ANEMIA
Pengertian
•
Anemia
merupakan keadaan dimana massa eritrosit dan atau massa hemoglobin yang beredar
tidak memenuhi fungsinya untuk menyediakan oksigen bagi jaringan tubuh
•
Secara
laboratoris anemia dijabarkan sebagai penurunan kadar hemoglobin serta hitung
eritrosit dan hematokrit di bawah normal
Kriteria Anemia
Batasan
yang umum digunakan adalah criteria WHO (1986). Dinyatakan anemia bila terdapat
nilai dengan criteria sebagai berikut:
·
Laki-laki
dewasa Hb
< 13 gr/dl
·
Perempuan
dewasa tidak hamil Hb < 12
gr/dl
·
Perempuan
hamil Hb
< 11 gr/dl
·
Anak
usia 6-14 tahun Hb
< 12 gr/dl
·
Anak
usia 6 bulan-6 tahun Hb
< 11 gr/dl
Untuk
criteria anemia di klinik, rumah sakit pada umumnya dinyatakan anemia bila
terdapat nilai sebagai berikut:
·
Hb
< 10 gr/dl
·
Hematokrit
< 30%
·
Eritrosit
< 2,8 juta/mm3
Derajat Anemia
Derajat
anemia ditentukan oleh kadar Hb. Klasifikasi derajat anemia yang umum dipakai
adalah sebagai berikut:
·
Ringan
sekali Hb 10 gr/dl-13 gr/dl
·
Ringan Hb 8 gr/dl-9,9 gr/dl
·
Sedang Hb 6 gr/dl-7,9
gr/dl
·
Berat Hb < 6 gr/dl
Patofisiologi
Timbulnya
anemia mencerminkan adanya kegagalan sumsum tulang atau kehilangan sel darah
merah berlebihan atau kombinasi keduanya. Kegagalan sumsum tulang dapat terjadi
akibat kekurangan nutrisi, pajanan toksik, invasi tumor, atau akibat penyabab
yang tidak diketahui. Sel darah merah dapat hilang melalui perdarahan atau
hemolisis. Lisis sel darah merah terjadi dalam sel fagositik atau dalam sistem
retikulo endothelial, terutama dalam hati dan limpa. Sebagian hasil sampingan
dari proses tersebut, bilirubin yang terbentuk dalam fagosit akan memasuki
aliran darah. Apabila sel darah merah mengalami penghancuran dalam sirkulasi,
maka hemoglobin akan muncul dalam plasma. Apabila konsentrasi plasmanya
melebihi kapasitas hemoglobin plasma, hemoglobin akan berdifusi dalam
glomerulus ginjal dan ke dalam urine
Pada
dasarnya gejala anemia timbul karena dua hal berikut ini:
1.
Anoksia
organ target karena berkurangnya jumlah oksigen yang dapat dibawa oleh darah ke
jaringan
2.
Mekanisme
kompensasi tubuh terhadap anemia
Kombinasi
kedua penyebab ini akan timbuk gejala yang disebut sindrom anemia
Gejala Umum Anemia
Gejala
umum anemia berupa sindrom anemia yaitu gejala yang timbul akibat penurunan
kadar hemoglobin di bawah titik tertentu. Gejala menurut organ yang terkena
sebagai berikut:
1.
Sistem
kardiovaskuler: lesu, cepat lelah, palpitasi, takikardi, sesak nafas saat
beraktivitas, angina pectoris, dan gagal jantung
2.
Sistem
saraf: sakit kepala, pusing, telinga mendenging, mata berkunag-kunang,
kelemahan otot, iritabilitas, lesu, perasaan dingin pada ekstremitas
3.
Sistem
urogenital: gangguan haid dan libido menurun
4.
Epitel:
warna pucat pada kulit dan mukosa, elstisitas kulit menurun, rambut tipis dan
halus
Gejala Khas Masing-masing Anemia
1.
Anemia
defisiensi besi: disfagia, atrofi papil lidah, stomatitis angularis
2.
Anemia
defisiensi asam folat: Lidah merah (buffy
tounge)
3.
Anemia
hemolitik: ikterus dan hepatosplenomegali
4.
Anemia
aplastik: perdarahan kulit atau mukosa dan tanda-tanda infeksi
Pemeriksaan Diagnostik
1.
Pemeriksaan
laboratorium hematologis
a.
Tes
penyaring: dikerjakan pada tahap awal setiap kasus anemia. Dengan pemeriksaan
ini dapat dipastikan adanya anemia, bentuk morfologi anemia tersebut.
Pemeriksaan meliputi:
· Kadar hemoglobin
· Indeks eritrosit (MCV, MCH dan MCHC)
· Apusan darah tepi
b.
Pemeriksaan
rutin merupakan pemeriksaan untuk mengetahui kelainan pada sistem leukosit dan
trombosit. Pemeriksaan meliputi laju endap darah (LED), hitung diferensial, dan
hitung retikulosit
c.
Pemeriksaan
sumsum tulang: pemeriksaan ini harus dikerjakan pada sebagian besar anemia
untuk mendapatkan diagnosis definitive meskipun ada beberpa kasus yang
diagnosisnya tidak memerlukan pemeriksaan sumsum tulang
d.
Pemeriksaan
atas indikasi khusus: pemeriksaan ini akan dikerjakan jika telah mempunyai
dugaan diagnosis awal sehingga fungsinya adalah untuk mengonfirmasi dugaan diagnosis
tersebut. Pemeriksaan meliputi komponen berikut ini
· Anemia defisiensi besi: serum iron, TIBC.
Saturasi transferin, dan feritin serum
· Anemia megaloblastik: asam folat
darah/eritrosit, vitamin B12
· Anemia hemolitik: hitung retikulosit, tes
cooms, dan elektroforesis Hb
· Anemia pada leukemia akut biasanya
dilakukan pemeriksaan sitokimia
2.
Pemeriksaan
laboratorium nonhematologis meliputi
a.
Faal
ginjal
b.
Faal
hati
c.
Asam
urat
d.
Faal
endokrin
e.
Biakan
kuman
3.
Pemeriksaan
penunjang lain
Pada
beberapa kasus anemia diperlukan pemeriksaan penunjang sebagai berikut:
a.
Biposi
kelenjar yang dilanjutkan dengan pemeriksaan histopatologi
b.
Radiologi:
thorak, bone survey, USG, atau
limfangiografi
c.
Pemeriksaan
sitogenetik
d.
Pemeriksaan
biologi molekuler (PCR = polymerase chain
reaction, FISH = fluorescence in situ
hybridization)
Penatalaksanaan Terapi
Pada
setiap anemia perlu diperhatikan prinsip-prinsip sebagai berikut:
1.
Terapi
spesifik sebaiknya diberikan setelah diagnosis ditegakkan
2.
Terapi
diberikan atas indikasi yang jelas, rasional, dan efisien
Jenis-jenis
terapi yang diberikan adalah:
1.
Terapi
gawat darurat
Pada kasus anemia dengan payah jantung atau
ancaman payah jantung, maka harus segera diberikan terapi darurat dengan
transfuse sel darah merah yang dimampatkan (PRC) untuk mencegah perburukan
payah jantung tersebut
2.
Terapi
khas untuk masing-masing anemia
Terapi ini bergantung pada jenis anemia
yang dijumpai, misalnya preparat besi untuk anemia defisiensi besi
3.
Terapi
kausal
Merupakan terapi untuk mengobati penyakit
dasar yang penjadi penyebab anemia. Misalnya anemia defisiensi besi yang
disebabkan infeksi cacing tambang, maka harus diberikan obat anti cacing
tambang
4.
Terapi
ex-juvantivus (empiris)
Terapi yang terpaksa diberikan sebelum diagnosis dapat
dipastikan, jika terapi ini berhasil berarti diagnosis dapat dikuatkan. Terapi
ini hanya dilakukan jika tidak tersedia fasilitas diagnostic yang mencukupi
ANEMIA APLASTIK
Pengertian
Anemia
aplastik merupakan anemia normokromik normositer yang disebabkan oleh disfungsi
sumsum tulang, sedemikian sehingga sel darah merah yang mati tidak diganti
Anemia
aplastik adalah anemia yang disertai dengan pansitopenia pada darah tepi yang
disebabkan oleh kelainan primer pada sumsum tulang dalam bentuk aplasia atau
hipoplasia tanpa adanya infiltrasi, supresi, atau pendesakan sumsum tulang
Etiologi
1.
Faktor
genetik
Kelompok
ini sering dinamakan anemia aplastik konstitusional dan sebagian besar
diturunkan melalui hokum mendel. Pembagian kelompok ini adalah sebagai berikut:
a.
Anemia
fanconi
b.
Diskeratosis
bawaan
c.
Anemia
palstik konstitusional tanpa kelainan kulit/tulang
d.
Sindrom
aplastik parsial
·
Sindrom
blackfand-diamond
·
Trombositopenia
bawaan
·
Agranulositosis
bawaan
2.
Obat-obatan
dan bahan kimia
Dapat
terjadi akibat hipersensitivitas atau dosis berlebihan. Obat yang sering
menyebabkan anemia aplastik adalah kloramfenikol
3.
Infeksi
a.
Sementara
·
Mononukleosis
infeksiosa
·
Tuberkulosis
·
Influenza
·
Bruselosis
·
Dengue
b.
Permanen
Penyebab
yang terkenal adalah virus hepatitis tipe non-A dan non-B. Umumnya anemia pasca
hepatitis ini mempunyai prognosis yang buruk
4.
Radiasi
Trejadi
pada pengobatan penyakit keganasan dengan sinar X. Bila penyinaran dihentikan,
sel-sel akan berproliferasi kembali
5.
Kelainan
imunologis
Zat
anti terhadap sel-sel hematopoieik dan lingkungan mikro dapat menyebabkan
aplastik
6.
Idiopatik
Sebagian
besar (50-70%) penyebab anemia aplastik tidak diketahui
7.
Anemia
aplastik pada keadaan atau penyakit lain
Seperti
leukemia akut, hemoglobinuria nocturnal paroksimal, dan kehamilan di mana semua
keadaan tersebut dapat menyebabkan terjadinya pansitopenia
Patofisiologi
Mekanisme
terjadinya anemia aplastik diperkirakan melalui tiga faktor berikut ini
1.
Kerusakan
sel induk
2.
Kerusakan
lingkungan mikro
3.
Mekanisme
imunologis
Gejala Klinis
Gejala
klinis anemia aplastik terjadi sebagai akibat adanya anemia, leucopenia, dan
trombositopenia. Gejala yang dirasakan sebagai berikut:
1.
Sindrom
anemia: bervariasi mulai ringan sampai berat
2.
Gejala
perdarahan: petekie, ekimosis, epistaksis, perdarahan sub-konjungtiva,
perdarahan gusi, hematemesis-melena, menorhagia, perdarahan organ dalam
termasuk otak
3.
Tanda-tanda
infeksi berupa ulserasi mulut atau tenggorokan, febris, dan sepsis
4.
Organomegali
berupa hepatomegali, splenomegali
Pemeriksaan Diagnostik
1.
Sel
darah
·
Pada
stadium awal pansitopenia tidak selalu ditemukan
·
Jenis
anemia adalah anemia normokrom normositer disertai retikulositopenia
·
Leukopenia
dengan relative limfositosis, tidak dijumpai sel muda dalam darah tepi
·
Trombositopenia
yang bervariasi
2.
Laju
endap darah
LED selalu meningkat, sebanyak 62 dari 70
kasus mempunyai LED > 100 mm dalam 1 jam pertama
3.
Faal
hemostatik
Waktu perdarahan memanjang dan retraksi
bekuan menjadi buruk yang disebabkan oleh trombositopenia
4.
Sumsum
tulang
Hipoplasia sampai aplasia. Aplasia tidak
menyebar secara merata pada seluruh sumsum tulang, sehingga sumsum tulang yang
normal dalam satu kali pemeriksaan tidak dapat menyingkirkan diagnosis anemia
palstik. Pemeriksaan ini harus diulang pada tempat-tempat yang lain
5.
Lan-lain
Besi serum normal atau meningkat, TIBC normal, dan HbF
meningkat
Komplikasi
1.
Gagal
jantung akibat anemia berat
2.
Kematian
akibat infeksi dan perdarahan apabila sel-sel lain ikut terkena
Penatalaksaan atau Terapi
1.
Terapi
Kausal
Adalah usaha untuk menghilangan agen
penyebab
2.
Terapi
Suportif bermanfaat untuk mengatasi kelainan yang timbul akibat pansitopenia
a.
Untuk
mengatasi infeksi
·
Higiene
mulut
·
Identifikasi
sumber infeksi serta pemberian antibiotic yang tepat dan adekuat
·
Transfusi
granulosit konsentrat diberikan pada sepsis berat
b.
Usaha
mengatasi anemia
Berikan
transfuse PRC jika Hb < 7 gr/dl atau ada tanda payah jantung atau anemia
yang sangat simptomatik. Koreksi Hb sebesar 9-10 gr/dl, tidak perlu sampai
normal karena akan menekan eritropesis internal. Penderita yang disipakan untuk
transpalntasi sumsum tulang pemberian transfuse harus lebih berhati-hati
c.
Usaha
untuk mengatasi perdarahan
Berikan
transfuse konsentrat trombosit jika tedapat perdarahan mayor atau trombosit
< 20.000/mm3
3.
Terapi
untuk memperbaiki sumsum tulang
Obat untuk merangsang fungsi sumsum tulang
adalah sebagai berikut:
a.
Anabolik
steroid. Dapat diberikan oksimetolon atau stanazol dengan dosis 2-3 mg/Kg
BB/hari. Efek terapi akan tampak setelah 6-12 minggu, efek samping dapat berupa
virilisasi dan gangguan fungsi hati
b.
Kortikosteroid
dosis rendah sampai menenah
c.
GM-CSF
atau G-CSF dapat diberikan untuk meningkatkan jumlah neutrofil
4.
Terapi
definitive
Merupakan terapi yang dapat memberikan
kesembuhan jangka panjang. Terdiri atas dua pilihan sebagai berikut:
a.
Terapi
imunosupresif
·
Pemberian
anti-lymphocyte globuline (ALG) atau anti-thymocyte globuline (ATG) dapat
menekan proses imunologis
·
Terapi
imunosupresif lain, yaitu pemberian metilprednisolon dosis tinggi
b.
Transpalntasi
sumsum tulang
Merupakan
terapi definitive yang memberikan harapan kesembuhan, tetapi biayanya sangat
mahal
0 komentar:
Posting Komentar