnya adalah intrasusepsi, tumor dan neoplasma, stenosis, striktur, perlekatan, hernia dan abses.
2. Fungsional : Muskulator usus tidak mampu mendorong isi sepanjang usus (Brunner and Suddarth).


3.      TANDA DAN GEJALA
A.     Obstruksi usus halus
Gejala awal biasanya berupa nyeri abdomen bagian tengah seperti kram yang cenderung bertambah berat sejalan dengan jalannya obstruksi dan bersifat hilang tumpul. Pasien dapat mengeluarkan darah dan mukus.
B.       Obstruksi usus besar
Nyeri perut yang bersifat kolik dalam kualitas yang sama dengan obstruksi pada usus halus tetapi intensitasnya jauh lebih rendah. Muntah muncul bila katup ileosekal kompeten. Pada pasien dengan obstruksi disigmoid dan rektum, konstipasi dapat menjadi gejala satu-satunya selama beberapa hari. Akhirnya abdomen menjadi sangat distensi, loop dari usus besar menjadi dapat dilihat dari luar melalui dinding abdomen, dan pasien menderita kram akibat nyeri abdomen bawah.

4.      PATOFISIOLOGI
Peristiwa patofisiologik yang terjadi setelah obstruksi usus adalah sama, tanpa memandang apakah obtruksi tersebut diakibatkan oleh penyebab mekanik atau fungsional. Perbedaan utamanya pada obstruksi paralitik dimana peristaltik dihambat dari permulaan, sedangkan pada obstruksi mekanis peristaltik mula-mula diperkuat, kemudian intermitten, dan akhirnya hilang. 
Lumen usus yang tersumbat secara progresif akan teregang oleh cairan dan gas (70 % dari gas yang ditelan) akibat peningkatan tekanan intra lumen, yang menurunkan pengaliran air dan natrium dari lumen usus ke darah. Oleh karena sekitar 8 liter cairan disekresi kedalam saluran cerna setiap hari, tidak adanya absorbsi dapat mengakibatkan penimbunan intra lumen yang cepat. Muntah dan penyedotan usus setelah pengobatan dimulai merupakan sumber kehilangan utama cairan dan elektrolit. Pengaruh atas kehilangan cairan dan elektrolit adalah penciutan ruang cairan ekstra sel yang mengakibatkan hemokonsentrasi, hipovolemia, insufisiensi ginjal, syok-hipotensi, pengurangan curah jantung, penurunan perfusi jaringan, asidosis metabolik dan kematian bila tidak dikoreksi. 
Peregangan usus yang terus menerus menyebabkan lingkaran setan penurunan absorbsi cairan dan peningkatan sekresi cairan kedalam usus. Efek lokal peregangan usus adalah iskemia akibat distensi dan peningkatan permeabilitas akibat nekrosis, disertai absorbsi toksin-toksin/bakteri kedalam rongga peritonium dan sirkulasi sistemik. Pengaruh sistemik dari distensi yang mencolok adalah elevasi diafragma dengan akibat terbatasnya ventilasi dan berikutnya timbul atelektasis. Aliran balik vena melalui vena kava inferior juga dapat terganggu. Segera setelah terjadinya gangguan aliran balik vena yang nyata, usus menjadi sangat terbendung, dan darah mulai menyusup kedalam lumen usus. Darah yang hilang dapat mencapai kadar yang cukup berarti bila segmen usus yang terlibat cukup panjang. 


5.      PENATALAKSANAAN BEDAH DAN MEDIS
Dasar pengobatan obstruksi usus adalah koreksi keseimbangan cairan dan elektrolit, menghilangkan peregangan dan muntah dengan intubasi dan kompresi, memperbaiki peritonitis dan syok bila ada, serta menghilangkan obstruksi untuk memperbaiki kelangsungan dan fungsi usus kembali normal.
1.      Obstruksi Usus Halus
      Dekompresi pada usus melalui selang usus halus atau nasogastrik bermamfaat dalam mayoritas kasus obstruksi usus halus.Apabila usus tersumbat secara lengkap, maka strangulasi yang terjadi memerlukan tindakan pembedahan, sebelum pembedahan, terapi intra vena diperlukan untuk mengganti kehilangan cairan dan elektrolit (natrium, klorida dan kalium).
Tindakan pembedahan terhadap obstruksi usus halus tergantung penyebab obstruksi. Penyebab paling umum dari obstruksi seperti hernia dan perlengketan. Tindakan pembedahannya adalah herniotomi.
2.      Obstruksi Usus Besar
Apabila obstruksi relatif tinggi dalam kolon, kolonoskopi dapat dilakukan untuk membuka lilitan dan dekompresi usus. Sekostomi, pembukaan secara bedah yang dibuat pasa sekum, dapat dilakukan pada pasien yang berisiko buruk terhadap pembedahan dan sangat memerlukan pengangkatan obstruksi. Tindakan lain yang biasa dilakukan adalah reseksi bedah utntuk mengangkat lesi penyebab obstruksi. Kolostomi sementara dan permanen mungkin diperlukan.

6.      KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
1. Data Fokus  Pengkajian
    a. Anamnesa
Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan upaya untuk pengumpulan data secara lengkap dan sistematis mulai dari pengumpulan data, identitas dan evaluasi status kesehatan pasien. (Nursalam, 2001).
1. Biodata pasien yang penting meliputi nama, umur, jenis kelamin, suku bangsa, pekerjaan, pendidikan, alamat, tanggal MRS, diagnosa medis, no. register.
2. Riwayat kesehatan
a. Keluhan utama .
Keluhan utama adalah keluhan yang dirasakan pasien pada saat dikaji. Pada umumnya akan ditemukan pasien merasakan nyeri pada abdomennya biasanya terus menerus, demam, nyeri tekan lepas, abdomen tegang dan kaku.
b. Riwayat kesehatan sekarang
Mengungkapkan hal-hal yang menyebabkan pasien mencari pertolongan, dikaji  dengan menggunakan pendekatan PQRST :
P  : Apa yang menyebabkan timbulnya keluhan.
Q : Bagaiman keluhan dirasakan oleh pasien, apakah hilang, timbul atau terus- menerus.
R  : Di daerah mana gejala dirasakan
S    : Seberapa keparahan yang dirasakan pasien dengan memakai skala numeric 1 s/d 10.
T  : Kapan keluhan timbul, sekaligus factor yang memperberat dan memperingan keluhan.

c. Riwayat kesehatan masa lalu
Perlu dikaji apakah pasien pernah menderita penyakit yang sama, riwayat ketergantungan terhadap makanan/minuman, zat dan obat-obatan.


d.  Riwayat kesehatan keluarga
Apakah ada anggota keluarga yang mempunyai penyakit yang sama dengan pasien.

b. Pemeriksan fisik
·         Keadaan umum : keadaan sakit px, tingkat kesadaran, dan tanda-tanda vital
·         Kepala : adakah benjolan, kerontokan rambut, ada luka atau tidak, dan kebersihan terjaga / tidak
·         Muka : apa bentuk simetris / tidak ada acne / tidak, kulit muka, ekspresi wajah.
·         Mata : bentuk simetris / tidak, konjungtiva anemis / tidak, penglihatan terganggu atau tidak.
·         Telinga : bentuk simetris / tidak, fungsi pendengaran, tidak / ada cairan dan serumen, menggunakan alat bantu / tidak.
·         Hidung : bentuk hidung, pembauan baik / tidak, kebersihan terjaga / tidak.
·         Mulut dan faring : bentuk simetris ada / tidak perdarahan pada mulut, gigi utuh / caries, ada / tidak peradabngan pada faring.
·         Leher : bentuk simetris, bersih terjaga / tidak, ada / tidak perbesaran pada varien jugalaris / kelenjar hiroid.
·         Thorak’s : bentuk simetris / tidak, ada / tidak nyeri tekan, terasa hangat / tidak, ada / tidak suara ronchi, reles / wheezing.
·         Abdomen : bentuk simetris / tidak, ada tidak nyeri tekan, tidak / ada distensi bendung kemih, terdengar bising usus.
·         Inguinal, genihal dan anus : kebersihan terjaga / tidak, ada benjolan bulat lonjong , tes zaimen ada / tidak dorongan dan nyeri tekan.
·         Integumen : ada / tidak luka, kebersihan terjaga / tidak, turgor normal / tidak.
·         Estermitas : ada tidak gangguan bagai mana bentuknya.



c. Pemeriksaan Diagnostik
1) Pemeriksaan sinar X: akan menunjukkan kuantitas abnormal   dari gas dan cairan dalam usus.
2)  Pemeriksaan simtologi
3)  Hb dan PCV: meningkat akibat dehidrasi
4)  Leukosit: normal atau sedikit meningkat
5)  Ureum dan eletrolit: ureum meningkat, Na+ dan Cl  rendah
6) Rontgen toraks: diafragma meninggi akibat distensi abdomen
7) Rontgen abdomen dalam posisi telentang: mencari penyebab (batu empedu, volvulus, hernia)
8) Sigmoidoskopi: menunjukkan tempat obstruktif.  (Doenges, Marilynn E, 2000)

2.      Analisa Data
Analisa data adalah kemampuan kognitif perawat dalam pengembangan daya berpikir dan penalaran yang dipengaruhi oleh latar belakang ilmu dan pengetahuan, pengalaman, dan pengertian tentang subtansi ilmu keperawatan dan proses penyakit. Dalam melakukan analisa data diperlukan kemampuan menghubungkan data dengan penyebab berdasarkan konsep, teori dan prinsip yang relevan untuk membuat kesimpulan dalam menentukan masalah keperawatan klien.
3.      Diagnosa Keperawatan
1. Kekurangan volume cairan dan elektrolit berhubungan dengan intake yang tidak adequat dan ketidakefektifan penyerapan usus halus yang ditandai dengan adanya mual, muntah, demam dan diaforesis.
2. Ketidak efektifan pola nafas berhubungan dengan distensi abdomen
 (Doengoes, Marilynn E. 2000)
4.      Perencanaan
1. Ketidak efektifan pola nafas berhubungan dengan distensi abdomen
    a. Tujuan : pola nafas pasien menjadi efektif

Kriteria Hasil : pasien memiliki pola pernafasan: irama reguler, frekuensi: 18-20x/menit, PCH(-)


Intervensi :
1.      Kaji status pernafasan: pola, frekuensi, kedalaman
R/ : sebagai data dasar mengenai status pernafasan pasien
2.      Atur posisi pasien fowler atau semi fowler. Tinggikan kepala tempat tidur 40-60 derajat.
R/ : mengatur posisi pasien bertujuan untuk Mengurangi penekanan pada paru akibat distensi abdomen.
3.      Lakukan teknik latihan nafas dalam.
R/ : nafas dalam dapat membuka ekspansi paru sehingga paru-paru bisa lebih mengembang lagi.
4.      kolaborasi dengan tim medis mengenai pemberian nasal kanul sesuai dengan therapy.
R/ : hal ini bertujuan untuk memenuhi kebutuhan oksigenasi pasien.

2.   Kekurangan volume cairan dan elektrolit berhubungan dengan intake yang tidak adequat dan ketidakefektifan penyerapan usus halus yang ditandai dengan adanya mual, muntah, demam dan diaforesis.
a. Tujuan : Kebutuhan cairan dan elektrolit terpenuhi, Mempertahankan hidrasi adekuat dengan bukti membran mukosa lembab, turgor kulit baik, dan pengisian kapiler baik, tanda-tanda vital stabil, dan secara individual mengeluarkan urine dengan tepat.
Kriteria Hasil : :
1. Tanda vital normal (N:70-80 x/menit, S: 36-37 C, TD: 110/70 -120/80 mmHg)
2. Intake dan output cairan seimbang
3. Turgor kulit elastic
4. Mukosa lembab
5. Elektrolit dalam batas normal (Na: 135-147 mmol/L, K: 3,5-5,5 mmol/L, Cl: 94-111 mmol/L).

Intervensi :
1. Kaji kebutuhan cairan pasien
R/ : sebagai data dasar untuk mengetahui kebutuhan cairan pasien.
2.   Observasi tanda-tanda vital: N, TD, P, S
R/ : untuk mengetahui keadaan umum pasien
3.   Monitor intake dan output secara ketat
R/ : untuk Menilai  keseimbangan cairan apakah sudah tepat  atau masih kekurangan cairan
4.   Kolaborasi dengan medik untuk pemberian terapi intravena
R/ : terapi intra vena diberikan untuk memenuhi  kebutuhan cairan dan elektrolit pasien

5.      Pelaksanaan
Merupakan inisiatif dari rencana tindakan untuk mencapai tujuan yang spesifik. Tahap pelaksanaan dimulai dimulai setelah rencana tindakan disusun dan ditujukan pada nursing orders untuk membantu klien mencapai tujuan yang diharapkan. Oleh karena itu rencana tindakan yang spesifik dilaksanakan untuk memodifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi masalah kesehatan klien.
Tujuan dari pelaksanaan adalah membantu klien dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan, yang mencakup peningkatan kesehatan, pencegahan, penyakit, pemulihan kesehatan dan memfasilitasi koping.
6.      Evaluasi
Tindakan intelektual untuk melengkapi proses keperawatan yang menandakan seberapa jauh diagnosa keperawatan, rencana tindakan, dan pelaksanaannya sudah berhasil dicapai. Meskipun tahap evaluasi diletakkan pada akhir proses keperawatan, evaluasi merupakan bagian integral pada setiap tahap proses keperawatan. Tujuan evaluasi adalah untuk melihat kemampuan klien dalam mencapai tujuan. Hal ini bisa dilaksanakan dengan mengadakan hubungan dengan klien




Daftar Pustaka

Alief. M, dkk, (2000). Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: FKUI.
Brunner & Suddarth, (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Alih bahasa Agung Waluyo, dkk. Editor Monica Ester, dkk. Ed. 8.
Jakarta : EGC.
Doengoes.(2000).Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien Edisi 3.Jakarta: EGC.
Price &Wilson, (2007). Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Edisi  6, Volume1. Jakarta: EGC.


1 komentar:

shanti mengatakan...

Menangkan Jutaan Rupiah dan Dapatkan Jackpot Hingga Puluhan Juta Dengan Bermain di www(.)SmsQQ(.)com

Kelebihan dari Agen Judi Online SmsQQ :
-Situs Aman dan Terpercaya.
- Minimal Deposit Hanya Rp.10.000
- Proses Setor Dana & Tarik Dana Akan Diproses Dengan Cepat (Jika Tidak Ada Gangguan).
- Bonus Turnover 0.3%-0.5% (Disetiap Harinya)
- Bonus Refferal 20% (Seumur Hidup)
-Pelayanan Ramah dan Sopan.Customer Service Online 24 Jam.
- 4 Bank Lokal Tersedia : BCA-MANDIRI-BNI-BRI

8 Permainan Dalam 1 ID :
Poker - BandarQ - DominoQQ - Capsa Susun - AduQ - Sakong - Bandar Poker - Bandar66

Info Lebih Lanjut Hubungi Kami di :
BBM: 2AD05265
WA: +855968010699
Skype: smsqqcom@gmail.com

Posting Komentar

 

SHARE D' MOMENT Template by Ipietoon Blogger Template | Gadget Review