Selasa, 09 Desember 2014

LAPORAN PENDAHULUAN HALUSINASI PENDENGARAN

Diposting oleh Unknown di 03.40
LAPORAN PENDAHULUAN
HALUSINASI PENDENGARAN

        I.            Kasus (masalah utama)
Perubahan sensori-perseptual : Halusinasi Pendengaran
      II.            Proses Terjadinya Masalah
2.1. Definisi
·         Halusinasi adalah terganggunya persepsi sensori seseorang, dimana tidak terdapat stimulus. (Varcarolis, 2006)
·         Halusinasi pendengaran adalah individu mendengar suara yang menertawakan, mengejek atau mengancam padahal sebenarnya tidak ada suara disekitarnya, suara-suara tersebut dapat berupa manusia, hewan, mesin, barang, kejadian alamiah dan mistik.
2.2. Etiologi
a.      Faktor Predisposisi
·         Faktor Genetic
Telah diketahui bahwa secara genetic halusinasi diturunkan melalui kromosom tertentu. Namun demikian, kromosom yang keberapa yang menjadi faktor penentu gangguan ini, sampai sekarang masih dalam tahap penelitian.
·         Faktor Neurobiology
Pada halusinasi ditemukan adanya korteks prefrontal dan korteks limbaks yang tidak berkembang penuh serta menjadi penurunan volume dan fungsi otak yang abnormal.
·         Study Neurotransmitter
Halusinasi diduga juga disebabkan oleh adanya ketidakseimbangan neurotransmiter, dopamin berlebihan, tidak seimbang dengan kadar serotonin.
·         Teori Virus
Paparan virus influenza pada trimester ketiga kehamilan dapat menjadi faktor predisposisi halusinasi.
·         Psikologi
Kondisi psikologi menjadi faktor predisposisi antara lain yang diperlukan oleh ibu yang over protektif, dingin dan tidak berperasaan, sementara ayah yang mengambil jarak dengan anaknya.
b.      Faktor Presipitasi
·         Berlebihan proses informasi pada sistem syaraf yang menerima dan memproses informasi di talamus dan frontal otak.
·         Mekanisme penghantaran listrik disyaraf terganggu.
·         Gejala pemicu seperti kondisi kesehatan, lingkunga, sikap dan perilaku seperti pada tanda dan gejala.
c.       Mekanisme Koping
Regresi, menjadi masalah beraktifitas sehari-hari.
2.3. Tanda dan Gejala
a)      Cenderung menarik diri, sering didapatkan individu duduk terpaku dengan pandangan mata pada satu orang.
b)      Cenderung mempunyai rasa takut, gelisah dan kadang menangis.
c)      Kadang tersenyum dan bicara sendiri.
d)      Tiba-tiba marah dan menyerang orang lain.
e)      Melakukan kegiatan karena ada sesuatu yang menakutkan.
f)       Menurut individu, individu mengatakan ia merasa takut melihat temanya yang sudah meninggal, mengancam akan membunuh.
Halusinasi berkembang melalui 4 tahap, yaitu:
1.      Fase pertama atau Camforting (Ansietas Sedang)
a)      Klien mengalami stress, cemas, perasaan perpisahan, kesepian yang memuncak yang tidak dapat diselesaikan.
b)      Klien mulai melamun dan memikirkan tentang hal-hal yang menyenangkan, cara ini  hanya akan menolong sementara waktu, klien masih dapat mengontrol kesadaran dan dapat mengontrol pikiranya, namun intensitas presepsi meningkat.
2.      Fase kedua atau Condemning (Ansietas Berat)
a)      Kecemasan meningkat yang berhubungan dengan pengalaman interpersonal dan eksternal, pelamun, berfikir sendiri jadi pedoman.
b)      Mulai diserahkan oleh bisikan yang tidak jelas.
c)      Klien tidak ingin orang lain tahu dan ia tetap dapat mengontrol.
3.      Fase  ketiga atau Controling (Ansietas Berat)
a)      Bisikan suara : isi halusinasi  makin menonjol, menguasai dan mengontrol klien.
b)      Klien menjadi terbiasa dan menjadi tidak percaya dengan halusinasinya.
4.      Fase keempat atau Conguering (Panik)
a)      Halusinasi berubah menjadi mengancam, memerintah dan memarah
b)      Klien menjadi takut, tidak berdaya hilang kontrol dan tidak dapat berhubungan  secara nyata dengan orang lain di lingkungan.

2.4. Rentang Respons
            Rentang Respons Halusinasi atau Neurobiologic
Respon Adaptif                                                            Respon Maladaptif
Pikiran logis                               Distribusi pikiran                           Gangguan Pikiran
Persepsi Akurat                         Ilusi                                                  Halusinasi
Emosi Konsisten                        Reaksi Emosi                                 Kerusakan Poros
Dengan Pengalaman                Berlebihan atau Kurang              Emosi
Perilaku Sesuai                          Perilaku Tidak Sesuai                   Perilaku Diorganisasi
Hubungan Sosial                       Menarik diri

                  Respon Klien:
o   Apa yang dilakukan klien saat pengalaman halusinasi
o   Apakah masih bisa mengontrol stimulus halusinasi atau tidak berdaya lagi terhadap halusinasi.
            2.5. Akibat Halusinasi
        Resiko menciderai sendiri, orang lain, dan lingkungan, klien yang mengalami dapat kehilangan kontrol dirinya, sehingga bisa membahayakan dirinya sendiri, orang lain dan merusak lingkungan.
Hal ini terjadi jika halusinasi sudah sampai fase IV dimana klien mengalami panik dan perilakunya dikendalikan oleh isi halusinasinya.
Klien benar-benar kehilangan kemampuan penilaian realistik terhadap lingkunganya. Dalam situasi ini klien dapat melakukan bunuh diri, membunuh orang lain bahkan merusak lingkungan.
    III. A. Pohon Masalah
Resiko tinggi Kekerasan
 
 


Efek

Penampilan tidak adekuat
 
Perubahan persepsi sensori:Halusinasi Pendengaran
 
Core Problem
 



Defisit Perawatan Diri
 
Causa
Isolasi Sosial:Menarik Diri
 

B.  Maslah  Keperawatan dan Data yang Perlu dikaji
1.         Resiko tinggi melakukan kekerasan
            DS: Kliean mengatakan mendengar suara-suara, takut terhadap suara-suara yang  didengar, ingin memukul dan melempar barang-barang.
DO: -  Klien sering  berbicara sendiri
-   Duduk terpaku dengan pandangan mata satu arah
- Tertawa dan tersenyum sendiri
- Terlibat pembicaraan dengan benda mati/object tidak jelas
- Gelisah dan ketakutan
2.      Perubahan persepsi sensori:Halusinasi Pendengaran
DS: Klien mengatakan seperti mendengar bunyi dan suara-suara yang menyuruh melakukan sesuatu
DO: - Bersikap seperti mendengar/melihat sesuatu
-    Berhenti berbicara di tengah kalimat untuk mendengarkan sesuatu
-    Berbicara dan tertawa diri sendiri
-    Disorientasi dan respon yang tidak sesuai
3.      Interaksi Sosial:Menarik Diri
DS: - Klien mengatakan tidak cocok dengan orang lain
-    Klien mengatakan apa yang mau dibicarakan
DO: - Klien selalu menyendiri
- Klien tidak mau bergaul dengan orang lain
- Mondar mandir.
    IV.            Diagnosa Keperawatan
a.  Resiko tinggi melakukan kekerasan berhubungan dengan halusinasi pendengaran
b.Perubahan persepsi sensori:Halusinasi pendengaran berhubungan dengan mebarik diri
c.   Kekerasan interaksi sosial:Menarik diri berhubungan dengan harga diri rendah.
      V.            Rencana Tindakan Keperawatan
D x I : Resiko tinggi melakukan kekerasan berhubungan dengan halusinasi pendengaran
Tujuan Umum: Klien tidak melakukan kekerasan
Tujuan Khusus:
TUK I: Klien dapat membina hubungan saling percaya
         Kriteria Evaluasi:
Ekspresi wajah bersahabat, menunjukkan rasa senang, ada kontak mata, mau berjabat tangan, mau menyebut nama, mau menjawab salam, mau duduk berdampingan, mau mengutarakan masalah yang dihadapi.
Intervensi I : Bina hubungan saling percaya dengan menggunakan prinsip komunikasi terapeutik.
a.    Sapa klien dengan ramah baik verbal maupun nonverbal
b.Perkenalkan diri dengan sopan.
c.  Tanyakan nama lengkap dan panggilan yang disukai klien
d.Jelaskan tujuan pertemuan
e.Jujur dan menepati janji
f.  Tunjukan sikap empati dan menerima klien apa adanya.
g.Beri perhatian dan perhatikan kebutuhan dasar klien

TUK II : Klien dapat mengenal halusinasinya.
                     Kriteria evaluasi :
                     Klien dapat menyebutkan waktu,isi,frekuensi timbulnya halusinasi.
Intervensi II :
1.      Adakan kontak sering dan singkat secara bertahap
2.      Opservasi perilaku klien yang berhubungan dengan halusinasi .
3.      Terima halusinasi sebagai hal yang nyata bagi klien dan tidak nyata bagi perawat.
4.      Identifikasi bersama klien tentang waktu munculnya halusinasi,isi,dan frekuensi timbulnya halusinasi.
5.      Dorong klien untuk mengungkapkan perasaannya ketika halusinasi muncul.
6.      Diskusikan dengan klien mengenai perasaannya saat terjadi halusinasi

TUK II :Klien dapat mengendalikan halusinasinya.
Kriteria Evaluasi  :
·         Klien dapat menyebutkna tindakan yang biasanya dilakukan untuk mengendalikan halusinasinya
·         Klien dapat menyebutkan cara baru
·         Klien dapat memilih cara mengatasi halusinasinya seperti yang telah didiskusikan dengan klien
·         Klien dapat melaksanakan cara yang dipilih untuk mengedalikan halusinasinya
·         Klien dapat mengukuti terapi.
Intervensi III :
1.      Identifikasi bersama klien tindakan yang biasa dilakukan bila suara tersebut ada.
2.      Beri ujuan terhadap tindakan klien yang positif
3.      Bersama klien merencanakan kegiatan untuk mecegah terjadinya halusinasi.
4.      Diskusikan cara mencegah halusinasinya dan mengendalikan halusinasinya.
Contoh : bicara dengan orang lain, melakukan kegiatan, mengatakan pada suara “saya tidak mendengar/saya tidak mau dengar/pergi kamu dari sini.”
5.      Dorong klien untuk memilih cara yang akan digunakan dalam menghadapi halusinasi.
6.      Beri pujian pada pilihan klien yang tepat dan benar.
7.      Dorong klien untuk melakukan tindakan sesui cara yang telah dipilih dalam menghadapi halusinasinya
8.      Diskusikan dengan klien upaya yang telah dilakukan,
9.      Beri pujian atas upaya yang berhasil dan beri jalan keluar atas upaya yang belum berhasil
TUK IV : Klien dapat dukungan keluarga untuk mengendalikan halusinasinya.
Kriteria Evaluasi :
·         Keluarga dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat.
·         Keluarga dapat menyebutkan pengertian,tanda,dan tidakan untuk mengendalikan halusinasinya.
Intervensi IV :
1.      BHSP dengan keluarga
2.      Kaju pengetahuan keluarga tentang halusinasinya dan tindakan yang dilakukan dalam merawat klien
3.      Beri penguatan dan pujian pada tindakan yang positif.
4.      Diskusikan dengan keluarga tentang halusinasi,tanda,dan cara perawatan di rumah
5.      Anjurkan keluarga untuk mendemonstrasikan cara merawat klien diramah
6.      Beri penguatan dan pujian terhadap tindakan yang tepat.
TUK V : Klien dapat menggunakan obat untuk mengendalikan halusinasinya.
Kriteria hasi/evaluasi :
·         Klien dan keluarga dapat menyebutkan manfaat,dosis,dan efek samping obat.
·         Klien dan keluarga dapat mendemonstrasikan penggunaan obat yang benar.
·         Klien dapat informasi tentang manfaat dan efek samping obat.
·         Klien dapat mengetahui akibat berhentinya minum obat tanpa konsultasi
·         Klien dapat menyebutkan prinsip 5 benar dalam menggunakan obat.

Intervensi V :

1.      Diskusikan dengan klien dan keluarga tentang obat yang tepat untuk mengendalian halusinasinya

2 komentar:

thefikkar mengatakan...

Mantap benar Laporan nya

Unknown mengatakan...

Blogs are not just for socializing with others but it can also give us useful information like this. Just like me, I’m a new blogger and this article gave me lots of ideas on how to start blogging to a site or posts. Askep Hepatitis

LP Hipertensi Terbaru

Posting Komentar

 

SHARE D' MOMENT Template by Ipietoon Blogger Template | Gadget Review