KONSEP
DASAR
1)
Definisi
Neurosa adalah kesalahan penyesuaian diri secara emosional karena tidak dapat
diselesaikannya suatu konflik tidak sadar, kecemasan yang timbul dirasakan
secara langsung atau diubah oleh berbagai mekanisme
pembelaan psikologik dan muncullah gejala-gejala subyektif yang mengganggu. Hipokondria adalah kecemasan
yang berlebihan terhadap satu atau beberapa penyakit. Penderita hipokondria
akan selalu menanggapi keluhan-keluhan fisik dengan sangat serius, dan
menyimpulkan bahwa dia menderita penyakit tertentu. Keadaan ini ditandai oleh pikiran yang
terpaku (“preoccupied”) pada kesehatan fisik atau mentalnya, penderita takut
akan adanya penyakit pada berbagai bagian tubuh. Selanjutnya dikatakan bahwa
walaupun ketakutan tersebut belum mencapai tingkat waham seperti pada depresi
psikotok, sukar sekali untuk menghilangkanya dengan jalan sugesti dan bujukan.
2)
Etiologi
Penyebab hipokondria umumnya
adalah
·
Trauma
·
Kecemasan
·
Emosi negatif yang dipendam
·
Beban emosional
·
Konflik psikologis.
3)
Patofisiologi
Pathogenesis dari neurosa adalah sebagai berikut:
Semua bentuk sumber kecemasan
Menumbulkan kecemasan
Berakar dalam kepribadian
Dianggap sebagai sifat konstitusional
4)
Manifestasi klinis
Seorang hipokondriak terus berbicara tentang
keluhanya dengan teman-temanya dan waktu diperiksa oleh dokter seakan-akan ia
tidak menghiraukan perkataan dokter itu, perhatianya hanya pada gangguanya, ia
memberikan keluhan dan gejalanya secara terperinci serta perubahan-perubahan
kecilpunsudah dirasakan. Ia sering memakai istilah-istilah kedokteran dan
menyebut nama obat-obat yang telah dipakainya karena biasanya ia sudah keliling
dari dokter satu ke dokter yang lain dan telah mencoba berbagai macam cara pengobatan
non-medik.
Ciri utama dari hipokondriasi adalah:
·
fokus atau ketakutan bahwa
simtomfisik yang dialami seseorang merupakan akibat dari suatu penyakit serius
yang mendasarinya, seperti kanker atau masalah jantung.
·
Rasa takut tetap ada
meskipun telah diyakinkan secara medis bahwa ketakutan itu tidak berdasar.
·
Gangguan ini paling sering
muncul antara usia 20 dan 30 tahun,meski dapat terjadi di usia berapa pun.
·
Tidak secara sadar
berpura-pura akan simptom fisiknya
·
Mereka umumnya mengalami
ketidaknyamanan fisik
·
Seringkali melibatkan sistem
pencernaan atau campuran antara rasa sakit dan nyeri.
·
Orang dengan hipokondriasis
sangat peduli, bahkan benar-benar terlalu peduli pada simtom dan hal-halyang
mungkin mewakili apa yang ia takutkan.
·
Orang menjadi sangat
sensitif terhadap perubahan ringandalam sensasi fisik, seperti sedikit
perubahan dalam detak jantung dan sedikit sakit serta nyeri. Padahal kecemasan
akan simtom fisik dapat menimbulkan sensasi fisik itu sendiri, misalnya
keringat berlebihan dan pusing, bahkan pingsan.
·
Mereka memiliki lebih lanjut
kekhawatiran akan kesehatan, lebihbanyak simtom psikiatrik, dan memersepsikan
kesehatan yang lebih burukdaripada orang lain.
·
Sebagian besar juga memiliki
gangguan psikologis lain,terutama depresi mayor dan gangguan kecemasan.
5)
Pemeriksaan Diagnostik
Kriteria Diagnostik untuk Hipokondriasis. Untuk
diagnosis pasti gangguan hipokondrik, kedua hal ini harus ada:
a) Keyakinan yang menetap adanya sekurang-kurangnya satu penyakit
fisik yang serius yang melandasi
keluhan-keluhannya, meskipun pemeriksaanyang berulang-ulang tidak menunjang
adanya alasan fisik yang memadai,ataupun adanya preokupasi yang menetap
kemungkinan deformitas atauperubahan bentuk penampakan fisiknya (tidak sampai
waham)
b) Tidak mau menerima nasehat atau dukungan penjelasan dari
beberapadokter bahwa tidak ditemukan penyakit atau abnormalitas fisik
yangmelandasi keluhan-keluhannya
Ciri-ciri diagnostik dari hipokondriasis:
−Perokupasi (keterpakuan) dengan ketakutan menderita, ide bahwa
ia menderita suatu penyakit serius didasarkan pada interpretasi keliru orang
tersebut terhadap gejala-gejala tubuh.
−Perokupasi menetap walaupun telah dilakukan pemeriksaan
medis yang tepat
−Tidak disertai dengan waham dan tidak terbatas pada kekhawatiran
tentang penampilan (seperti pada gangguan dismorfik tubuh).
−Preokupasi menyebabkan penderitaan yang bermakna secara
klinis atau gangguan dalam fungsi sosial, pekerjaan, atau fungsi penting lain.
Lama gangguan sekurangnya 6 bulan.
−Preokupasi tidak dapat diterangkan lebih baik oleh gangguan
kecemasan umum, gangguan obsesif-kompulsif, gangguan panik,gangguan depresif
berat, cemas perpisahan, atau gangguansomatoform lain.
Perlu
diperiksa interen dan nerologik dengan teliti karena hipokondriasis dapat
menutupi suatu penyakit badaniah (organic). Pemeriksaan psikiatrik yang lebih
terperinci dapat membedakanya dari depresi dan skizofrenia dengan ditemukan
gejala-gejala lain mengenai kedua gangguan ini.
Reaksi
konversi menimbulkan gangguan pada saraf somato-sensorik atau motoric dan
penderita acuh terhadap gangguanya; nerosa hipokondrik pada umumnya keluhan
berkisar pada organ-organ dalam dan penderita sangat prihatin dengan
perasaan-perasaan yang relative tak berarti.
Pada
gangguan psikosomatik terdapat gangguan fungsi susunan saraf vegetative dan
perhatian penderita tidak begitu terpaku pada gejala-gejalnya seperti pada
penderita nerosa hipokondrik yang selam konsultasi mungkin terus menerus
bercerita tentang gejala-gejalnya dengan ekspresi yang hebat.
6)
Penatalaksanaan
Bila
setelah pemeriksaan yang teliti tidak terdapat gangguan organic dan pemeriksaan
psikiatrik memang menunjukan pada suatu nerosa hipokondrik, maka dokter harus
tegas dan tidak ragu-ragu. Sering mengulangi pemeriksaan dapat memperkokoh gejala-gejala
pada pasien (gangguan iatrogenic)
Prognosa
biasanya jelek, terlebih bila gejala-gejala sudah terdapat sejak masa
anak-anak. Dengan psikoterapi suportif, penjaminan kembali, sugesti, bimbingan
dan tranquilaizer (atau neroleptika dalam dosis rendah) dapat dicapai peringan
simptomatik dan penderita dapat berfungsi terus dalam masyarakat. Dapat juga
dipakai terapi keluarga, terapi kelompok
dan latihan fisik.
Dokter tidak jarang merasakan frustasi dalam
menghadapi pasien hipokondrik dan ia cenderung menolak atau menimbulkan
perasaan benci dan muak (pemindahan balasan atau “counter transference”),
karena paien mengharapakan suatu obat yang mujarab. Sikap dokter seperti ini
tidak akan membantu pasien.
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
1.
Pengkajian
Tanda dan gejala dari perubahan proses pikir :
yaitu klien menyatakan perasaan mengenai penyakit yang ada dalam tubuhnya, rasa
curiga yang berlebihan, sulit tidur,
tampak apatis, suara memelan, ekspresi wajah datar, rasa tidak percaya kepada
orang lain, gelisah.
Harus melakukan observasi terhadap perilaku
klien terhadap waham somatik yaitu meyakini bahwa tubuh atau bagian tubuhnya
terganggu/terserang penyakit, diucapkan berulang kali tetapi tidak sesuai
dengan kenyataan.
2.
Diagnosa Keperawatan
gangguan proses pikir berhubungan dengan waham somatik
3. Rencana Keperawatan
TUM :
Klien dapat berpikir
sesuai dengan realitas
TUK 1
Klien dapat membina hubungan saling percaya.
Kriteria Evaluasi :
Ekspresi wajah bersahabat, menunjukkan rasa senang, ada kontak
mata, mau berjabat tangan, mau menyebutkan nama, mau menjawab salam, mau duduk
berdampingan dengan perawat, mau mengutarakan masalah yang dihadapi.
Rencana Tindakan :
1. Bina hubungan saling percaya dengan
menggunakan prinsip komunikasi terapeutik :
a. Sapa klien dengan nama baik verbal maupun
non verbal.
b. Perkenalkan diri dengan sopan.
c. Tanyakan nama lengkap klien dan nama
panggilan yang disukai klien.
d. Jelaskan tujuan pertemuan
e. Jujur dan menepati janji
f. Tunjukkan sikap empati dan menerima klien
apa adanya.
g. Berikan perhatian kepada klien dan perhatikan
kebutuhan dasar.
TUK 2
Klien dapat mengidentifikasi perasaan yang muncul secara
berulang dalam pikiran klien,
Kriteria evaluasi :
Klien menceritakan ide-ide dan perasaan yang muncul secara
berulang dalam pikirannya.
Rencana Tindakan :
1. Bantu klien untuk mengungkapkan perasaan dan pikirannya.
2. Diskusikan dengan klien pengalaman yang dialami selama ini.
3. Dengarkan pernyataan klien dengan empati
tanpa mendukung/menentang pernyataan wahamnya
TUK 3
Klien dapat mengidentifikasi stressor/pencetus wahamnya,
Kriteria evaluasi :
Klien dapat menyebutkan kejadian-kejadian sesuai dengan urutan
waktu serta harapan/kebutuhan dasar yang tidak terpenuhi, seperti : harga diri,
rasa aman dsb. Dapat menyebutkan hubungan antara kejadian traumatis/kebutuhan
tidak terpenuhi dengan wahamnya.
Rencana Tindakan :
1. Bantu klien mengidentifikasi kebutuhan yang
tidak terpenuhi serta kejadian yang menjadi faktor pencetus wahamnya.
2. Diskusikan dengan klien tentang
kejadian-kejadian traumatik yang menimbulkan rasa takut, cemas maupun perasaan
tidak dihargai.
3. Diskusikan kebutuhan/harapan yang belum
terpenuhi.
4. Diskusikan dengan klien cara-cara mengatasi
kebutuhan yang tidak terpenuhi dan kejadian traumatik.
5. Diskusikan dengan klien antara kejadian
traumatik dengan wahamnya.
TUK 4
Klien dapat mengidentifikasi wahamnya,
Kriteria evaluasi :
Klien dapat menyebutkan perbedaan pengalaman nyata dengan
pengalaman wahamnya
Rencana Tindakan :
1. Bantu klien mengidentifikasi keyakinan yang
salah tentang situasi yang nyata (bila klien sudah siap) :
a. Diskusikan dengan klien pengalaman wahamnya
tanpa beragumentasi.
b. Katakan kepada klien akan keraguan perawat
terhadap pernyataan klien.
c. Diskusikan dengan klien respon perasaan
terhadap wahamnya.
d. Bantu klien membedakan situasi nyata dengan
situasi yang dipersepsikan salah oleh klien.
TUK 5
Klien dapat mengidentifikasi konsekuensi dari wahamnya,
Kriteria evaluasi :
Klien dapat menjelaskan gangguan fungsi hidup sehari-hari yang
diakibatkan ide-ide/pikirannya yang tidak sesuai dengan kenyataan.
Rencana Tindakan :
1. Diskusikan dengan klien
pengalaman-pengalaman yang tidak menguntungkan sebagai akibat dari wahamnya.
2. Ajak klien melihat bahwa waham tersebut
adalah masalah yang membutuhkan bantuan orang lain.
3. Diskusikan dengan klien orang/tempat ia
meminta bantuan apabila wahamnya timbul/sulit dikendalikan.
TUK 6
Klien dapat melakukan tehnik distraksi sebagai cara menghentikan
pikiran terpusat pada wahamnya,
Kriteria evaluasi :
Klien dapat melakukan melakukan aktivitas yang konstruktif
sesuai dengan minatnya yang dapat mengalihkan fokus klien dari wahamnya.
Rencana Tindakan :
1. Diskusikan hobi/ aktivitas yang disukainya.
2. Anjurkan klien memilih dan melakukan
aktivitas yang membutuhkan perhatian dan ketrampilan fisik.
3. Ikut sertakan klien dalam aktivitas fisik
yang membutuhkan perhatian sebagai pengisi waktu.
4. Libatkan klien dalam TAK orientasi realita.
5. Beri reinforcement positif setiap upaya klien yang positif.
TUK 7
Klien dapat dukungan keluarga,
Kriteria evaluasi :
Klien dapat menjelaskan tentang : pengertian waham, tanda dan
gejala waham, penyebab dan akibat waham, cara merawat klien waham dan dapat
mempraktekan cara merawat klien waham.
Rencana Tindakan :
1. Diskusikan pentingnya peran serta keluarga
sebagai pendukung untuk mengatasi waham.
2. Diskusikan potensi keluarga untuk membantu klien mengatasi
waham.
3. Jelaskan kepada keluarga tentang :
pengertian, tanda dan gejala, penyebab dan akibat, cara merawat klien waham.
4. Latih keluarga cara merawat klien waham
5. Beri pujian kepada keluarga atas ketelibatannya merawat
klien.
TUK 8
Klien dapat memanfaatkan obat dengan baik.
Kriteria evaluasi :
Klien dapat menyebutkan manfaat minum obat, kerugian tidak minum
obat, efek samping dan efek terapi. Klien dapat mendemonstrasikan penggunaan
obat dengan benar. Klien dapat menyebutkan akibat berhenti minum obat tanpa
konsultasi dokter.
Rencana Tindakan :
1. Diskusikan dengan klien tentang manfaat dan kerugian tidak
minum obat.
2. Pantau klien saat penggunaan obat.
3. Beri pujian jika klien menggunakan obat dengan benar.
4. Diskusikan akibat berhenti minum obat tanpa konsultasi dengan
dokter.
5. Anjurkan klien untuk konsultasi kepada
dokter/perawat jika terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.
0 komentar:
Posting Komentar