Senin, 08 Desember 2014

LAPORAN PENDAHULUAN DEMENSIA ALZHEIMER

Diposting oleh Unknown di 21.15

A.       PENGERTIAN
Penyakit Alzheimer (AD) kadang disebut sebagai demensia degeneratif primer atau demensia senile jenis Alzheimer (SDAT). Penyakit ini menyebabkan sedikitnya 50% semua demensia yang diderita lansia. Kondisi ini merupakan penyakit neurologis degeneratif, priogresif, ireversibel, yang muncul tiba-tiba dan ditandai dengan penurunan bertahap fungsi kognitif dan gangguan prtilaku efek. Penyakit Alzheimer ini bukan merupakan penyakit yang hanya diderta oleh lansia. Pada 1 % sampai 10% kasus, awitannya pada usia baya dan karenanya disebut demensia awitan-dini

B.       ETIOLOGI
Usia dan riwayat keluarga adalah factor risiko yang sudah terbukti. Bila anggota keluarga paling tidak satu famili lain ada yang menderita penyakit ini maka diklasifikasikan sebagai “familial”. Komponen yang nonspesifik meliputi pencetus lingkungan dan determinan genetik

C.      PATOFISIOLOGI
Adanya kelainan neurotransmitter dan enzim-enzim yang berkaitan dengan metabolisme tersebut. Tampaknya adanya penurunan dari kolin asetiltransferase (enzim yang mensintesis asetilkolin). Otopsi otak penderita menunjukkan pengurangan neurotransmitter asetilkolin yang bermakna, beberapa otak akan sangat jelas pada korteks serebri, hipokampus dan amigdala. Hal lain yang masih terus diselidiki oleh para peneliti adalah neurotransmitter peptida, oleh karena somastatin menurun pada otak penderita. Factor tambahan lagi yang juga masih dalam penyelidikan adalah neurotoksisitas dari aluminium. Dimana teori keracunan aluminium menyatakan bahwa karena aluminium bersifat neurotoksik, maka dapar menyebabkan perubahan neurofibliar pada otak. Perdisposisi genetic juga ikut berperan dalam penyakit ini, dimana cacat pada kromosom 21 yang mana orang-orang dengan sindrom down, yang mempunyai kromosom 21, kemudian menderita penyakit ini pada usia 40 tahun. Penyedik mengenali suatu gen yang mengkodekan protein precursor amilod (APP), yaitu di mana segmen dari protein ini ditemukan pada inti plak neural. Molekul yang terdiri dari badan sel dan dipecah oleh protein lain. Protein yang ditemukan pada plak adalah potongan abnormal dari APP, terdiri dari 42 asam amino, yang entah bagaimana tidak menjadi pecah tetapi justru menumpuk dalam konsentrasi yang besar di dalam otak pasien-pasien.
D.      MANIFESTASI KLINIS
Gejala – gejala Alzheimer :
1.       Jangkauan perhatian singkat
2.      Penurunan kontrol usus-besar atau kandung kemih
3.      Depresi
4.      Disorientasi
5.      Pelupa (khususnya tentang kejadian-kejadian actual)
6.      Tidak mampu berbicara secara jelas
7.      Lekas marah, sikap bermusuhan atau paranoid
8.      Kehilangan spontanitas
9.      Kemerosotan mental
10.  Menolak melakukan pekerjaan-pekerjaan rutin.

E.       PENATALAKSANAAN
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1.      Scan otak, seperti PET,BEAM,MRI: dapat memperlihatkan daerah otak yang mengalami penurunan metabolisme yang merupakan karakteristik dari DAT.
2.      B12 : dapat menemukan secara nyata adanya kekurangan nutrisi
3.      Tes deksametason depresan (DST): untuk menangani stress

F.       PENCEGAHAN
1.      Pertahankan rutinitas sehari-hari
2.      Pasanglah peringatan pada suatu kalender yang sangat besar dan selalu dapat terlihat oleh si penderita.
3.      Buatlah daftar tugas-tugas harian yang harus dikerjakan untuk penderita Alzheimer dan mintalah dia untuk mengecek daftar itu setelah mereka selesai mengerjakannya.
4.      Taruhlah kembali barang-barang pada tempatnya semula setelah dipakai untuk menolong penderita Alzheimer menemukan barang-barang tersebut ketika mereka membutuhkannya (sebeb ingatan mereka sangat lemah).
5.      Pasanglah peringatan keamanan (seperti matikan kompor) pada tempat yang sesuai diseluruh rumah.



KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A.      PENGKAJIAN
1.      AKTIVITAS/ISTIRAHAT
Gejala : merasa lelah
Tanda : siang/malam gelisah tidak berdaya, gangguan pola tidur. Letargi: penurunan minat/perhatian pada aktivitas yang biaasa, hobi, ketidakmampuan untuk menyebutkan kembali apa yang dibaca/mengikuti acara program TV.

2.      SIRKULASI
Gejala : riwayat penyakit vaskuler sentral serebral/sistemik, hipertensi, episode emboli (merupakan factor predisposisi).

3.      INTEGRITAS EGO
Gejala : Curiga atau takut situasi/orang khayalan. kehilanagan multiple, perubahan citra tubuh dan harga diri yang dirasakan.
Tanda : Duduk dan menonton yang lain. Menyembunyikan ketidakmampuan (banyak alas an tidak mampu untuk melakukan kewajiban, mungkin juga tangan membuka buku namun tanpa membacanya).

4.      ELIMINASI
Gejala : Dorongan berkemih (dapat mengindikasikan kehilangan tonus otot)
Gejala : Inkontinensia urine/feses, cenderung konstipasi/impaksi dengan diare.

5.      MAKANAN/CAIRAN
Gejala : Perubahan dalam pengecapan, napsu makan, mengingkari terhadap rasa lapar/kebutuhan untuk makan. Kehilangan berat badan.
Tanda : Kehilangan kemampuan untuk mengunyah. Tampak semakin kurus (tahap usia lanjut)

6.      HIGIENE
Gejala : perlu bantuan/tergantung pada orang lain.
Tanda : tidak mampu mempertahankan penampilan, kebiasaan personal yang kurang, kebiasaan pembersihan buruk. Lupa untuk pergi ke kamar mandi, lupa langkah-langkah yang perlu dillakukan untuk buang air, atau tidak dapat menemukan kamar mandi.

7.      NEUROSENSORI
Gejala : pengingkaran terhadap gejala yang ada terutama perubahan kognitif, dan/atau gambaran yang kabur, keluhan hipokondrial tentang kelelahan, diarea, pusing, atau kadang-kadang sakit kepala.
Tanda : kerusakan komunikasi : afasia dan diafasia, kesulitan dalam menemuklan kata-kata yang benar (terutama kata benda);bertanya berulang-ulang atau percakapan dengan substansi kata yang tidak memiliki arti : terpenggal-penggal, atau bicaranya tidak terdengar.  

8.      KENYAMANAN
Gejala : Adanya riwayat trauma kepala yang serius (mungkin menjadi factor predisposisi/factor akselerasinya). Trauma kecelakaan (jatuh, luka bakar)
Tanda : ekimosis, laserasi. rasa bermusuhan/menyerang orang lain.

9.      INTERAKSI SOSIAL
Gejala : Merasa kehilangan kekuatan
Tanda : Kehilangan kontrol social, perilaku tidak tepat

B.       DIAGNOSA KEPERAWATAN
1.      Sindrom stress relokasi b/d perubahan dalam aktivitas kehidupan sehari-hari
2.      Perubahan proses pikir b/d degenerasi/neuron ireversibel
3.      Perubahan sensori-persepsi b/d perubahan resepsi, transmisi dan/atau integritas sensori
4.      Perubahan pola tidur b/d perubahan pada sensori
5.      Kurang perawatan diri b/d penurunan kognitif/keterbatasan fisik.
6.      Perubahan pola eliminasi b/d ketidak mampuan menentukan letak kamar mandi/ mengenali kebutuhan
7.      Koping keluarga tak efektif b/d tingkah laku pasien yang tidak menentu.




C.      INTERVENSI KEPERAWATAN
No
Diagnosa
Intervensi
Rasional
1
Sindrom stress relokasi b/d perubahan dalam aktivitas kehidupan sehari-hari

1.      Tempatkan pada ruangan pribadi jika mungkin dan bergabung dengan orang terdekat dalam aktivitas perawatan, waktu makan dst.



2.      Tentukan jadwal aktivitas pasien yang wajar dan masukkan dalam kegiatan rutin rumah sakit sebisa mungkin.


3.      Berikan penjelasan, informasi yang menyenangkan mengenai kegiatan/peristiwa.
4.      Pertahankan dalam keadaan tenang.




5.      Beri dorongan dengan penggunaan sentuhan jika pasien tidak mengalami paranoid atau sedang mengalami agitasi sesaat.

1.      perawatan dirumah sakit mengubah aktivitas rutin pasien dapat menimbulkan peningkatan masalah tingkah laku bahkan pda orang dengan gangguan kognitif sekali pun.

2.      konsistensi memberikan jaminan dan mungkin mengurangi kebingungan dan meningkatkan rasa kebersamaan.
3.      menurunkan “rasa terkejut”



4.      Menenangkan situasi dan memberi pasien waktu untuk memperoleh kendali terhadap perilaku dan emosinya
5.      Memberikamn keyakinan, menurunkan stress, meningkatkan kualitas hidup.

2
Perubahan proses pikir b/d degenerasi/neuron ireversibel
1.      Lakukan pendekatan dengan cara perlahan dan tenang.




2.      Tatap wajah ketika bercakap-cakap dengan pasien


3.      Panggil pasien dengan namanya.


4.      Gunakan suara yang agak rendah dan berbicara dengan perlahan pada pasien.
1.      Pendekatan yang terburu-buru dapat mengancam pasien bingung yang mengalami kesalahan persepsi atau perasaan terancam oleh imajinasi orang dan/atau situasi tertentu.
2.      Menimbulkan perhatian, terutama pada orang-orang dengan gangguan perceptual.
3.      Nama merupakan bentuk identitas diri dan menimbulkan pengenalan terhadap realita dan individu
4.      Meningkatkan kemungkinan pemahaman. Ucapan yang tingi dan suara yang keras menimbulkan stress/marah yang kemungkinan dapat mencetuskan memori konfrontasi sebelumnya dan menjadi provokasi respons marah.
3
Perubahan sensori-persepsi b/d perubahan resepsi, transmisi dan/atau integritas sensori.
1.      Anjurkan untuk menggunakan kacamata, alat bantu pendengaran sesuai keperluan.

2.      Berikan lingkungan yang tenang dan tidak kacau jika diperlukan seperti musik yang lembut, gambar/dinding cat sederhana.


3.      Tingkatkan keseimbangan fungsi fisiologis dengan menggunakan bola lantai, tangan menari dengan disertai musik




4.      Berikan sentuhan dalam cara perhatian
1.      Dapat meningkatkan masukan sensori, membatasi/menurunkan kesalahan interpretasi stimulasi.
2.      Membantu untuk menghindari masukan sensori penglihatan / pendengaran yang berlebihan dengan mengutamakan kualitas yang tenang, konsisten.
3.      Menjaga mobilitas (yang dapat menurunkan risiko terjadinya atrofi atau osteoporosis pada tulang)dan memberikan kesempatan yang berguna untuk interksi dengan orang lain.
4.      Dapat meningkatkan persepsi terhadap diri sendiri.
4
Perubahan pola tidur b/d perubahan pada sensori
1.      Hindari penggunaan “pengikatan” secara terus menerus

2.      Evaluasi tingkat stress/orientasi sesuai perkembangan hari demi hari.




3.      Berikan makanan kecil sore harui, susu hangat, mandi dan masase punggung.
4.      Berikan kesempatan untuk beristirahat/tidur sejenak,anjurkan latihan saat siang hari, turunkan aktivitas mental/fisik pada sore hari.
1.      Resiko gangguan sensori, meningkatkan agitasi dan menghambat waktu istirahat.
2.      Peningkatan kebingungan, disorientasi dan tingkah laku yang tidak kooperatif dapat melanggar pola tidur yang mencapai tidur pulas.
3.      Meningkatkan relaksasi dengan perasaan mengantuk.
4.      Karena aktivitas fisik dan mentalyang lama mengakibatkan kelelahan yang dapat meningkatkan kebingungan, aktivitas yang terprogram tanps stimulasi berl;ebihan yang meningkatkan waktu tidur.
5
Kurang perawatan diri b/d penurunan kognitif/keterbatasan fisik.
1.      Identifikasi kesulitan dalam berpakaian/perawatan diri, seperti keterbatasan gerak fisik, apatis/depresi; penurunan kognitif atau temperatur ruangan.
2.      Perhatikan adanya tanda-tanda non-verbal yang fisiologis.





3.      Beri banyak waktu untuk melakukan tugas.





4.      Bantu untuk mengenakan pakaian yang rapi/berikan pakaian yang rapi dan indah.



5.      Identifikasi kebutuhan akan kebersihan diri dan berikan bantuan sesuai kebutuhan dengan perawatan rambut/kuku/kulit bersihkan kacamata dan gosok gigi.
1.      Memahami penyebab yang mempengaruhi pilihan intervensi/strategi


2.      Kehilangan sensori dan penurunan fungsi bahasa mungkin menyebabkan pasien mengungkapkan kebutuhan perawatan diri dengan cara nonverbal, seperti terengah-engah.
3.      Pekerjaan yang tadinya mudah (mis. Berpakaian, mandi) sekarang menjadi terhambat karena adanya penurunan keterampilan motorik dan perubahan kognitif dan perubahan fisik.
4.      Meningkatkan kepercayaan, dapat menurunkan perasaan kehilangan dan meningkatkan kepercayaan untuk hidup
5.      Sesuai dengan perkembangan penyakit, kebutuhan akan kebersihan dasar mungkin dilupakan.
6
Perubahan pola eliminasi b/d ketidak mampuan menentukan letak kamar mandi/ mengenali kebutuhan

1.      Kaji pola sebelumnya dan bandingkan dengan pola yang sekarang.

2.      Letakkan tempat tidur dekat dengan kamar mandi jika memungkinkan. Buat tanda tertentu/pintu berkode khusus. Berikan cahaya yang cukup terutama malam hari.

3.      Buat program latiha defekasi/kandung kemih. Tingkatkan parttisipasi pasien sesuai tingkat kemampuannya.

4.      Hindari perasaan yang diburu-buru .
1.      Memberikan informasi mengenai perubahan yang mungkin memerlukan pengkajian/intervensi
2.      Meningkatkan orientasi/penemuan kamar mandi. Inkontinensia mungkin disertai ketidakmampuan untuk menemukan tempat berkemih/defekasi.
3.      Menstimulasi kesadaran pasien, meningkatkan pengaturan fungsi tubuh dan membantu menghindari kecelakaan.
4.      Hal yang terburu-buru tersebut dapat diterima sebagai suatu instruksi       yang menimbulkan keadaan marah dan tidak kooperatif dengan aktifitas
7
Koping keluarga tak efektif b/d tingkah laku pasien yang tidak menentu
1.      Libatkan semua orang terdekat dalam pendidikan dan perencanaan perawatan pasien di rumah.
2.      Buat prioritas.


3.      Diskusikan kemungkinan adanya isolasi. Berikan penguatan kebutuhan terhadap system dukungan.

4.      Berikan umpan balik  yang positif terhadap setiap usaha yang dilakukannya.
1.      Dapat memudahkan beban terhadap penanganan dan adaptasi di rumah.

2.      Membantu untuk membuat satu pesan tertentu dan memfasilitasi pemecahan masalah yang ada.
3.      Kepercayaan bahwa individu dapat menemukan semua kebutuhan pasien meningkatkan risiko penyakit fisik/mental.
4.      Memberikan keyakinan pada individu bahwa mereka sedang melakukannya dengan cara yang terbaik.







D.      EVALUASI
1.      Mampu melakukan aktivitas perawatan diri sesuai dengan tingkat kemampuan diri sendiri.
2.      Mampu mengidentifikasi dan menggunakan sumber-sumber pribadi/komunitas yang dapat memberikan bantuan.
3.      Mampu mengenali perubahan dalam berpikir/tingkah laku dan factor-faktor penyebab jika memungkinkan
4.      Mampu memperlihatkan penurunan tingkah laku yang tidak diinginkan, ancaman dan kebingungan
5.      Mampu mendemonstrasikan respons yang meningkat/sesuai dengan stimulasi
6.      Mampu menciptakan pola tidur yang adekuat dengan penurunan terhadap pikiran yang melayang-layang (melamun)
7.      Mampu menerima kondisi orang yang dicintai dan mendemonstrasikan tingkah laku koping yang positif dalam mengatasi keadaan
8.      Mampu menciptakan pola eliminasi yang adekuat/sesuai.



















DAFTAR RUJUKAN

Brunner & suddarth.2002. Keperawatan Medical Bedah Edisi 8 Vol 1. Jakarta: EGC.
 Doenges E. Marilynn.2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta: EGC.


 

SHARE D' MOMENT Template by Ipietoon Blogger Template | Gadget Review