Sabtu, 06 Desember 2014

ASKEP HEPATITIS

Diposting oleh Unknown di 01.58
BAB I
PENDAHULUAN

1.      Latar Belakang
Hepatitis virus akut merupakan penyakit infeksi yang penyebarannya luas dalam tubuh walaupun efek yang menyolok terjadi pada hepar. Telah ditemukan 5 kategori virus yang menjadi agen penyebab yaitu Virus Hepatitis A (HAV), Virus Hepatitis B (HBV), Virus Hepatitis C (HVC), Virus Hepatitis D (HDV), Virus Hepatitis E (HEV).
Walaupun kelima agen ini dapat dibedakan melalui petanda antigeniknya, tetapi kesemuanya memberikan gambaran klinis yang mirip, yang dapat bervariasi dari keadaan sub klinis tanpa gejala hingga keadaan infeksi akut yang total.
Bentuk hepatitis yang dikenal adalah HAV ( Hepatitis A ) dan HBV (Hepatitis B). kedua istilah ini lebih disukai daripada istilah lama yaitu hepatitis infeksiosa dan hepatitis serum, sebab kedua penyakit ini dapat ditularkan secara parenteral dan non parenteral.
Hepatitis virus yang tidak dapat digolongkan sebagai Hepatitita A atau B melalui pemeriksaan serologi disebut sebagai Hepatitis non-A dan non-B (NANBH) dan saat ini disebut Hepatitis C (Dienstag, 1990). Selanjutnya ditemukan bahwa jenis hepatitis ini ada 2 macam, yang pertama dapat ditularkan secara parenteral (Parenterally Transmitted) atau disebut PT-NANBH dan yang kedua dapat ditularkan secara enteral (Enterically Transmitted) disebut ET-NANBH (Bradley, 1990; Centers for Disease Control, 1990). Tata nama terbaru menyebutkan PT-NANBH sebagai Hepatitis C dan ET-NANBH sebagai Hepatitia E (Bradley,1990; Purcell, 1990).
Virus delta atau virus Hepatitis D (HDV) merupakan suatu partikel virus yang menyebabkan infeksi hanya bila sebelumnya telah ada infeksi Hepatitis B, HDV dapat timbul sebagai infeksi pada seseorang pembawa HBV.
Hepatitis menjadi masalah kesehatan masyarakat yang penting tidak hanya di Amerika tetapi juga diseluruh Dunia. Penyakit ini menduduki peringkat ketiga diantara semua penyakit menular yang dapat dilaporkan di Amerika Serikat (hanya dibawah penyakit kelamin dan cacar air dan merupakan penyakit epidemi di kebanyakan negara-negara dunia ketiga. Sekitar 60.000 kasus telah dilaporkan ke Center for Disease Control di Amerika Serikat setiap tahun, tetapi jumlah yang sebenarnya dari penyakit ini diduga beberapa kali lebih banyak. Walaupun mortalitas akibat hepatitis virus ini rendah, tetapi penyakit ini sering dikaitkan dengan angka morbiditas dan kerugian ekonomi yang besar.
2.       Tujuan
         Tujuan Umum
ü  Untuk mendapatkan gambaran secara nyata dalam melaksanakan asuhan keperawatan klien hepatitis
         Tujuan khusus
Untuk memperoleh gambaran nyata mengenai :
ü  Pengertian,Etiologi,Cara Penyebaran,Pemeriksaan,Penatalaksanaan hepatitis
ü  Pengkajian klien hepatitis
ü  Diagnosa yang mungkin timbul pada klien hepatitis
ü  Intervensi yang akan dilaksanakan pada klien hepatitis

3.      Manfaat
ü  Sebagai bahan pembelajaran untuk penderita hepatitis agar lebih menjaga kesehatannya
ü   Sebagai tambahan membuat asuhan keperawatan
ü   Sebagai sumber informasi bagi para pembaca
















BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

1. KOSEP DASAR TEORI
A. PENGERTIAN
Hepatitis adalah infeksi sistemik oleh virus disertai nekrosis dan inflamasi pada sel-sel hati yang menghasilkan kumpulan perubahan klinis, biokimia serta seluler yang khas (Brunner & Suddarth, 2001).
Hepatitis adalah peradangan pada hati atau infeksi pada hati (Elizabeth J. Corwin, 2001). Hepatitis ada yang akut dan ada juga yang kronik. Hepatitis akut adalah penyakit infeksi akut dengan gejala utama yang berhubungan erat dengan adanya nekrosis pada jaringan hati (Kapita Selekta Kedokteran Edisi 3 Jilid I).
Hepatitis kronik adalah suatu sindrom klinis dan patologis yang disebabkan oleh bermacam-macam etiologi yang ditandai oleh berbagai tingkat peradangan dan nekrosis pada hati yang berlangsung terus-menerus tanpa penyembuhan dalam waktu palaing sedikit 6 bulan (Ilmu Penyakit Dalam Jilid I Edisi 3).

B. ETIOLOGI
a.      Virus.
b.      Bakteri (salmonella typhi).
c.       Obat-obatan.
d.      Racun (hepatotoxic).
e.       Alcohol.
 C. KLASIFIKASI
 Hepatitis A (Hepatitis Infeksiosa)
·         Penyebab : Virus hepatitis A (HAV).
·         Cara penularan :                -   Jalur fekal-oral.
-       Sanitasi yang jelek.
-       Kontak antar manusia.
-       Dibawa oleh air & makanan.
·         Inkubasi (hari) : 15-49 hari, rata-rata 30 hari.
·         Imunitas : Homologus.
·         Tanda dan gejala : -   Dapat terjadi dengan atau tanpa gejala : sakit mirip flu.
·         Fase pra-ikterik : sakit kepala, malaise, fatique, anoreksia, febris.
·         Fase ikterik : Urine yang berwarna gelap, gejala ikterus pada sclera & kulit, nyeri tekan pada hati.
·         Hasil akhir :     biasanya ringan dengan pemulihan. Tidak terdapat status karier atau meningkatnya resiko hepatitis kronis, sirosis, atau kanker hati.
2.      Hepatitis B (Hepatitis Serum)
·         Penyebab : Virus Hepatitis B (HBV).
·         Cara penularan :    Parenteral atau lewat kontak dengan karier
koncak seksual &
oral-oral.
Penularan perinatal dari ibu kepada bayinya.
·         Inkubasi : 28-160 hari. Rata-rata 70-80 hari.
·         Imunitas : Homologus.
·         Tanda & gejala : Dapat terjadi tanpa gejala, dapat timbul antralgia ruam.
·         Hasil akhir : Dapat berat. Status karier mungkin terjadi. Meningkatnya resiko hepatitis kronis, sirosis, & kanker hati.
3.      Hepatitis C (Hepatitis non- A, non-Ba)
·         Penyebab : Virus hepatitis C (HCV).
·         Cara penularan :      Transfusi darah & produk darah, terkena darah yang terkontaminasi lewat peralatan atau parafenalia obat
·         Inkubasi : 15-160 hari (rata-rata 50 hari).
·         Imunitas :    Serangan kedua dapat homologus menunjukkan imunitas yang rendah atau infeksi oleh agens lain.
·         Tanda & gejala : Serupa dengan HBV : tidak begitu berat & anikterik.
·         Hasil akhir :   Sering terjadi status karier yang kronis & penyakit hati yang kronis. Meningkatnya risiko kanker hati.
4.      Hepatitis D
·         Penyebab : Virus hepatitis D.
·         Cara penularan : Sama seperti HBV, antigen permulaan HBV diperlukan untuk replikasi ; pola penularan serupa dengan pola penularan HBV.
·         Inkubasi : 21-140 hari. Rata-rata 35 hari.
·         Imunitas : Homologus.
·         Tanda & gejala : Serupa dengan HBV.
·         Hasil akhir : Serupa dengan HBV, tetapi kemungkinan status karier, hepatitis aktif yang kronis & sirosis lebih besar.
5.      Hepatitis E
·         Penyebab : virus hepatitis E (HEV).
·         Cara penularan :      Jalur fekal-oral : kontak antar manusia dimungkinkan meskipun risikonya rendah.
·         Inkubasi : 15-65 hari. Rata-rata 42 hari.
·         Imunitas : Tidak diketahui.
·         Tanda & gejala : Serupa dengan HAV, kecuali sangat berat pada wanita hamil.
·         Hasil akhir : Serupa dengan HAV, kecuali sangat berat pada wanita hamil.

D.  GEJALA KLINIS
Menifestasi klinik dari semua jenis hepatitis virus secara umum sama. Manifestasi klinik dapat dibedakan berdasarkan stadium. Adapun manifestasi dari masing – amsing stadium adalah sebagai berikut.
1. Stadium praicterik berlangsung selama 4 – 7 hari. Pasien mengeluh sakit kepala, lemah,anoreksia, muntah, demam, nyeri pada otot dan nyeri diperut kanan atas urin menjadi lebih coklat.
2. Stadium icterik berlangsung selama 3 – 6 minggu. Icterus mula –mula terlihat pada sklera,kemudian pada kulit seluruh tubuh. Keluhan – keluhan berkurang, tetapi klien masih lemah, anoreksia dan muntah. Tinja mungkin berwarna kelabu atau kuning muda. Hati membesar dan nyeri tekan.
3. Stadium pascaikterik (rekonvalesensi). Ikterus mereda, warna urin dan tinja menjadi normal lagi. Penyebuhan pada anak – anak menjadi lebih cepat pada orang dewasa, yaitu pada akhir bulan ke 2, karena penyebab yang biasanya berbeda

 E. PATOFISIOLOGI
Inflamasi yang menyebar pada hepar (hepatitis) dapat disebabkan oleh infeksi virus dan oleh reaksi toksik terhadap obat-obatan dan bahan-bahan kimia. Unit fungsional dasar dari hepar disebut lobul dan unit ini unik karena memiliki suplai darah sendiri. Sering dengan berkembangnya inflamasi pada hepar, pola normal pada hepar terganggu. Gangguan terhadap suplai darah normal pada sel-sel hepar ini menyebabkan nekrosis dan kerusakan sel-sel hepar. Setelah lewat masanya, sel-sel hepar yang menjadi rusak dibuang dari tubuh oleh respon sistem imun dan digantikan oleh sel-sel hepar baru yang sehat. Oleh karenanya, sebagian besar klien yang mengalami hepatitis sembuh dengan fungsi hepar normal.
           Inflamasi pada hepar karena invasi virus akan menyebabkan peningkatan suhu badan dan peregangan kapsula hati yang memicu timbulnya perasaan tidak nyaman pada perut kuadran kanan atas. Hal ini dimanifestasikan dengan adanya rasa mual dan nyeri di ulu hati.
           Timbulnya ikterus karena kerusakan sel parenkim hati. Walaupun jumlah billirubin yang belum mengalami konjugasi masuk ke dalam hati tetap normal, tetapi karena adanya kerusakan sel hati dan duktuli empedu intrahepatik, maka terjadi kesukaran pengangkutan billirubin tersebut didalam hati. Selain itu juga terjadi kesulitan dalam hal konjugasi. Akibatnya billirubin tidak sempurna dikeluarkan melalui duktus hepatikus, karena terjadi retensi (akibat kerusakan sel ekskresi) dan regurgitasi pada duktuli, empedu belum mengalami konjugasi (bilirubin indirek), maupun bilirubin yang sudah mengalami konjugasi (bilirubin direk). Jadi ikterus yang timbul disini terutama disebabkan karena kesukaran dalam pengangkutan, konjugasi dan eksresi bilirubin.
           Tinja mengandung sedikit sterkobilin oleh karena itu tinja tampak pucat (abolis). Karena bilirubin konjugasi larut dalam air, maka bilirubin dapat dieksresi ke dalam kemih, sehingga menimbulkan bilirubin urine dan kemih berwarna gelap. Peningkatan kadar bilirubin terkonjugasi dapat disertai peningkatan garam-garam empedu dalam darah yang akan menimbulkan gatal-gatal pada ikterus.
F. PENATALAKSANAAN
1.      Tirah baring selama fase akut dengan diet yang cukup bergizi merupakan anjuran yang lazim.
2.      Diet TKTP, pemberian makanan intravena mungkin perlu selama fase akut bila pasien terus-menerus muntah.
3.      Aktivitas fisik biasanya perlu dibatasi hingga gejala-gejala mereda dan tes fungsi hati kembali normal.
4.      Terapi sesuai instruksi dokter.
5.      Jaga kebersihan perorangan dan lingkungan.
6.      Alat-alat makan disterilkan.
7.      Alat-alat tenun sebelum dicuci direndam dahulu dengan antiseptik.
Berikut ini adalah obat-obat yang dapta digunakan :
1.      Globulin imun (Ig) – digunakan sebagai profilaksis sebelum dan sesudah terpajan hepatitis A (diberikan dalam waktu 2 minggu setelah pemajanan)
2.      HBIG – diberikan sebagai profilaksis setelah pemajanan (tidak divaksinasi : diberikan per IM dan mulai dengan vaksin HB. Divaksinasi : diberikan per IM ditambah dosis booster. Perinatal : 0,5 ml per IM dalam 12 jam setelah kelahiran)
3.      Vaksin Hepatitis B (Hevtavax B) – digunakan untuk mencegah munculnya hepatitis B (Perinatal : diberikan per IM dalam 12 jam setelah kelahiran, diulangi pada usia 1 dan 6 bulan. Anak-anak yang berusia kurang dari 10 tahun. Tiga dosis IM (paha anterolateral / deltoid), dua dosis pertama diberikan berselang 1 bulan, dan booster diberikan 6 bulan setelah dosis pertama. Anak-anak yang berusia lebih dari 10 tahun. Diberikan tiga dosis ke dalam otot deltoid. Perhatikan bahwa anak yang menjalankan hemodialisis jangka panjang dan anak dengan sindrom Down harus divaksinasi secara rutin karena tingginya resiko memperoleh infeksi Hepatitis B ini).

G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Terdapat 2 pemeriksaan penting untuk mendiagnosis hepatitis, yaitu tes awal untuk mengkonfirmasi adanya peradangan akut pada hati dan tes yang bertujuan untuk mengetahui etiologi dari peradangan akut tersebut.
            Pemeriksaan tes fungsi hati, khususnya Alanin Amino Transferase (ALT = SGPT), Aspartat Amino Transferase (AST = SGOT). Bila perlu ditambah dengan pemeriksaan billirubin.
            Kadar transaminase (SGOT/SGPT) mencapai puncak pada saat timbulnya ikterus. Peningkatan kadar SGOT & SGPT yang menunjukkan adanya kerusakan sel-sel hati adalah 50-2.000 IU/mL. Terjadi peningkatan billirubin total serum (berkisar antara 5-20 mg/dL).
PEMERIKSAAN SERULOGI
Diagnosis mengenai jenis hepatitis merupakan hal yang penting karena akan menentukan jenis terapi yang akan diberikan. Salah satu pemeriksaan hepatitis adalah pemeriksaan serologi, dilakukan untuk mengetahui jenis virus penyebab hepatitis.
a. Diagnosis hepatitis A
         
Diagnosis hepatitis A akut berdasarkan hasil laboratorium adalah tes serologi untuk imunoglobulin M (lgM) terhadap virus hepatitis A. lgM antivirus hepatitis A positif pada saat awal gejala dan biasanya disertai dengan peningkatan kadar serum alanin amintransferase (ALT/SGPT). Jika telah terjadi penyembuhan, antibodi lgM akan menghilang dan akan muncul antibodi lgG. Adanya antibodi lgG menunjukkan bahwa penderita pernah terkena hepatitis A. Jika seseorang terkena hepatitis A maka pada pemeriksaan laboratorium ditemukan beberapa diagnosis berikut.
1.     Serum lgM anti-VHA positif.
2.     Kadar serum bilirubin, gamma globulin, ALT, dan AST meningkat ringan.
3.      Kadar alkalin fosfatase, gamma glutamil transferase, dan total bilirubin meningkat pada penderita yang kuning.           
b. Diagnosis hepatitis B
Adapun diagnosis pasti hepatitis B dapat diketahui berdasarkan pemeriksaan laboratorium.
1.      HBsAg (antigen permukaan virus hepatitis B) merupakan material permukaan/kulit VHB, mengandung protein yang dibuat oleh sel hati yang terinfeksi VHB. Jika hasil tes HbsAg positif artinya individu tersebut terinfeksi VHB, menderita hepatitis B akut, karier. atau pun hepatitis B kronis. HbsAg positif setelah 6 minggu terinfeksi virus hepatitis B dan menghilang dalam 3 bulan. Bila hasil menetap setelah lebih dari 6 bulan artinya hepatitis telah berkembang menjadi kronis atau karier.
2.      Anti-HBsAg (antibodi terhadap HbsAg) merupakan antibodi terhadap HbsAg yang menunjukkan adanya antibodi terhadap VHB. Antibodi ini memberikan perlindungan terhadap penyakit hepatitis B. Jika tes antiHBsAg positif artinya individu itu telah mendapat vaksin VHB, atau pernah mendapat imunoglobulin, atau juga bayi yang mendapat kekebalan dari ibunya. Anti-HbsAg yang positif pada individu yang tidak pernah mendapat imunisasi hepatitis B menunjukkan individu tersebut pernah terinfeksi VHB.
3.      HBeAg (antigen VHB) merupakan antigen e VHB yang berada di dalam darah. Bila positif menunjukkan virus sedang replikasi dan infeksi terus berlanjut. Apabila hasil positif menetap sampai 10 minggu akan berlanjut menjadi hepatitis B kronis. Individu yang positif HbeAg dalam keadaan infeksius dan dapat menularkan penyakitnya baik terhadap orang lain, maupun ibu ke janinnya.
4.      Anti-HBe (antibodi HBeAg) merupakan antibodi terhadap antigen HbeAg yang dibentuk oleh tubuh. Apabila anti-HBeAg positif artinya VHB dalam keadaan fase non-replikatif.
5.      HBcAg (antigen core VHB) merupakan antigen core (inti) VHB yang berupa protein dan dibuat dalam inti sel hati yang terinfeksi VHB. HBcAg positif menunjukkan keberadaan potein dari inti VHB.       
6.      Anti-HBc (antibodi terhadap antigen inti hepatitis B) merupakan antibodi terhadap HBcAg dan cenderung menetap sampai berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun. Antibodi ini ada dua tipe yaitu IgM anti-HBc dan IgG anti-HBc. IgM anti-HBc tinggi artinya infeksi akut, IgG anti-HBc positif dengan IgM anti-HBc yang negatif menunjukkan infeksi kronis atau pernah terinfeksi VHB.
c. Diagnosis hepatitis C
Diagnosis hepatitis C dapat ditentukan dengan pemeriksaan serologi untuk menilai antibodi dan pemeriksaan molekuler sehingga partikel virus dapat terlihat. Sekitar 30% pasien hepatitis C tidak dijumpai anti-HCV (antibodi terhadap VHC) yang positif pada 4 minggu pertama infeksi. Sementara sekitar 60% pasien positif anti-HCV setelah 5-8 minggu terinfeksi VHC dan beberapa individu bisa positif setelah 5-12 bulan. Sekitar 80% penderita hepatitis C menjadi kronis dan pada hasil pemeriksaan laboratorium dijumpai enzim alanine aminotransferase (ALT) dan peningkatan aspartate aminotransferase (AST).Pemeriksaan molekuler merupakan pemeriksaan yang dapat mendeteksi RNA VHC. Tes ini terdiri atas dua jenis, yaitu kualitatif dan kuantitatif. Tes kualitatif menggunakan teknik PCR (Polymerase Chain Reaction) dan dapat mendeteksi RNA VHC kurang dari 100 kopi per mililiter darah. Tes kualitatif dilakukan untuk konfirmasi viremia (adanya VHC dalam darah) dan juga menilai respon terapi.Selain itu, tes ini juga berguna untuk pasien yang anti-HCV-nya negatif, tetapi dengan gejala klinis hepatitis C atau pasien hepatitis yang tidak teridentifikasi jenis virus penyebabnya. Adapun tes kuantitatif sendiri terbagi atas dua metode, yakni metode dengan teknik branched-chain DNA dan teknik reverse-transcription PCR. Tes kuantitatif berguna untuk menilai derajat perkembangan penyakit. Pada tes kuantitatif ini dapat diketahui derajat viremia. Biopsi (pengambilan sedikit jaringan suatu organ) dilakukan untuk mengetahui derajat dan tipe kerusakan sel-sel hati.   
H. KOMPLIKASI
Dapat terjadi komplikasi ringan, misalnya kolestasis berkepanjangan, relapsing hepatitis, atau hepatitis kronis persisten dengan gejala asimtomatik dan AST fluktuatif.
Komplikasi berat dapat terjadi adalah hepatitis kronis aktif, sirosis hati, hepatitis fulminan, atau karsinoma hepatoseluler. Selain itu, dapat pula terjadi anemia aplastik, glomerulonefritis.























BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN
A.         PENGKAJIAN
·         Identitas px, meliputi : nama, umur, jenis kelamin, suku bangsa, pekerjaan, pendidikan, alamat, tanggal MRS, diagnosa medis, no. register.
·         Keluhan utama : nyeri yang dirasakan
·         Riwayat penyakit sekarang : px merasakan nyeri yang tak tertahankan
·         Riwayat penyakit dahulu : belum / pernah px mengalami seperti ini, atau yang lainnya.
·         Riwayat penyakit keluarga : apakah ada diantar keluarga yang pernah / mengalami penyakit yangt diderita sama seperti px.
·         Pola Fungsi Kesehatan
a.  Aktivitas/istirahat
Gejala  :   Kelemahan, kelelahan, malaise umum.
b.      Sirkulasi
Tanda  :   Bradikardi (hiperbilirubinemia berat). Ikterik pada sklera, kulit dan membran mukosa.
c.       Eliminasi
Gejala  :   Urine gelap, diare/konstipasi : faeces warna tanah liat,adanya/ berulangnya hemodialisa.
d.      Makanan dan cairan
Gejala  :   Hilang nafsu makan (anoreksia, penurunan berat badan atau meningkat (oedema), mual/muntah.
e.       Neurosensori
Tanda  :   Peka rangsang, cenderung tidur, letargi, asteriktis.
f.       Nyeri/kenyamanan
Gejala  :   Kram abdomen, nyeri tekan pada kuadran kanan atas, artalgia, mialgia, sakit kepala (pruritus).
Tanda  :   Otot tegang, gelisah.
g.      Pernafasan
Tanda  :   Tidak minat/enggan merokok (perokok).
h.      Keamanan
Gejala  :   Adanya transfusi darah/produk darah.
Tanda  :   Demam
Urtikaria, lesi makula papular, eritema tak beraturan eksaserbasi jerawat.
Angioma jaring-jaring, eritema palmar, ginekomastia (kadang-kadang ada pada hepatitis alkoholik).
i.        Seksualitas
Gejala  :   Pola hidup/perilaku meningkatkan resiko terpanjang (contoh : homoseksual aktif/biseksual pada wanita).
·         Pemeriksaan Penunjang
1.      Tes fungsi hati.
2.      AST (SGOT)/ALT (SGPT).
3.      Darah lengkap.
4.      Leukopenia.
5.      Diferensial darah lengkap.
6.      Alkali fosfatase.
7.      Feses.
8.      Albumin serum.
9.      Gula darah.
10.  Anti – HAV  IgM.
11.  Hbs Ag.
12.  Billirubin serum.
13.  Tes ekskresi BSP.
14.  Biopsi hati.
15.  Scan hati.
16.  Urinalisa.
B.         DIAGNOSA KEPERAWATAN
1.      Intolerans aktivitas berhubungan dengan Kelemahan umum : penurunan kekuatan/ketahanan : nyeri.
Mengalami keterbatasan aktivitas : depresi.
2.      Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kegagalan masukan untuk memenuhi kebutuhan metabolik : anoreksia, mua/muntah, gangguan absorbsi dan metabolisme pencernaan makanan : penurunan peristaltik (refleks viseral), empedu tertahan.
3.      Kekurangan volume cairan dan diare, perpindahan area ke tiga (acites), gangguan proses pembekuan
4.      Harga diri rendah situasional berhubungan dengan Gejala  :   Jengkel/marah, terkurung/isolasi, sakit lama/periode penyembuhan.
5.      Potensial terjadi penularan pada orang lain serta staf medis berhubungan dengan : kontak dengan pasien serta pengelolaan alat-alat.
6.      Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis, dan kebutuhan pengobatan berhubungan dengan salah interpretasi, tidak mengenal sumber informasi.

C.         INTERVENSI
1.            Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum; penurunan kekuatan/ketahanan; nyeri.
Tujuan                           : Pasien mampu beraktivitas kembali.
Kriteria Hasil                :                                                                                                                                  -  Menyatakan pemahaman situasi/faktor risiko & program pengobatan individu.
-    Menunjukkan tehnik/perilaku yang memampukan kembali melakukan aktivitas.
-    Melaporkan kemampuan melakukan peningkatan toleransi aktivitas.
Intervensi:
-          Tingkatkan tirah baring/duduk, berikan lingkungan tenang.
Rasional : Meningkatkan istirahat & ketenangan menyediakan energi yang digunakan untuk penyembuhan. Aktivitas dan posisi duduk tegak diyakini menurunkan aliran darah ke kaki, yang mencegah sirkulasi optimal ke sel hati.
-          Ubah posisi dengan sering. Berikan perawatan kulit yang baik.
Rasional : Meningkatkan fungsi pernapasan & meminimalkan tekanan pada area tertentu untuk menurunkan risiko kerusakan jaringan.
-          Lakukan tugas dengan cepat & sesuai toleransi.
Rasional : Memungkinkan periode tambahan istirahat tanpa gangguan.
-          Tingkatkan aktivitas sesuai toleransi. Bantu melakukan latihan rentang gerak sendi pasif/aktif.
Rasional : Tirah baring lama dapat menurunkan kemampuan. Ini dapat terjadi karena keterbatasan aktivitas yang mengganggu periode istirahat.
-          Awasi terulangnya anoreksia dan nyeri tekan pembesaran hati.
Rasional : Menunjukkan kurangnya resolusi/eksaserbasi penyakit, memerlukan istirahat lanjut, mengganti program terapi.
2.            Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan gangguan absorpsi & metabolisme pencernaan makanan ; penurunan peristaltik (refleks viseral), empedu tahanan.
Tujuan                     : Kebutuhan nutrisi terpenuhi.
Kriteria Hasil          :
- Menunjukkan perilaku perubahan pola hidup untuk meningkatkan/mempertahankan berat badan yang sesuai.
-    Menunjukkan peningkatan berat badan mencapai tujuan dengan nilai Lab. normal & bebas tanda malnutrisi.
Intervensi:
-          Awasi pemasukan diet. Berikan makanan sedikit dalam frekuensi sering dan tawarkan makanan pagi.
Rasional : Makan banyak sulit untuk mengatur bila pasien anoreksia. Anoreksia juga paling buruk selama siang hari, membuat masukan makanan yang sulit pada sore hari.
-          Berikan perawatan mulut sebelum makan.
Rasional : Menghilangkan rasa tak enak dapat meningkatkan nafsu makan.
-          Anjurkan makan pada posisi duduk tegak.
Rasional : Menurunkan rasa penuh pada abdomen dan dapat meningkatkan pemasukan.
-          Konsul pada ahli diet, dukungan tim nutrisi untuk memberikan diet sesuai kebutuhan pasien dengan masukan lemak & protein sesuai toleransi.
Rasional : Untuk memenuhi kebutuhan individu. Metabolisme lemak bervariasi tergantung pada produksi & pengeluaran empedu & perlunya pembatasan lemak bila terjadi diare.
-          Awasi glukosa darah.
Rasional : Hiperglikemia/hipoglikemia dapat terjadi, memerlukan perubahan diet/pemberian insulin.
-          Berikan tambahan makanan/nutrisi dukungan total bila dibutuhkan.
Rasional : Untuk memenuhi kebutuhan kalori bila tanda kekurangan terjadi/gejala memanjang.
3.         Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan melalui muntah dan diare, ditandai dengan  :
Tujuan             :Mempertahankan hidrasi adekuat.
Kriteria            :Tanda-tanda vital stabil, turgor kulit normal, masukan dan keluaran seimbang.
Intervensi
-          Awasi masukan dan haluaran, bandingkan dengan berat badan harian, catat kehilangan melalui usus, contoh muntah dan diare.
Rasional :Memberikan informasi tentang kebutuhan pengganti/efek terapi.
-          Kaji tanda vital,  nadi perifer, pengisian kapiler, turgor kulit dan membran mukosa.
Rasional          :Indikator volume sirkulasi/perifer.
-          Periksa acites atau pembentukan oedema, ukur lingkar abdomen sesuai indikasi.
Rasional          :Menerangkan kemungkingan perdarahan ke dalam jaringan.
-          Biarkan pasien menggunakan lap katun/spon dan pembersih mulut untuk sikat gigi.
Rasional          :Menghindari trauma dan perdarahan gusi.
-          Awasi nilai laboratorium, contoh Hb/Ht, Na + albumin dan waktu pembekuan.
Rasional          :Menunjukkan hidrasi dan mengidentifikasi retensi natrium/kadar protein yang dapat menimbulkan pembentukan oedema.
-          Berikan cairan IV, elektrolit.
Rasional          :Memberikan cairan dan penggantian elektrolit.
-          Protein hidrolisat : vitamin K
Rasional          :Memperbaiki kekurangan albumin/protein dapat membantu mengembalikan cairan dari jaringan ke sistem sirkulasi, mencegah masalah koagulasi.
4.                     Harga diri rendah berhubungan dengan gejala jengkel/marah, terkurung/ isolasi, sakit lama/periode penyembuhan.
Tujuan : Mengidentifikasi perasaan dan metode untuk koping terhadap persepsi negatif.
Kriteria
-          Menyatakan penerimaan diri dan lamanya penyembuhan/ kebutuhan isolasi.
-          Mengakui diri sebagai orang tua yang berguna.
Intervensi
-          Kontak dengna pasien mengenai waktu untuk mendengar.
Rasional    :Penyediaan waktu meningkatkan hubungan saling percaya.
-          Dorong diskusi perasaan marah.
Rasional    :Kesempatan untuk mengekspresikan perasaan memungkinkan pasien untuk merasa lebih mengontrol situasi. Pengungkapan menurunkan cemas dan depresi memudahkan perilaku koping positif.
-          Hindari membuat penilaian neoral tentang pola hidup.
Rasional    :Pasien merasa marah/kesal dan mengalahkan diri : penilaian dari orang lain akan merusak harga diri lebih lanjut.
-          Diskusikan harapan penyembuhan.
Rasional :Periode penyembuhan mungkin lama/potensial stres keluarga/ situasi dan memerlukan perencanaan, dukungan dan evaluasi.
-          Kaji efek penyakit pada faktor ekonomi pasien/orang terdekat.
Rasional :Masalah finansial dapat terjadi karena kehilangan peran fungsi pasien pada keluarga/penyembuhan lama.
-          Tawarkan aktivitas senggang berdasarkan tingkat energi.
Rasional :Memampukan pasien untuk menggungkan waktu dan energi pada cara konstruktif yang meningkatkan harga diri dan meminimalkan cemas dan depresi.
-          Anjurkan pasien menggunakan warna merah terang atau biru/hitam daripada kuning atau hijau.
Kolaborasi
-          Buat rujukan yang tepat untuk membantu, sesuai kebutuhan, contoh perencanaan pulang, pelayanan masyarakat dan atau lembaga komunitas lain.
Rasional :Dapat memudahkan pemecahan masalah dan membantu melibatkan individu untuk mengatasi masalah.
5.         Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan pertahankan tubuh sekunder tak adekuat dan malnutrisi.
Tujuan :Mencegah penularan kepada orang lain.
Kriteria            :Mendemonstrasikan/melakukan teknik-teknik/cara penularan penyakit. Perubahan-perubahan teknik ulang perilaku atau mencegah penularan penyakit terhadap orang lain.
Intervensi
-          Terapkan teknik isolasi dengan cara yang tepat
-          Gunakan celemek dan sarung tangan bila mengadakan kontak dengan klien  (berhati-hati terhadap kontaminasi dengan alat-alat suntik klien seperti darah dan sekretnya).
-          Cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan.
Rasional :Mencegah transmisi penyakit virus ke orang lain. Melalui cuci tangan yang efektif dalam mencegah transmisi virus tipe C di transmisikan melalui terpajan pada darah dan produk darah.
-          Jelaskan prosedur isolasi kepada klien dan keluarga.
Rasional :Mencegah transmisi penyakit virus ke orang lain.
-          Membahas pentingnya imunisasi kepada klien, keluarga dan tenaga kesehatan.
6.      Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan pengobatan berhubungan dengan salah interpretasi informasi, tidak mengenal sumber informasi ditandai dengan :
Tujuan             :Menyatakan pemahaman proses penyakit dan pengobatan.
Kriteria            :
-          Mengidentifikasi hubungan tanda/gejala penyakit dan hubungan dan gejala dengan faktor penyebab.
-          Melakukan perubahan perilaku dan berpatisipasi pada pengobatan
Intervensi1
-          Kaji tingkat pemahaman proses penyakit, harapan/prognosis, kemungkinan pilihan pengobatan.
Rasional :Mengidentifikasi area kekurangan/salah informasi dan memberikan kesempatan untuk memberikan informasi tambahan yang sesuai keperluan.
-          Berikan informasi khusus tentang pencegahan/penularan penyakit.
Rasional :Kebutuhan/rekomendasi akan bervariasi karena hepatitis dan situasi individu.
-          Bantu pasien mengidentifikasi aktivitas pengalih.
Rasional :Aktivitas yang dapat dinikmati akan dapat membantu menghindari pemusatan pada penyembuhan panjang.
-          Diskusikan pembatasan donatur darah.
Mencegah penyebaran penyakit. Kebanyakan undang-undang negara bagian menerima donor darah yang mempunyai riwayat berbagai tipe hepatitis.
-          Tekankan pentingnya mengevaluasi pemeriksaan fisik dan evaluasi laboratorium.
Rasional :Proses penyakit dapat memakai waktu berbulan-bulan untuk membaik. Bila gejala ada lebih lama dari enam bulan. Biopsi hati diperlukan untuk memastikan adanya hepatitis kronis.
-          Kaji ulang perlunya menghindari alkohol selama 6 – 12 bulan minuman atau lebih lama sesuai toleransi individu.
Rasional :Meningkatkan iritasi hepatik dan mempengaruhi pemulihan.




























BAB 3
PENUTUP
1.     Kesimpulan
 Hepatitis merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus  menyebakan peradangan pada hati. Hepatitis selain disebakan oleh virus disebabkan juga alcohol dan juga obat-obatan dan bahan-bahan kimia. Hepatitis pada anak-anak sebagian besar disebabkan oleh bahan-bahan kimia yang terkandung dalam snack. Selain itu juga anak-anak kurang memperhatikan akan kebersihan sehingga memudahkan virus untuk masuk ke dalam tubuh.
2.     Saran
Orang tua harus memberikan perhatian khusus pada anak dalam pemilihan makanan  serta memberikan pendidikan akan pentingnya kebersihan agar tidak terkena virus yag dapat menyebabkan penyakit hepatitis. Pada bayi sebaiknya ibu memberikan imunisasi secara tepat waktu untuk mencegah terjadinya hepatitis. 







DAFTAR PUSTAKA

Carpenito Lynda Jual, 1999, Rencana Asuhan dan Dokumentasi Keperawatan, EGC, Jakarta.
Gallo, Hudak, 1995, Keperawatan Kritis, EGC, Jakarta.
Hadim Sujono, 1999, Gastroenterologi, Alumni Bandung.
Moectyi, Sjahmien, 1997, Pengaturan Makanan dan Diit untuk Pertumbuhan Penyakit, Gramedia Pustaka Utama Jakarta.
Price, Sylvia Anderson, Wilson, Lorraine Mc Carty, 1995, Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses Penyakit, EGC, Jakarta.
Smeltzer, suzanna C, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Brunner dan Suddart. Alih bahasa Agung Waluyo, Edisi 8, jakarta, EGC, 2001.
Susan, Martyn Tucker et al, Standar Perawatan Pasien, jakarta, EGC, 1998.
Reeves, Charlene, et al,Keperawatan Medikal Bedah, Alih bahasa Joko Setiyono, Edisi I, jakarta, Salemba Medika.
Sjaifoellah Noer,H.M, 1996, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, jilid I, edisi ketiga, Balai Penerbit FKUI, jakarta.\


0 komentar:

Posting Komentar

 

SHARE D' MOMENT Template by Ipietoon Blogger Template | Gadget Review