Selasa, 09 Desember 2014

STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN DENGAN ISOLASI SOSIAL

Diposting oleh Unknown di 05.04 11 komentar
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN
KEPERAWATAN DENGAN ISOLASI SOSIAL

Hari / Tanggal : Selasa, 13 Mei 2014
Pertemuan`      : 1
SP / Dx 1         : 1
Ruangan          : R. Parkit
Nama Klien     : Tn. H

A.    Proses Keperawatan
1.      Kondisi klien
Ds  : - mengungtkapkan perasaan tidak berguna , penolakan oleh lingkungan
-   Klien mengatakan malas berinteraksi dengan orang lain
Do : a. Tampak menyendiri dalam ruangan
b. Tidak berkomunikasi , menarik diri’
c. Tampak sedih
d. Tidak melakukan kontak mata
e. Tidak mampu membuat keputusan diri dan berinteraksi

2.      Diagnosa Keperawatan     :
Isolasi Sosial Menarik Diri
3.      Tujuan Khusus      :
a.       Klien dapat membina hubungan saling percaya
b.      Klien mampu menyebutkan penyebab menarik diri
c.       Klien dapat menyebutkan keuntungan berhubungan denagn orang lain dan kerugian tidak berhubungan dengan orang lain
4.      Tindakan Keperawatan
a.       Membina Hubungan saling percaya
b.      Mengidentifikasi penyebab isolasi sosial
c.       Berdiskusi dengan pasien tentang keuntungan berinteraksi dengan orang lain
d.      Berdiskusi dengan pasien tentang kerugian jika tidak berinteraksi dengan orang lain


B.     Strategi komunikasi
1.      Salam terapeutik
Selamat pagi bapak , nama saya Ria Septi Handayani . Nama panggilan saya Ria , saya mahasiswa Keperawatan Poltekkes Malang . Saya  yang akan merawat Bapak selama 2 minggu ini . Kalau boleh tau nama bapak siapa ? Suka di panggil apa ?
2.      Evaluasi / Validasi
Bagaimana perasaan bapak hari ini ? Tidurnya semalam bagaimana ?
3.      Kontrak
·         Topik : Senaang ya bisa berkenalan dengan bapak hari ini , bagaiaman kalau kita berbincang – bincang untuk lebih saling mengenal sekaligus agar bapak mampu menyebutkan penyebab menarik diri bapak dan mengetahui keuntungan serta kerugian berinteraksi dengan orang lain?
·         Waktu : “ Berapa lama bapak mau berbincang – bincang dengan saya , 20 menit cukup “ ?
·         Tempat : “ Diman abapak mau berbincang – bincang ? Disini saja atau di ruangan ini ? “
4.      Fase Kerja
“ Bapak siapa saja yang tinggal serumah dengan bapak ? siapa orang yang paling dengan bapak di rumah ? Kalau di ruangan Parkit siapa orang yanng paling dekat dengn bapak ? Apa yang membuat bapak suka dekat dengan orang tersebut ? Kalau di rumah orang yang tidak dekat dengan bapak siapa? Kalau disini ? Apa yang membuat bapak tidak dekat dengan porang tersebut ? Apa saja yang bapak rasakan selama di rawat di ruang Parkit ini ? Bapak merasa sendirian ? tadi bbapak dekat dengan . . . .  Apa saja kegiatan yang bapak l;akukan dengan teman bapak ? Nah , apa yang menjadi hambatan bapak dalam berteman ? dan mengobrol dengan pasiern lain ? Bagus, bapak sudah mengutarakan perasaan bapak, sehingga saya tau apa yang menjadi penyebab menarik diri bapak . “
“   Menurut bapak apa saja keuntungan kita mempunyai teman ? Wah, benar sekali, Kalau kerugian  kita tidak punya teman apa ya bapak ? iya , apa lagi ? jadi banyak juga kerugiannya tidak punya teman ya ? kalau begitu bapak ingin belajar bergaul dengan orang lain ? bagaimana kalau sekarang kita  belajar berkenalan dengan orang lain .
“ Begini pak, berkenalan dengan orang lain itu , kita sebutkan dulu dan panggilan yang kita suka. Contohnya , Nama saya Ria Septi Handayani , sering di panggil Ria, selanjutnya bapak menanyakan orang yang di ajak berkenalan. Contohnya , nama suster siapa ? senang di panggil siapa ?
“  Ayo bapak di coba dengan saya, seperti yang di ajarkan tadi ya pak , Ya bagus sekali , coba sekali lg ya bapak ! Bagus, bapak sudah bisa . Kalau bapak sudah bisa berkenalan nanti bapak bisa melanjutkan percakapan tentang hal – hal lain yang menyenanngkan misalnya , tentang hobi , tentang keluarga , tentang pekerjaan . dsb.
5.      Terminasi 
·         Evaluasi Subyektif            :
Bagaimana perasaan bapak setelah kita latihan berkenalan tadi ? Bapak tadi sudah bagus sekali dalam mempraktekkannya .
·         Evaluasi Obyektif             :
Coba bapak peragakan kembali bagaimana cara berkenalan ?
·         Rencana Tindak Lanjut
Setelah kita selesai berbincang – bincang , pelajari apa yang sudah saya ajari ke Bapak ya ? Agar bapak lebih siap berkenalan dengan orang lain  
·         Kontrak Yang Akan Datang
-  Topik : Bapak , cukup sampai disini dulu ya cakap – cakapnya ? kita ketemu besok ya ? Dengan cara berinteraksi dengan orang lain secara bertahap.
-  Waktu : Jam 09.00 ya Bapak ? 20 menit seperti saat ini , bagaimana ?
-  Tempat : Nanti bincang – bincangnya disini saja bagaimana ? Baiklah sampai jumpa besok pak .


STRATEGI PELAKSANAAN HDR /HARGA DIRI RENDAH

Diposting oleh Unknown di 05.02 0 komentar
STRATEGI PELAKSANAAN HDR /HARGA DIRI RENDAH
Masalah Utama           : Harga Diri Rendah
Proses Keperawatan
A.    Kondisi klien
·               Mengkritik diri sendiri.
·               Perasaan tidak mampu.
·               Pandangan hidup yang pesimis
·               Penurunan produktifitas
·               Penolakan terhadap kemampuan diri
·               terlihat dari kurang memperhatikan perawatan diri
·                Berpakaian tidak rapih.
·               Selera makan kurang
·               tidak berani menatap lawan bicara.
·                Lebih banyak menunduk.
B.     Diagnosa perawatan: Gangguan Konsep Diri: Harga diri rendah
C.    tindakan Keperawatan
1.      tindakan keperawatan pada pasien :
               tujuan :
a)         Melakukan pengkajian terhadap hal-hal yang melatarbelakangi terjadinya harga diri rendah pada klien (factor predisposisi, factor presipitasi, penilaian terhadap stressor,sumber koping,dan mekanisme koping klien)
b)         Klien dapat meningkatkan kesadaran tentang hubungan positif antara harga diri dan pemecahan masalah yang efektif.
c)         Klien dapat melakukan iddentifikasi terhadap kemampuan positif yang dimilikinya.
tindakan keperawatan :
a)     Menggali hal-hal yang melatarbelakangi terjadinya harga diri rendah pada klien (factor predisposisi, factor presipitasi, penilaian terhadap stressor,sumber koping,dan mekanisme koping klien)
b)    tingkatkan kesadaran tentang hubungan positif antara harga diri dan pemecahan masalah yang efektif dengan cara :
1)      Bantu pasien untuk mengidentifikasi perubahan perasaan diri.
2)      Bantu pasien dalam menggambarkan dengan jelas keadaan evaluasi diri yang positif yang terdahulu.
3)      Eksplorasi bersama pasien lingkungan organisasi pekerjaan (kestabilan organisasi, konflik interpersonal, ancaman terhadap pekerjaan saat ini)
4)      Ikutsertakan pasien dalam pemecahan masalah (mengidentifikasi tujuan yang meningkat dan mengembangkan rencana tindakan untuk memenuhi tujuan).
c)     Berikan dorongan pada keterampilan perawatan diri untuk harga diri dengan cara :
1)      Bersama pasien mengidentifikasi aspek positif yang masih dimiliki oleh klien
2)      Latih klien untuk bisa mengoptimalkan aspek positif yang masih dimilikinya
3)      Masukkan ke dalam jadwal, kegiatan yang dapat dilakukan untuk mengoptimalkan aspek positif yang dimilikinya
Strategi tindakan Pelaksanaan
SP 1 Pasien: Mendiskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki pasien, membantu pasien menilai kemampuan yang masih dapat digunakan, membantu pasien memilih/menetapkan  kemampuan yang akan dilatih, melatih kemampuan yang sudah dipilih dan menyusun jadwal pelaksanaan kemampuan yang telah dilatih dalam rencana harian
ORIENTASI :
“Selamat pagi, Perkenalkan nama saya nurhakim yudhi wibowo, dari PSIK UNDIP. Bagaimana keadaan   bapak  hari ini ?  bapak terlihat segar“.
”Bagaimana, kalau kita bercakap-cakap tentang kemampuan dan kegiatan yang pernah   bapak lakukan? Setelah itu kita akan nilai kegiatan mana yang masih dapat   bapak dilakukan. Setelah kita nilai, kita akan pilih satu kegiatan untuk kita latih”
”Dimana kita duduk ? Bagaimana kalau di ruang tamu ? Berapa lama ? Bagaimana kalau 20 menit ?
KERJA :
”  bapak, apa saja kemampuan yang   bapak miliki? Bagus, apa lagi? Saya buat daftarnya ya! Apa pula kegiatan rumah tangga yang biasa  bapak lakukan? Bagaimana dengan merapihkan kamar? Menyapu ? Mencuci piring..............dst.”.          “ Wah, bagus sekali ada lima kemampuan dan kegiatan yang   bapak miliki “.
  bapak dari lima kegiatan/kemampuan ini, yang mana yang masih dapat dikerjakan di rumah sakit ? Coba kita lihat, yang pertama bisakah, yang kedua.......sampai 5 (misalnya ada 3 yang masih bisa dilakukan). Bagus sekali ada 3 kegiatan yang masih bisa dikerjakan di rumah sakit ini. 
”Sekarang, coba   bapak pilih satu kegiatan  yang masih bisa dikerjakan di rumah sakit ini”.” O yang nomor satu, merapihkan tempat tidur?Kalau begitu, bagaimana kalau sekarang kita latihan merapihkan tempat tidur   bapak”. Mari kita lihat tempat tidur bapak Coba lihat, sudah rapihkah tempat tidurnya?”
“Nah kalau kita mau merapihkan tempat tidur, mari kita pindahkan dulu bantal dan selimutnya. Bagus ! Sekarang kita angkat spreinya, dan kasurnya kita balik.  ”Nah, sekarang kita pasang lagi spreinya, kita mulai dari arah atas, ya bagus !. Sekarang sebelah kaki, tarik dan masukkan, lalu sebelah pinggir masukkan. Sekarang ambil bantal, rapihkan, dan letakkan di sebelah atas/kepala. Mari kita lipat selimut, nah letakkan sebelah bawah/kaki. Bagus !”
bapak sudah bisa merapihkan tempat tidur dengan baik sekali. Coba perhatikan bedakah dengan sebelum dirapikan? Bagus ”
“ Coba bapak lakukan dan jangan lupa memberi tanda MMM (mandiri) kalau bapak lakukan tanpa disuruh, tulis B (bantuan) jika diingatkan bisa melakukan, dan bapak bapak (tidak) melakukan.
TERMINASI :
“Bagaimana perasaan   bapak setelah kita bercakap-cakap dan latihan merapihkan tempat tidur ? Yach,   t ternyata banyak memiliki kemampuan yang dapat dilakukan di rumah sakit ini. Salah satunya, merapihkan tempat tidur, yang sudah   bapak praktekkan dengan baik sekali.  Nah kemampuan ini dapat dilakukan juga di rumah setelah pulang.”
”Sekarang, mari kita masukkan pada jadual harian.   Bapak  Mau berapa kali sehari merapihkan tempat tidur. Bagus, dua kali yaitu pagi-pagi jam berapa ? Lalu sehabis istirahat, jam 16.00”
”Besok pagi  kita latihan lagi kemampuan yang kedua. Bapak masih ingat kegiatan apa lagi yang mampu dilakukan di rumah selain merapihkan tempat tidur? Ya bagus, cuci piring.. kalu begitu kita akan latihan mencuci piring besok jam 8 pagi di dapur ruangan ini sehabis makan pagi  Sampai jumpa ya”
SP 2  Pasien: Melatih pasien melakukan kegiatan lain yang sesuai dengan
         kemampuan  pasien.    
ORIENTASI :
“Selamat pagi, bagaimana perasaan   Bapak pagi ini ? Wah, tampak cerah ”
 ”Bagaimana Bapak, sudah dicoba merapikan tempat tidur sore kemarin/ tadi pagi? Bagus (kalau sudah dilakukan, kalau belum bantu lagi, sekarang kita akan latihan kemampuan kedua. Masih ingat apa kegiatan itu t?”
”Ya benar, kita akan latihan mencuci piring di dapur”
”Waktunya sekitar 15 menit. Mari kita ke dapur!”
KERJA :
“ Bapak sebelum kita mencuci piring kita perlu siapkan dulu perlengkapannya, yaitu sabut/tapes untuk membersihkan piring, sabun khusus untuk mencuci piring, dan air untuk membilas.,  Bapak bisa menggunakan air yang mengalir dari kran ini. Oh ya jangan lupa sediakan tempat sampah untuk membuang sisa-makanan.
“Sekarang saya perlihatkan dulu ya caranya”
“Setelah semuanya perlengkapan tersedia, Bapak ambil satu piring kotor, lalu buang dulu sisa kotoran yang ada di piring tersebut ke tempat sampah. Kemudian Bapak bersihkan piring tersebut dengan menggunakan sabut/tapes yang sudah diberikan sabun pencuci piring.  Setelah selesai disabuni, bilas dengan air bersih sampai tidak ada busa sabun sedikitpun di piring tersebut. Setelah itu  Bapak bisa mengeringkan piring yang sudah bersih tadi di rak yang sudah tersedia di dapur. Nah selesai…
“Sekarang coba  Bapak yang melakukan…”
“Bagus sekali,  Bapak dapat mempraktekkan cuci pring dengan baik. Sekarang dilap tangannya
TERMINASI :
”Bagaimana perasaan   Bapak setelah latihan cuci piring ?”
 “Bagaimana jika kegiatan cuci piring ini dimasukkan menjadi kegiatan sehari-hari
 Bapak Mau berapa kali  t mencuci piring? Bagus sekali  Bapak mencuci piring tiga kali setelah makan.”
”Besok kita akan latihan  untuk kemampuan ketiga, setelah merapihkan tempat tidur dan cuci piring. Masih ingat kegiatan apakah itu? Ya benar kita akan latihan mengepel”
”Mau jam berapa ? Sama dengan sekarang ? Sampai jumpa ”
Latihan dapat dilanjutkan untuk  kemampuan lain sampai semua kemampuan dilatih. Setiap kemampuan yang dimiliki akan menambah harga diri pasien.
2.      tindakan keperawatan pada keluarga
Keluarga diharapkan dapat merawat pasien dengan harga diri rendah di rumah dan menjadi sistem pendukung yang efektif bagi pasien.
a.  tujuan :
1) Keluarga membantu pasien mengidentifikasi kemampuan yang dimiliki pasien
2) Keluarga memfasilitasi pelaksanaan kemampuan yang masih dimiliki pasien
3) Keluarga memotivasi pasien untuk melakukan kegiatan yang sudah dilatih dan memberikan pujian atas keberhasilan pasien
4) Keluarga mampu menilai perkembangan perubahan kemampuan pasien
b.  tindakan keperawatan :
1)   Diskusikan masalah yang dihadapi keluarga dalam merawat pasien
2)   Jelaskan kepada keluarga tentang harga diri rendah yang ada pada pasien
3)   Diskusi dengan keluarga kemampuan yang dimiliki pasien dan memuji
    pasien atas kemampuannya
4)   Jelaskan cara-cara merawat pasien dengan harga diri rendah
5)   Demontrasikan cara merawat pasien dengan harga diri rendah
6)   Beri kesempatan kepada keluarga untuk mempraktekkan cara merawat pasien dengan harga diri rendah seperti yang telah perawat demonstrasikan sebelumnya
7)   Bantu keluarga menyusun rencana kegiatan pasien di rumah
SP 1 Keluarga : Mendiskusikan masalah yang dihadapi keluarga dalam merawat pasien di rumah, menjelaskan tentang pengertian, tanda dan gejala harga diri rendah, menjelaskan cara merawat pasien dengan harga diri rendah, mendemonstrasikan cara merawat pasien dengan harga diri rendah, dan memberi kesempatan kepada keluarga untuk mempraktekkan cara merawat 
ORIENTASI :
“Selamat pagi !”
 “Bagaimana keadaan  Bapak/Ibu pagi ini ?”
“Bagaimana kalau pagi ini kita bercakap-cakap tentang cara merawat Bapak? Berapa lama waktu Bapak/Ibu?30 menit? Baik, mari duduk di ruangan wawancara!”
KERJA :
“Apa yang bapak/Ibu ketahui tentang masalah Bapak
“Ya memang benar sekali Pak/Bu, Bapak itu memang  terlihat tidak percaya diri dan sering menyalahkan dirinya sendiri. Misalnya pada Bapak, sering menyalahkan dirinya dan mengatakan dirinya adalah orang paling bodoh sedunia. Dengan kata lain, anak Bapak/Ibu memiliki masalah harga diri rendah yang ditandai dengan munculnya pikiran-pikiran yang selalu negatif terhadap diri sendiri. Bila keadaan Bapak ini terus menerus seperti itu, Bapak bisa mengalami masalah yang lebih berat lagi, misalnya t jadi malu bertemu dengan orang lain dan memilih mengurung diri”
“Sampai disini, bapak/Ibu mengerti apa yang dimaksud harga diri rendah?”
“Bagus sekali bapak/Ibu sudah mengerti”
“Setelah kita mengerti bahwa masalah t dapat menjadi masalah serius, maka kita perlu memberikan perawatan yang baik untuk Bapak
”Bpk/Ibu, apa saja kemampuan yang dimiliki Bapak? Ya benar, dia juga mengatakan hal yang sama(kalau sama dengan kemampuan yang dikatakan Bapak)
” Bapak itu telah berlatih dua kegiatan yaitu merapihkan tempat tidur dan cuci piring. Serta telah dibuat jadual untuk melakukannya. Untuk itu, Bapak/Ibu dapat mengingatkan Bapak untuk melakukan kegiatan tersebut sesuai jadual. tolong bantu menyiapkan alat-alatnya, ya Pak/Bu. Dan jangan lupa memberikan pujian agar harga dirinya meningkat. Ajak pula memberi tanda cek list pada jadual yang kegiatannya”.
”Selain itu, bila Bapak sudah tidak lagi dirawat di Rumah sakit, bapak/Ibu tetap  perlu memantau perkembangan Bapak. Jika masalah harga dirinya kembali muncul dan tidak tertangani lagi, bapak/Ibu dapat membawa Bapak ke rumah sakit”
”Nah bagaimana kalau sekarang kita praktekkan cara memberikan pujian kepada Bapak”
”temui Bapak dan tanyakan kegiatan yang sudah dia lakukan lalu berikan pujian yang yang mengatakan: Bagus sekali Bapak, kamu sudah semakin terampil mencuci piring”
”Coba Bapak/Ibu praktekkan sekarang. Bagus”
TERMINASI :
”Bagaimana perasaan Bapak/bu setelah percakapan kita ini?”
“Dapatkah Bapak/Ibu jelaskan kembali maasalah yang dihadapi t dan bagaimana cara merawatnya?”
“Bagus sekali bapak/Ibu dapat menjelaskan dengan baik. Nah setiap kali Bapak/Ibu kemari lakukan seperti itu. Nanti di rumah juga demikian.”
“Bagaimana kalau kita bertemu lagi dua hari mendatang untuk latihan cara memberi pujian langsung kepada Bapak”
“Jam berapa Bp/Ibu dating? Baik saya tunggu. Sampai jumpa.”
SP 2 Keluarga : Melatih keluarga mempraktekkan cara merawat pasien dengan  masalah harga diri rendah langsung kepada pasien
ORIENTASI:
“Selamat pagi Pak/Bu”
” Bagaimana perasaan Bapak/Ibu hari ini?”
”Bapak/IBu masih ingat latihan merawat keluarga BapakIbu  seperti yang kita pelajari  dua  hari yang lalu?”
“Baik, hari ini kita akan mampraktekkannya langsung kepada Bapak.”
”Waktunya 20 menit”. 
”Sekarang mari kita temui Bapak” 
KERJA:
”Selamat pagi Bapak. Bagaimana perasaan Bapak hari ini?”
”Hari ini saya datang bersama keluarga Bapak. Seperti yang sudah saya katakan sebelumnya, keluarga Bapak juga ingin merawat Bapak agar Bapak cepat pulih.”
(kemudian saudara berbicara kepada keluarga sebagai berikut)
”Nah Pak/Bu, sekarang Bapak/Ibu bisa mempraktekkan apa yang sudah kita latihkan beberapa hari lalu, yaitu memberikan pujian terhadap perkembangan keluarga Bapak/Ibu”
(Saudara mengobservasi keluarga mempraktekkan cara merawat pasien seperti yang telah dilatihkan pada pertemuan sebelumnya).
”Bagaimana  perasaan Bapak setelah berbincang-bincang dengan keluarga?”
”Baiklah,  sekarang saya dan orang tua Bapak ke ruang perawat dulu”
 (Saudara dan keluarga meninggalkan pasien untuk melakukan terminasi dengan keluarga)
TERMINASI:
“ Bagaimana perasaan Bapak/Ibu setelah kita latihan tadi?”
« «Mulai sekarang Bapak/Ibu sudah bisa melakukan cara merawat tadi kepada Bapak»
« tiga hari lagi kita akan bertemu untuk mendiskusikan pengalaman Bapak/Ibu melakukan cara merawat yang sudah kita pelajari. Waktu dan tempatnya sama seperti sekarang  Pak/Bu »
« Sampai jumpa »
SP 3 Keluarga : Membuat perencanaan pulang bersama keluarga
ORIENTASI:
“Selamat pagi Pak/Bu”
”Karena hari ini bapak direncanakan pulang, maka  kita akan membicarakan jadwal Bapak selama di rumah”
”Berapa lama Bpk/Ibu ada waktu? Mari kita bicarakan di kantor
KERJA:
”Pak/Bu ini jadwal kegiatan Bapak selama di rumah sakit. Coba diperhatikan, apakah semua dapat dilaksanakan di rumah?”Pak/Bu, jadwal yang telah dibuat selama Bapak dirawat dirumah sakit tolong dilanjutkan dirumah, baik jadwal kegiatan  maupun jadwal minum obatnya”
”Hal-hal yang perlu diperhatikan lebih lanjut adalah perilaku yang ditampilkan oleh Bapak selama di rumah. Misalnya kalau Bapak terus menerus menyalahkan diri sendiri dan berpikiran negatif terhadap diri sendiri, menolak minum obat atau memperlihatkan perilaku membahayakan orang lain. Jika hal ini terjadi segera hubungi rumah sakit atau bawa bapak lansung kerumah sakit”
TERMINASI:
”Bagaimana Pak/Bu? Ada yang belum jelas? Ini jadwal kegiatan harian Bapak. Jangan lupa kontrol ke rumah sakit sebelum obat habis atau ada gejala yang tampak. Silakan selesaikan administrasinya!”


SATUAN ACARA PENYULUHAN PERAN KELUARGA DALAM MENCEGAH KEKAMBUHAN PENDERITA GANGGUAN JIWA DENGAN HALUSINASI

Diposting oleh Unknown di 04.57 0 komentar
SATUAN ACARA PENYULUHAN
PERAN KELUARGA DALAM MENCEGAH KEKAMBUHAN
PENDERITA GANGGUAN JIWA DENGAN HALUSINASI


SATUAN ACARA PENYULUHAN


Pokok Bahasan           : Mencegah kekambuhan pada pasien gangguan jiwa dengan halusinasi
Sub Pokok Bahasan    : Peran keluarga dalam mencegah kekambuhan pada pasien gangguan  jiwa dengan halusinasi
Sasaran                        : Keluarga pasien RSJ Dr. Radjiman Widiodiningrat Lawang
Hari / tanggal              : Jumat , 10 Juli 2014
Tempat                        : Ruang Cendrawasih RSJ Dr. Radjiman Widiodiningrat Lawang


A.  Latar Belakang
Di Indonesia, Departemen Kesehatan RI (2003) mencatat bahwa 70%
gangguan jiwa terbesar adalah Skizofrenia. Menurut Arif (2006)
mengungkapkan bahwa 99% pasien yang dirawat di rumah sakit jiwa adalah
pasien dengan diagnosis medis skizofrenia.  Lebih dari 90% pasien skizofrenia mengalami halusinasi (Yosep, 2011).  Stuart & Laraia (2005) menyatakan bahwa pasien dengan diagnosis medis skizofrenia sebanyak 20% mengalamai halusinasi pendengaran dan penglihatan secara bersamaan, 70% mengalami halusinasi pendengaran, 20% mengalami halusinasi penglihatan, dan 10% mengalami halusinasi lainnya. Berdasarkan data tersebut diketahui bahwa jenis halusinasi yang paling banyak diderita oleh pasien dengan skizofrenia adalah pendengaran.
                                    Halusinasi merupakan bentuk yang paling sering dari gangguan sensori persepsi. Pasien yang mengalami halusinasi biasanya merasakan sensori palsu berupa suara, penglihatan, pengecapan, perabaan atau penghiduan (Direja, 2011). Sensori dan persepsi yang dialami pasien tidak bersumber dari kehidupan nyata, tetapi dari diri pasien itu sendiri. Dapat disimpulkan bahwa pengalaman sensori tersebut merupakan sensori persepsi palsu. Chaery (2009) menyatakan bahwa dampak yang dapat ditimbulkan oleh pasien yang mengalami halusinasi adalah kehilangan kontrol dirinya. Pasien akan mengalami panik dan perilakunya dikendalikan oleh halusinasi. Pada situasi ini pasien dapat melakukan bunuh diri (suicide), membunuh orang lain (homicide),bahkan merusak lingkungan Untuk memperkecil dampak yang ditimbulkan halusinasi, dibutuhkan penanganan yang tepat. Data di rumah sakit jiwa Dr. Soeharto Heerdjan Jakarta tahun 2012 menunjukkan bahwa pasien rawat inap yang menderita halusinasi memiliki presentasi 78% dari jumlah pasien rawat inap seluruhnya di tahun tersebut. Data lain menunjukkan bahwa jumlah penderita halusinasi pada bulan Januari 2012 yaitu: 128 orang, bulan Februari 2012: 90 orang, bulan Maret 2012: 132 orang, serta bulan April 2012: 140 orang, dengan 70% di antaranya memiliki diagnosis keperawatan halusinasi pendengaran. Dengan banyaknya angka kejadian halusinasi, semakin jelas bahwa dibutuhkan peran perawat untuk membantu pasien agar dapat mengontrol halusinasinya.
            Peran perawat dalam menangani halusinasi di rumah sakit antara lain melakukan penerapan standar asuhan keperawatan, terapi aktivitas kelompok, dan melatih keluarga untuk merawat pasien dengan halusinasi. Standar asuhan keperawatan mencakup penerapan strategi pelaksanaan halusinasi. Strategi pelaksanaan adalah penerapan standar asuhan keperawatan terjadwal yang diterapkan pada pasien yang bertujuan untuk mengurangi masalah keperawatan jiwa yang ditangani (Fitria, 2009). Strategi pelaksanaan pada
pasien halusinasi mencakup kegiatan mengenal halusinasi, mengajarkan pasien menghardik halusinasi, minum obat dengan teratur, bercakap-cakap dengan orang lain saat halusinasi muncul, serta melakukan aktivitas terjadwal untuk mencegah halusinasi (Keliat dkk, 2010).
            Hasil penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Carolina (2008) menunjukkan bahwa dengan penerapan asuhan keperawatan yang sesuai standar dapat membantu menurunkan tanda dan gejala halusinasi sebesar 14%. Kemampuan kognitif pasien meningkat 47% serta kemampuan psikomotor sebanyak 48%. Sulastri (2010) dalam penelitiannya terhadap 30 responden didapatkan bahwa penerapan asuhan keperawatan dapat mengontrol gejala
halusinasi pasien. Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa pada kelompok intervensi terjadi peningkatan nilai kemampuan mengontrol halusinasi, sedangkan pada kelompok kontrol tidak mengalami perubahan. Hasil dari kedua penelitian tersebut sama-sama menunjukkan bahwa ada perbedaan kemampuan pasien dalam mengontrol halusinasi sebelum dan setelah diterapkan strategi pelaksanaan halusinasi. Dampak halusinasi sangat membahayakan yaitu berisiko menimbulkan perilaku kekerasan. Fakta lain menggambarkan bahwa jumlah pasien halusinasi di Rumah Sakit Jiwa Dr. Soeharto Heerdjan terus meningkat.
Menilik dua alasan tersebut maka peneliti tertarik untuk melakukan riset tentang pengaruh penerapan strategi pelaksanaan untuk membantu pasien mengontrol halusinasi dengar. Diharapkan dengan adanya penerapan strategi pelaksanaan ini dapat membantu pasien mengontrol halusinasi pendengarannya sehingga dampak negatif yang ditimbulkan dapat diminimalisir. 



B.     TUJUAN
1.      Tujuan Umum
Setelah mengikuti penyuluhan kesehatan, keluarga yang berkunjung ke RSJ Dr. Radjiman Widiodiningrat Lawang mampu memahami apa perannya dalam mencegah kekambuhan penderita gangguan jiwa dengan halusinasi.
2.      Tujuan Khusus
Setelah mengikuti penyuluhan kesehatan selama 1x30 menit diharapkan keluarga yang berkunjung di RSJ Dr. Radjiman Widiodiningrat Lawang mampu :
-          Menyebutkan pengertian halusinasi
-          Menyebutkan pencetus terjadinya halusinasi
-          Menyebutkan tanda dan gejala halusinasi
-          Menyebutkan tipe-tipe halusinasi
-          Menyebutkan proses terjadinya halusinasi

C.     GARIS BESAR MATERI
a.       Pengertian halusinasi
b.      Menyebutkan pencetus terjadinya halusinasi
c.       Tanda dan gejala halusinasi
d.      Tipe-tipe halusinasi
e.       Proses terjadinya halusinasi
f.       Cara mengatasi pasien halusinasi













D.    PELAKSANAAN KEGIATAN
NO.
KEGIATAN
PENYULUH
PESERTA
WAKTU
1.       
Pembukaan dan salam
-Menyampaikan salam
-menjelaskan tujuan penyuluhan
-Menjawab salam
-Mendengar
-Memberi respon
09.00-09.05 WIB
2.       
Penyampaian materi


















Penutup dan salam
-menyampaikan materi :
1. pengertian halusinasi
2. menyebutkan pencetus halusinasi
3. menyebutkan tanda dan gejala halusinasi
4. menyebutkan tipe-tipe halusinasi
5. proses terjadinya halusinasi
6. cara mengtasi pasien dengan halusinasi

-Tanya jawab
- Menyimpulkan hasil materi yang di diskusikan
-Menyampaikan salam

- mendengarkan dan
- memperhatikan

















-Menjawab
- Mendengarkan
- Menjawab salam
09.05-09.20 WIB



















09.20-09.30 WIB
E.     METODE
1.      Prolog
2.      Ceramah
3.      Tanya jawab

F.      MEDIA
1.      Leaflet

G.    SETTING TEMPAT
-          Peserta duduk di kursi tunggu
-          Penyaji di depannya

H.    PENGORGANISASIAN
1.      Moderator             : Ahamad Fadjar Bima
2.      Penyaji                  : Rizka berti P.
3.      Fasilitator              : Siti Afifah
  Denys Purfi A.
4.      Observer                : Bella Martha Lena
  Endi Vilanty A.

I.       EVALUASI
1.      Pre
-Keluarga pasien antusian dengan diadakannya penyuluhan kesehatan tentang mencegah kekambuhan penderita gangguan jiwa dengan halusinasi
-keluarga pasien kooperatif dalam acara penyuluhan

2.   Post
- Keluarga pasien mampu memahami tentang :
1.Menyebutkan apa itu halusinasi
2. Menyebutkan faktor pencetus dari halusinasi
3. Menyebutkan tanda dan gejala halusinasi
4. Menyebutkan apa saja tipe-tipe dari halusinasi
5. Bagaimana proses terjadinya halusinasi
6. Bagaimana cara mengatasi pasien dengan halusinasi
PERAN KELUARGA DALAM MENCEGAH KEKAMBUHAN
PENDERITA GANGGUAN JIWA DENGAN HALUSINASI
DI RUMAH


1.      Pengertian
Halusinasi adalah terjadnya persepsi dalam kondisi sadar tanpa adanya rangsang yang nyata terhadap indera. Kualitas dari persepsi itu dirasakan penderita sangat jelas, substansial, dan berasal dari luar ruang nyatanya. Defines ini dapat membedakan halusinasi dengan mimpi, berhayal, ilusi, dan pseudohalusinasi ( tidak sama dengan persepsi sesungguhnya, namun tidak dalam keadaan terkendali ). Contoh dari fenomena ini adalah dimana seseorang mengalami gangguan penglihatan , dimana ia merasa melihat suatu objek , namun indera penglihatan orang lain tidak bisa menangkap objek yang sama.
Halusinasi juga harus dibedakan dengan delusi pada persepsi, dimana indera menangkap rangsang nyata, namun persepsi nyata yang diterimanya itu diberikan makna yang dan berbeda (bizzare). Sehingga orang yang mengalami delusi lebih percaya kepada hal-hal yang atau tidak masuk logika. Halusinasi dapat dibagi berdasarkan indera yang bereaksi saat persepsi ini terbentuk, yaitu
·        Halusinasi visual
·        Halusinasi auditori
·        Halusinasi olfaktori
·        Halusinasi gustatori
·        Halusinasi taktil

2.      Pencetus halusinasi
-    Sakit dengan panas tinggi sehingga mengganggu keseimbangan tubuh.
-    Gangguan jiwa Skizofrenia
-    Pengkonsumsian narkoba atau narkotika tertentu seperti : ganjamorphinkokain, dan ltd
-    Mengkonsumsi alkohol berkadar di atas 35% : seperti vodkagin di atas batas kewajaran
-    Trauma yang berlebihan.

3.      Tanda dan gejala halusinasi
1) Berbicara, senyum, tertawa sendiri.
2) Mengatakan mendengar suara, melihat, mengecap, menghidu ataumencium, merasasesuatau yang tidak nyata
3) Merusak diri sendiri, orang lain dan lingkungan.
4) Tidak dapatmembedakan hal yangnyatadantidaknyata.
5) Tidak bisa memusatkan perhatian dan konsentrasi.
6) Tidak bisa memusatkan perhatian dan konsentrasi.
7) Pembicaraan kacau, kadang tidak masuk akal.
8) Sikap curiga dan bermusuhan.
9) Menarik diri, menghindar dari orang lain.
10) Ketakutan
11) Tidak mampu melaksanakan asuhan mandiri, mandi, sikat gigi, gantipakaian, berhias yang rapi.
12) Mudah tersinggung, jengkel, marah.
13) Menyalahkan diri sendiri, orang lain.
14) Muka merah kadang pucat.
15) Tekanan darahmeningkat.
16) Napas terengah – engah nadi cepat, banyak keringat.

4.      Tipe-tipe halusinasi
Halusinasi dibagi menjadi beberapa jenis, yitu sebagai berikut (Maramis, 2004):
a.       Halusinasi penglihatan (visual, optik) adalah perasaan melihat sesuatu objek tetapi pada kenyataannya tidak ada. 
b.      Halusinasi pendengaran (auditif, akustik) adalah perasaan mendengar suara-suara,berupa suara manusia, hewan atau mesin, barang, kejadian alamiah dan musik. 
c.       Halusinasi penciuman (olfaktorik) adalah perasaan mencium sesuatu bau atau aroma tetapi tidak ada. 
d.      Halusinasi pengecapan (gustatorik) adalah kondisi merasakan sesuatu rasa tetapi tidak ada dalam mulutnya, seperti rasa logam. 
e.       Halusinasi peraba (taktil) adalah kondisi merasa diraba, disentuh, ditiup, disinari atau seperti ada ulat bergerak di bawah kulitnya. 
f.       Halusinasi kinestetik adalah kondisi merasa badannya bergerak dalam sebuah ruang, atau anggota badannya bergerak.

5.      Proses terjadinya halusinasi
Fase-fase halusinasi menurut Farida, Yudi, hal 106 meliputi :
a. Fase Pertama
Disebut juga fase comforting yaitu fase menyenangkan. Pada tahap ini masuk
dalam golongan nonpsikotik. Karakteristik : klien mengalami stress, cemas,
perasaan perpisahan, rasa bersalah, kesepian yang memuncak, dan tidak dapat
diselesaikan. Klien mulai melamun dan memikirkan hal-hal yang
menyenangkan, cara ini hanya menolong sementara.
Perilaku klien : menggerakan bibir tanpa suara, pergerakan mata yang
cepat, diam dan asyik sendiri, respon verbal yang lambat jika sedang asyik
dengan halusinasinya.
b. Fase Kedua
Disebut juga fase condemming atau ansietas berat. Pengalaman sensori yang
menjijikkan dan menakutkan. Klien mulai lepas kendali dan mungkin
mencoba untuk mengambil jarak dirinya dengan sumber yang diekspresikan.
Fase ini bersifat psikotik ringan.
Perilaku klien : meningkatkan tanda-tanda system saraf otonom akibat
ansietas seperti peningkatan denyut jantung, pernafasan, dan tekanan darah.8
Rentang perhatin menyempit, asyik dengan pengalaman sensori dan
kehilangan kemampuan membedakan halusinasi dan realita.
c. Fase Ketiga
Adalah fase controlling. Klien mengalami ansietas berat dan pengalaman
sensorik menjadi berkuasa. Klien berhenti menghentikan perlawanan kesepian
jika sensori halusinasi berhenti. Fase ini bersifat psikotik.
Perilaku klien : kemauan yang dikendalikan halusinasi akan lebih
diikuti, kesukaran berhubungan dengan orang lain, rentang perhatian hanya
beberapa detik atau menit.
d. Fase Keempat
Disebut juga fase Conquering. Klien mengalami panik dan umumnya menjadi
melebur dalam halusinasi. Pengalaman sensori menjadi mengancam jika klien
mengikuti perintah halusinasi. Karakteristik : halusinasi berubah menjadi
mengancam, memerintah, dan memarahi klien. Klien menjadi takut, tidak
berdaya, hilang kontrol.
Perilaku klien : perilaku teror akibat panik, potensi bunuh diri, perilaku
kekerasan, menarik diri.Cara mengatasi pasien dengan halusinasi

6.      Cara mengatasi halusinasi
-          Bila penderita sedang dalam keadaan relatif baik, ajak bicara/ diskusi dan tanyakan hal hal apa yang bisa membuatnya lebih nyaman dan mengurangi dampak dari halusinasi tersebut. Misalnya: tanyakan kapan atau pada kondisi seperti apa halusinasi tersebut muncul, kapan halusinasi itu jarang atau tidak muncul, dll.
-          Berikan rasa nyaman dan perlindungan
-          Kurangi rangsangan yang bisa mencetuskan halusinasi (suara TV atau radio yang terlalu keras, teriakan-teriakan, gaduh, banyak orang/ tamu, dll.
-          Identifikasi hal hal yang menjadi pemicu stress. Misalnya: banyak orang/ kerumunan orang di toko atau mall, beradu mulut, dimarahi, dll.
-          Ciptakan hal hal atau kegiatan yang bisa mengalihkannya dari halusinasi, seperti: melakukan kegiatan yang menyenangkan hatinya (bermusik, berkebun, menggambar, dll), melakukan pekerjaan rumah yang ringan, diajak ngobrol, mendengarkan radio atau melihat TV, dll.
-          Latihan teknik relaksasi
-          Minum obat sesuai perintah dokter








DAFTAR PUSTAKA


1.       Dalami, E., Suliswati., Rochimah., Suryati, K, R. & Lestari, W. 2009. Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Jiwa. Penerbit: Trans Media,Jakarta.
  1. Maramis, W, F. 2004. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Airlangga University Press. Surabaya.
  2. Nasution, Saidah, S. 2003. Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Perubahan Sensori Persepsi: Halusinasi. http://usupress.usu.ac.id.
4.       Stuart & Sundeen. 1998. Buku Saku Keperwatan Jiwa, Edisi 3. EGC: Jakarta.
  1. Townsend, C, Mary. 2002. Psychiatric Mental Health Nursing Consepts of Care,ed.4. Davis Company. Philadelphia.










 

SHARE D' MOMENT Template by Ipietoon Blogger Template | Gadget Review