Senin, 08 Desember 2014

LAPORAN PENDAHULUAN PSIKOSA MANIK DEPRESIF SEMI DEPRESIF

Diposting oleh Unknown di 20.55

A.    Definisi

Mania adalah suatu gangguan alam perasaan yang ditandai dengan perasaan kegembiraan yang berlebihan, arus berpikir yang cepat, mudah tersinggung dan kegiatan motorik meningkat, sehingga menyebabkan energi banyak yang keluar (Standar Asuhan Keperawatan Jiwa, DEPKES).
Mania adalah suatu gangguan alam perasaan yang ditandai dengan adanya alam perasaan yang meningkat, meluas atau keadaan emosional yang mudah tersinggung dan terangsang. Kondisi ini dapat diiringi dengan perilaku yang berlebihan berupa peningkatan kegiatan, banyak bicara, ide-ide yang meloncat, senda gurau, tertawa berlebihan, penyimpangan seksual.
Mania adalah gangguan afek yang ditandai dengan kegembiraan yang luar biasa dan disertai dengan hiperaktivitas, agitasi serta jalan pikiran dan bicara yang cepat dan kadang-­kadang sebagai pikiran yang meloncat‑loncat (flight of ideas).
Pada dasarnya pasien mania sama dengan pasien depresif yang merasa tidak berharga dan tidak berguna. Karena tidak dapat menerima perasaan ini, mereka menyangkalnya dan mengakibatkan timbulnya kecemasan. Pasien memperlihatkan sikap banyak bicara, banyak pikiran dan cepat berpindah topiknya tetapi tidak dapat memusatkan pada satu topik. Meskipun mereka menunjukkan kegembiraan yang berlebihan, sebenarnya pasien penuh dengan kebencian dan rasa permusuhan terutama terhadap lingkungannya. Ia melontarkan perasaannya secara kasar dalam cetusan‑cetusan yang pendek dan cepat beralih ke topik yang lain.
Pada pasien depresif tampak menonjol perasaan bersalah dan kebutuhan akan hukuman atas tingkah laku yang buruk, sedangkan pada pasien dengan mania rasa permusuhannya timbul, ia bertindak seolah‑olah mempunyai kekuasaan yang penuh dan tidak pernah membiarkan rasa bersalah menguasai dirinya. Dari luar pasien tampak memiliki kepercaya­an diri yang penuh dan membesarkan diri untuk menutupi perasaan tidak berharga, yang pada dasarnya bersifat depresif.
Pasien membutuhkan cinta kasih dan perlindungan. Untuk mendapatkan ini pasien berusaha menguasai orang lain agar memenuhi dan memberi kepuasan kepadanya. Karena kebutuhan ini tidak nampak orang tidak melihatnya, bahkan menolak karena sikapnya yang mengganggu orang lain. Penolakan ini menimbulkan kecemasannya bertambah yang mengakibatkan gejala manianya lebih menonjol.
RENTANG RESPON EMOSIONAL
1.   Respons Emosional termasuk dipengaruhi oleh dan berperan aktif dalam dunia internal dan eksternal seseorang. Tersirat bahwa orang tersebut terbuka dan sadar akan perasaan sendiri
2.   Reaksi berduka tak terkomplikasi terjadi sebagai respon terhadap kehilangan dan tersirat bahwa seseorang sedang menghadapi suatu kehilangan yang nyata serta terbenam dalam proses berdukanya.
3.   Supresi emosi mungkin tampak sebagai penyangkalan terhadap perasaan sendiri , terlepas dari perasaan tersebut , atau internalisasi terhadap semua aspek dari efektif seseorang.
4.   Penundaan reaksi berduka adalah ketiadaan yang persisten respon emosional terhadap kehilangan. Ini dapat terjadi pada awal proses bergabung , dan menjadi nyata pada proses berduka , atau keduanya.
5.   Depresi adalah suatu kesedihan dan perasaan duka yang berkepanjangan atau abnormal.
6.   Mania ditandai dengan alam yang meningkat , bersemangat atau mudah terganggu.


ETIOLOGI
Gangguan alam perasaan (mania) dapat timbul karena beberapa faktor yaitu :
1. Teori biologis
a) Genetik
Penyelidikan menunjukan bahwa ada suatu peningkatan timbulnya kelainan bipolar dalam derajat pertama relatif terhadap individu-individu dengan kelainan dari pada populasi umum.

b) Biokimia
Sebagaimana ada indikasi dari kadar rendah nerepinefrin dan dopamin selama suatu episode depresi,sebaliknya kelihatan sebenarnya seorang individu mengalami suatu episode manik. Jadi, respon-respon perilaku kegembiraan dan europia dapat berhubung dengan suatu kelebihan dari biogenikamin ini dalam otak.

2. Teori Psikososial
Teori psikoanalitik dari kelainan bipolar menyatakan bahwa ibu (atau pengasuh utama) mendapatkan kesenangan yang besar dari ketergantungan awal bayi. Saat anak matang dan mencoba meningkatkan otonomi dan kemandirian, sang ibu mulai merasa t
PERILAKU YANG BERHUBUNGAN DENGAN MANIA

Afektif
Kegembiraan yang berlebihan atau euphoria
Perasaan bersemangat
Humor
Harga diri yang berlambung atau sombong
Tidak menoleransi kritik
Kurang rasa malu atau rasa bersalah
Kognitif
Ambisi
Menyangkal bahaya yang realistis
Mudah treganggu
Lompat gagasan ( flight of idea)
Waham kebesaran
Ilusi
Kurang dalam penilaian
Kehilangan asosiasi
Fisiologis
Dehidrasi
Gizi tidak adekuat
Kebutuhan tidur sedikit
Penurunan BB
Perilaku
Agresi
Sangat boros
Tindakan sombong
Hiperaktivitas
Aktivitas motorik meningkat
Tidak bertanggung jawab
Mudah tersinggung atau suka berdebat
Penampilan personal kurang
Provokasi
Overaktivitas social
Aktivitas social
Pembicaraan bertele – tele.








ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN ALAM PERASAAN : MANIA

1.   PENGKAJIAN
Faktor Presdiposisi
a.         Faktor Genetik dianggap mempengaruhi transmisi gangguan afektif melalui riwayat keluarga dan keturunan. Faktor genetik mengemukakan, transmisi gangguan alam perasaan diteruskan melalui garis keturunan. Frekuensi gangguan alam perasaan meningkat pada kembar monozigote.
b.         Teori organisasi kepribadian menguraikan bagaimana konsep diri yang negative dan harga diri rendah mempengaruhi sistem keyakinan dan penilaian seseorang terhadap stressor
c.         Teori Agresi Berbalik pada Diri Sendiri
Mengemukakan bahwa depresi diakibatkan oleh perasaan marah yang dialihkan pada diri sendiri. Freud mengatakan bahwa kehilangan objek/orang, ambivalen antara perasaan benci dan cinta dapat berbalik menjadi perasaan menyalahkan diri sendiri dan dimunculkan dengan perilaku mania (sebagai suatu mekanisme kompensasi)
d.         Teori Kehilangan
Berhubungan dengan faktor perkembangan, misalnya kehilangan orangtua yang sangat dicintai. Individu tidak berdaya mengatasi kehilangan.
e.         Teori Kepribadian
Mengemukakan bahwa tipe kepribadian tertentu menyebabkan seseorang mengalami mania.
f.          Teori Kognitif
Mengemukakan bahwa mania merupakan masalah kognitif yang dipengaruhi oleh penilaian terhadap diri sendiri, lingkungan dan masa depan.
g.         Model Belajar Ketidakberdayaan
Mengemukakan bahwa mania dimulai dari kehilangan kendali diri lalu menjadi aktif dan tidak mampu menghadapi masalah. Kemudian individu timbul keyakinan akan ketidakmampuannya mengendalikan kehidupan sehingga ia tidak berupaya mengembangkan respons yang adaptif.
h.         Model Perilaku
Mengemukakan bahwa depresi terjadi karena kurangnya reinforcemant positif selama berinteraksi dengan lingkungan.
i.          Model Biologis
Mengemukakan bahwa dalam keadaan depresi/mania terjadi perubahan kimiawi, yaitu defisiensi katekolamin, tidak berfungsinya endokrin dan hipersekresi kortisol.  

Faktor Presipitasi
Stressor yang dapat menyebabkan gangguan alam perasaan meliputi faktor biologis, psikologis dan sosial budaya.
a.         Faktor Biologis
Meliputi perubahan fisiologis yang disebakan oleh obat-obatan atau berbagai penyakit fisik seperti infeksi, neoplasma, dan ketidakseimbangan metabolisme.
b.         Faktor Psikologis
Meliputi kehilangan kasih sayang, termasuk kehilangan cinta, seseorang dan kehilangan harga diri.
c.         Faktor Sosial Budaya
Meliputi kehilangan peran, perceraian, kehilangan pekerjaan.

2.    ANALISA DATA
Data yang perlu dikaji:
a.       Data subyektif:
Banyak bicara, kadang waham besar, pembicaraan mudah beralih topik (flight of ideas), menghasut, tak punya rasa malu atau bersalah.
b.      Data obyektif:
Ekspresi wajah tegang, riang berlebihan, kurang memperhatikan makan dan minum, kurang istirahat atau tidur, tidak bertanggungjawab, mudah tersinggung / terangsang, tidak tahan kritik, aktivitas motorik meningkat, berdandan aneh dan berlebihan, menantang bahaya, kacau, kebersihan diri kurang.

3.   DAFTAR MASALAH KEPERAWATAN
Daftar Masalah keperawatan:
            a.    Gangguan alam perasaan: mania.
            b.   Koping individu tidak efektif
            c.    Kerusakan komunikasi: verbal.
            d.   Perubahan proses berpikir
            e.    Resiko mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan
            f.    Gangguan pola tidur / istirahat
            g.   Defisit perawatan diri.
            h.   Resiko gangguan nutrisi

      4.  DIAGNOSA KEPERAWATAN
   a. Gangguan alam perasaan: mania
   b.Koping individu tidak efektif
   c. Resiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan.
   d. Kerusakan komunikasi verbal.
   e. Perubahan proses berpikir.
   f. Resiko gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi: kurang dari kebutuhan
   g.Defisit perawatan diri
   h.Gangguan pola tidur dan istirahat: kurang tidur .

5. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN    
                                      
NO
DIAGNOSA
TUJUAN
INTERVENSI
1.
Gangguan alam perasaan mania
TUM :
Mengajarkan pasien untuk berespons emosional yang adaptif dan meningkatkan rasa puas serta kesenangan yang dapat diterima oleh lingkungan


TUK 1 :
Pasien dapat membina hubungan saling percaya

Kriteria Evaluasi :
Pasien dapat memperkenalkan diri, dapat berinteraksi dengan baik, dapat menciptakan lingkungan yang tenang, dan dapat berbicara dengan tegas, jelas, singkat dan bersahabat.







 
TUK 2 :
Pasien dapat mengungkapkan perasaannya

Kriteria Evaluasi :
Pasien mampu mengungkapkan persaannya





TUK 3 :
Pasien dapat menggunakan koping adaptif.

Kriteria Evaluasi :
Pasien dapat mengungkapkan perasaan kesal, marah dan tak menyenangkan























TUK 4 :
Pasien terlindung dari perilaku mencederai diri, orang lain dan lingkungan.

Kriteria Evaluasi :
Sikap pasien tenang dan dapat mengontrol emosinya










 
TUK 5 :
Pasien dapat melakukan kegiatan terarah.

Kriteria Evaluasi :
Pasien dapat melakukan kegiatan yang diinstruksikan dengan baik.










 
TUK 6 :
Pasien terpenuhi kebutuhan nutrisinya.

Kriteria Evaluasi :
Berat Badan (BB) pasien ideal dan nafsu makan pasien meningkat







 
TUK 7 :
Pasien terpenuhi kebutuhan tidur dan istirahatnya

Kriteria Evaluasi :
Konjungtiva pasien tidak pucat dan kebutuhan tidur pasien terpenuhi






 
TUK 8 :
Klien terpenuhi kebersihan dirinya.

Kriteria Evaluasi :
Pasien tampak rapi dan bersih, dapat melakukan kegiatan kebersihan diri secara mandiri.


 

TUK 9 :
Klien dapat menggunakan obat dengan benar dan tepat.

Kriteria Evaluasi :
Pasien dapat mengetahui jenis obat yang diberikan dan mampu menyebutkan efek samping dari obat yang diberikan




 
TUK 10 :
Pasien dapat memanfaatkan sistem pendukung yang ada.

Kriteria Evaluasi :
Keluarga dapat membantu kesembuhan pasien selama menjalani perawatan





1.            Bina hubungan saling percaya: salam terapeutik, memperkenalkan diri, jelaskan tujuan interaksi, ciptakan lingkungan yang tenang, buat kesepakatan atau janji dengan jelas tentang topik, tempat, waktu.

2.            Tanggapi pembicaraan pasien dengan sabar dan tidak menyangkal.

3.            Bicara dengan tegas, jelas, singkat dan bersahabat.




1.           Beri kesempatan klien unutk mengungkapkan perasaannya.

2.           Beri kesempatan klien mengitarakan keinginan dan pikirannya dengan teknik focusing.

3.           Bicarakan hal-hal yang nyata dengan klien.


1.      Tanyakan kepada pasien cara yang biasa dilakukan mengatasi perasaan kesal, marah, dan tak menyenangkan.

2.      Bicarakan kerugian cara yang telah digunakan.

3.      Jelaskan tentang batas tingkah laku yang wajar.

4.      Bantu pasien menemukan cara lain yang lebih positif.

5.      Beri dorongan kepada pasien untuk memilih koping yang paling tepat dan dapat diterima.

6.      Beri dorongan kepada pasien untuk mencoba koping yang telah dipilih

7.      Anjurkan pasien untuk mencoba alternatif lain dalam menyelesaikan masalah.






1.      Tempatkan pasien di ruang yang tenang, tidak banyak rangsangan, tidak banyak peralatan.

2.      Jauhkan dan simpan alat‑alat yang dapat digunakan oleh pasien untuk mencederai dirinya,orang lain dan lingkungan, ditempat yang aman dan terkunci.

3.      Temani pasien jika nampak tanda-tanda marah atau agresif.

4.      Lakukan pengekangan fisik jika pasien tidak dapat mengontrol perilakunya.



1.      Anjurkan pasien untuk melakukan kegiatan motorik yang terarah, misal: menyapu, joging dll.

2.      Beri kegiatan individual sederhana yang dapat dilaksanakan dengan baik oleh klien.

3.      Berikan kegiatan yang tidak memerlukan kompetisi.
4.      Bantu pasien dalam melaksanakan kegiatan.

5.      Beri reinforcement positif atas keberhasilan pasien.



1.        Diskusikan tentang manfaat makan dan minum bagi kesehatan.

2.        Ajak pasien makan makanan yang telah disediakan, temani selama makan.

3.       Ingatkan pasien untuk minum ½ jam sekali sebanyak 100 cc.

4.      Sediakan makanan TKTP, mudah dicerna.



1.      Pasien terpenuhi kebutuhan tidur dan istirahatnya

2.     Diskusikan pentingnya istirahat bagi kesehatan.

3.      Anjurkan pasien untuk tidur pada jam-jam istirahat.

4.      Sediakan lingkungan yang mendukung: tenang, lampu redup dan lain-lain.



1.          Diskusikan manfaat kebersihan diri bagi kesehatan.

2.          Bimbing dalam kebersihan diri (mandi, keramas, gosok gigi).

3.          Bimbing pasien berhias.

4.          Beri pujian bila klien berhias secara wajar



1.  Diskusikan tentang obat (nama, dosis, frekuensi, efek dan efek samping minum obat).

2.Bantu menggunakan obat dengan prinsip 5 benar (benar pasien, obat, dosis, cara, waktu).

3. Anjurkan membicarakan efek dan efek samping yang dirasakan.
4.Berireinforcement positif bila menggunakan obat dengan benar.



1. Beri pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara merawat pasien.

2. Bantu keluarga memberi dukungan selama pasien dirawat.

3.Bantu keluarga menyiapkan lingkungan di rumah.

4.Beri reinforcement positif atas keterlibatan keluarga.
6.  EVALUASI

NO
HARI/ TANGGAL/ JAM
DIAGNOSA/ TUK
EVALUASI
1.
Dx.1 / TUK 1
S =
O= Pasien dapat memperkenalkan diri, dapat berinteraksi dengan baik, dapat menciptakan lingkungan yang tenang, dan dapat berbicara dengan tegas, jelas, singkat dan bersahabat
A = TUK 1 sudah tercapai
P = Lanjutkan TUK 2
2.
Dx.1/ TUK 2
S =
O = Pasien mampu menggungkapkan perasaan nya
A = TUK 2 sudah tercapai
P = Lanjutkan TUK 3
3.
Dx.1/ TUK 3
S =
O = Pasien dapat mengungkapkan perasaan kesal, marah, dan tak menyenangkan
A = TUK 3 sudah tercapai
P = Lanjutkan TUK 4
4.
Dx.1/ TUK 4
S =
O = Sikap pasien tampak tenang dan dapat mengontrol emosinya
A = TUK 4 sudah tercapai
P = Lanjutkan TUK 5
5.
Dx.1/ TUK 5
S =
O = Pasien dapat melakukan kegiatan yang diinstruksikan dengan baik
A = TUK 5 sudah tercapai
P = Lanjutkan TUK 6
6.
Dx.1/ TUK 6
S =
O = Berat badan (BB) pasien meningkat, nafsu makan meningkat
A = TUK 6 sudah tercapai
P = Lanjutkan TUK 7
7.
Dx.1/ TUK 7
S =
O = Konjungtiva pasien tidak pucat
A = TUK 7 sudah tercapai
P = Lanjutkan TUK 8
8.
Dx.1/ TUK 8
S =
O = Pasien tampak rapi dan bersih, dapat melakukan kegiatan kebersiham diri secara mandiri
A = TUK 8 sudah tercapai
P = Lanjutkan TUK 9
9.
Dx.1/ TUK 9
S =
O = Pasien dapat mengetahui jenis obat yang diberikan dan dapat menyebutkan efek samping dari obat yang diberikan
A = TUK 9 sudah tercapai
P = Lanjutkan TUK 10
10.
Dx.1/ TUK 10
S =
O = Keluarga tampak dapat membantu kesembuhan pasien selama menjalani perawatan
A = TUK 10 sudah tercapai
P = Pertahankan kondisi pasien









DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, Lynda Juall. (1998). Buku Saku Diagnosa Keperawatan. EGC: Jakarta.
Hawari, D. 2001. Pendekatan Holistik Pada Gangguan Jiwa Skizofrenia. Jakarta: EGC
Keliat, B.A. 1998. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta : EGC
Nanda. 2005-2006. Panduan Diagnosa Keperawatan. Prima Medika.
Purwaningsih, dkk. 2009. Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta : Nuha Medika
Stuart dan Sundeen. (1995). Buku Saku Keperawatan Jiwa. Edisi 3. EGC: Jakarta.
Tomb, David A. 2003. Buku Saku Psikiatri, Edisi 6. Jakarta : EGC
Videbeck, Sheila L. 2008. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta : EGC





0 komentar:

Posting Komentar

 

SHARE D' MOMENT Template by Ipietoon Blogger Template | Gadget Review