A.Pengertian
Kepribadian afektif
adalah keadaan perasaan dan emosinya yang berubah-ubah antara depresi dan
euforia. Penderita mungkin berhaasil menarik banyak teman karena sifatnya yang
ramah, gembira, semangat, hangat, tetapi dikenal pula sebagai orang yang tak
dapat diramalkan. Dalam keadaan depresi, penderita dapat menjadi sangat cemas,
khawatir, pesimis, bahkan nihilistik.
B.Etiologi.
Dasar umum untuk gangguan ini tidak
diketahui. Penyebabnya merupakan interaksi antara faktor biologis, faktor
genetik, dan faktor psikososial. Kelainan metabolit amin biogenic seperti
5-hydroxyindoleacetic acid (5 HIAA), homovanillic acid (HVA),
3-metoksi-4-hidroksifenilglikol (MHPG) dalam darah, urin, dan cairan
serebrospinal dilaporkan ditemukan pada pasien. Pola penurunan terjadi melalui
mekanisme yang Kompleks. Bukan hanya tidak mungkin untuk menyingkirkan faktor
psikososial, namun faktor nongenetik mungkin memainkan peranan kausatif dalam
perkembangan gangguan ini pada sekurangnya seberapa orang pasien.
C.Tanda dan
Gejala.
Orang dengan gangguan identitas disosiatif mungkin sering mengalami
gambaran gejala yang bisa menyerupai gangguan kejiwaan lainnya. Gejala-gejala
mungkin mirip dengan gangguan kecemasan, gangguan kepribadian, skizofrenia dan
afektif atau epilepsi (gangguan neurologis dan pskiatris)
Gejala-gejala dari gangguan ini, khususnya, termasuk:
Gejala-gejala dari gangguan ini, khususnya, termasuk:
- depresi;
- kecemasan (berkeringat, denyut nadi cepat,
berdebar-debar);
- fobia;
- serangan panik;
- sakit kepala dan nyeri di bagian lain dari
tubuh;
- tidak stabil tingkat fungsi, mulai dari yang
sangat efektif untuk tidak efektif;
- penyimpangan dan distorsi dalam persepsi waktu
yaitu amnesia disosiatif;
- disfungsi seksual;
- gangguan makan;
- stres pasca-trauma;
- mencoba bunuh diri;
- penggunaan atau penyalahgunaan zat (alkohol,
obat-obatan)
Gejala lain termasuk:
- Depersonalisasi - yang mengacu pada perasaan
nyata, kehilangan dirinya dan terputus dari proses fisik dan mental
"diri", pandangan penderita kepribadian ganda ini dapat melihat
dirinya seolah-olah ia sedang menonton film, dan juga dapat berkata dan
mendengarkan percakapan dalam kepribadiannya, mirip dengan halusinasi.
- Derealization - mengacu pada persepsi
orang-orang akrab seolah-olah mereka aneh atau bahkan tidak realistis.
Orang dengan gangguan identitas disosiatif secara konstan sering mendengar dan memberitahu orang lain tentang apa yang telah mereka lakukan tetapi mereka tidak ingat. dan juga yang dilakukan orang lain termasuk perubahan dalam perilaku orang lain tersebut.
Orang yang mengalami gangguan ini sering menyebut diri mereka sebagai "kita", "dia" atau "dia." Orang dengan gangguan identitas disosiatif biasanya memiliki riwayat tiga atau lebih diagnosa yang berbeda psikiatri sebelumnya dan yang tidak menanggapi pengobatan. Orang-orang ini sangat memperhatikan masalah kontrol, baik kontrol diri dan kontrol orang lain.
Perlu diketahui orang-orang yang merawat atau menghadapi orang yang gangguan kepribadian ganda ini harus berhati-hati dan harus diawasi. Sebagai contoh, seseorang dapat mengekspresikan ide-ide bunuh diri dan menyakiti dirinya sendiri seperti gejala yang tercantum di atas - tetapi tidak dapat didiagnosis dengan gangguan karena harus ada dua atau lebih kepribadian.
Manifestasi klinis
Episode manik
Pada kelompok ini terdapat afek yang
meningkat, disertai peningkatan dalam jumlah dan kecepatan aktivitas fisik dan
mental, dalam berbagai derajat keparahan. Kategori ini hanya untuk satu episode
manik (tunggal yang pertama), termasuk gangguan afektif bipolar, episode manik
tunggal.
Termasuk:
1.
Hipomania
Derajat gangguan yang lebih ringan dari mania, afek yang
meninggi atau berubah disertai peningkatan aktivitas menetap selama
sekurang-kurangnya beberapa hari berturut-turut, pada suatu derajat intensitas
dan bertahan melebihi siklotimia serta tidak ada halusinasi atau waham.
Menimbulkan pengaruh nyata atas kelancaran pekerjaan dan
aktivitas sosial.
2. Mania
tanpa gejala psikotik
Episode harus berlangsung sekurang-kurangnya 1 minggu dan
cukup berat sampai mengacaukan seluruh atau hampir seluruh pekerjaan dan
aktivitas sosial yang biasa dilakukan
Perubahan afek harus disertai energi yang bertambah
sehingga terjadi aktivitas berlebihan, percepatan dan kebanyakan bicara,
kebutuhan tidur berkurang, ide-ide perihal kebesaran dan terlalu optimistik.
3. Mania
dengan gejala psikotik
Gambaran klinis lebih berat daripada mania tanpa gejala
psikotik
Harga diri yang membumbung dan gagasan kebesaran (delusion
of persecution). Waham dan halusinasi sesuai dengan keadaan afek tersebut.
Psikosa afektif terbagi dua yaitu:
a.
Melankolia Involusi
Terjadi pada wanita > 45 tahun
Terjadi pada pria > 55 tahun
Berhubungan dengan berkurangnya fungsi kelenjar endokrin
dan reproduktif
Mudah timbul rasa cemas, depresi dan paranoid
Kepribadian presikotik
Gejala: lekas marah, pesimis, suka mengeluh, ragu-ragu
pada beberapa minggu awal
Prognosa: makin berat gejala, prognosa makin jelek.
b. Psikosa
Manik Depresif
Perbandingannya wanita:pria = 2:1
Terdapat keadaan mania disusul depresi.
Jenis mania
|
Jenis depresi
|
Gangguan
emosi: optimistik, percaya diri yang tinggi, euforia kadang disertai
halusinasi dan waham kebesaran
Aktivitas
yang berlebihan sangat gelisah terus bicara atau nyanyi.
Merobek-robek baju
Flight of
idea
Perhatian
sangat terganggua
|
Gangguan
emosi: selalu lelah dan khawatir.
Pesimistik,
harga diri rendah, timbul keinginan suicide
Penghambatan
aktivitas
Menghindari
orang lain
Tidak bisa
mengambil keputusan.
Rasa lelah
Perasaan
tertekan pada kepala, dada
Sukar tidur
Nafsu makan
menurun
Haid
terganggu
impotensi
|
Perjalanan dan prognosis.
15% pasien depresi akhirnya bunuh
diri. Bila tidak diterapi, episode depresi rata-rata berlangsung sekitar 10
bulan. Minimal 75% pasien terkena menderita episode depresi kedua, paling
sering dalam 6 bulan pertama sesudah episode awal. Jumlah rata- rata episode
depresif dalam seumur hidup adalah 5. Prognosis umumnya baik: 50% sembuh, 30%
sembuh sebagian, 20% kronik. Sekitar 20-30% pasien distimik atau siklotimik
mengalami depresi berat (depresi dobel) atau mania. 45% episode manik rekuren.
Bila tidak diobati, episode manik berlangsung 3-6 bulan dengan angka rekuren
tinggi (sekitar 10 rekurensi). 80-90% pasien manik akhirnya mengalami episode
depresif penuh. Prognosis sedang: 15% sembuh; 50-60% sembuh sebagian (relaps
multiple dengan fungsi interepisodik baik) dan sepertiga mengidap beberapa
bukti gejala kronik dan deteriorasi sosial.
Diagnosi keperawatan: Harga diri
rendah kronis.
Kemungkinan penyebab
stress
hebat
hubungana interpersonal yang tidak sehat
gangguan
alam perasaaan
trauma
pada masa anak-anak awal
merasa
tidak berdaya
Batasan karakteristik:
berbicara sendiri dan melihat dunia ini secara negatif
mempersepsikan dan menyatakan kegagalan secara.
Penampilan tidak rapi dengan postur tubuh membungkuk
Tidak mampu memenuhi pengharapan pribadi
Sedikit atau tidak ada partisipasi dalam beraktivitas
dengan orang lain
Tujuan jangka panjang
Klien mengembangkan dan
mempertahankan persepsi diri yang realistis.
Tujuan jangka pendek #1:
Klien mengenali dan mulai mengubah
metode koping yang tidak efektif dalam menghadapi stresor dikehidupan
sehari-hari.
Intervensi dan rasional:
Bantu klien mengenali dan mendiskusikan metode yang
digunakan untuk melaksanakan koping dalam menghadapi stresor.
Rasional:
sebelum perubahan itu memungkinkan, klien perlu memeriksa stresor terbaru dan
mengenali ketidakefektifan metode koping yang dipakai saat ini.
Bantu klien mengungkapkan bagaimana pikiran waham
mengganggu kemampuan koping.
Rasional:
klien perlu menyadari bahwa pikiran waham adalah penghalang utama untuk
melaksanakan koping yang efektif.
Bantu klien mengenali dan mengembangkan kekuatan positif
serta keterampilan yang sudah ada.
Rasional:
penting untuk mengintervensi dengan cara-cara yang dapat meningkatkan konsep
diri.
Bantu klien berfokus pada pandangan realistis tentang
dirinya yang meliputi pengetahuan akan kekuatan dan kelemahannya.
Rasional:
pandangan yang tidak realistis tentang diri menyebabkan perilaku negatif dan
perilaku mengalahkan diri sendiri.
Bantu klien memeriksa perasaan negatifnya yang baru
terjadi dalam hal dari mana mereka berasal dan apa tujuan yang ingin mereka capai.
Rasional:
klien perlu mengenali perasaan negatif dan belajar mengekspresikannya.
Bantu klien mengenali bahwa perasaan dan pikiran negatif
dapat diubah.
Rasional:
dengan bantuan, klien dapat mulai mengembangkan strategi koping yang baru dan
membuat perubahan prilaku.
Tujuan jangka pendek #2:
Klien mulai memiliki perasaan
positif tentang dirinya.
Intervensi dan rasional:
Minta klien menggambarkan berbagai situasi yang
menyebabkan perasaan positif dan negatif.
Rasional:
memeriksa perasaan memberi kesempatan pada klien untuk mendiskusikan dan
mengevaluasi situasi kehidupan terkini dengan cara yang realistis.
Bantu klien menuliskan sebuah daftar atribut positif
tentang dirinya.
Rasional:
mengenali atribut positif meningkatkan harga dirinya.
Ajar klien membuat pernyataan-pernyataan positif tentang
dirinya.
Rasional:
klien perlu melaksanakan praktik untuk berfokus pada aspek diri yang positif.
Bantu klien mengenali dan mengurangi pembicaraan negatif
tentang diri sendiri dengan cara mengawasi supaya jumlah pembicaraan negatif
tentang diri sendiri hanya terjadi sesekali dalam sehari.
Rasional:
mengembangkan kemampuan untuk mengenali dan menghentikan pembicaraan negatif
tentang diri sendiri akan mengganggu pola negatifitas dan menyalahkan diri
sendiri.
Dorong klien untuk mendiskusikan dan memperagakan perilaku
adaptif dalam situasi interpersonal dan sosial.
Rasional:
berhasil mempelajari dan mempraktikkan prilaku adaptif akan meningkatkan
perasaan harga diri.
Tujuan jangka pendek #3:
Klien memulai dan mempertahankan
hubungan interpersonal yang sehat.
Intervensi dan rasional:
Dorong klien untuk mendiskusikan kekhawtirannya tentang
berinterksi dengan orang lain.
Rasional:
mendiskusikan pengalaman dengan orang lain memberi klien latihan untuk
memecahkan masalah.
Beri kesempatan paa klien untuk berpartisipasi dalam
aktivitas kelompok.
Klien
perlu meningkatkan rasa percaya diri dan mempraktikkan keterampilan sosial
dengan cara lebih sering berhubungan dengan orang lain.
Bantu klien membedakan antara perilaku mengganggu dan
perlaku yang membantu saat berinteraksi sehari-hari dengan orang lain.
Rasional:
evaluasi pribadi berkenaan dengan interaksi akan membantu klien mengembangkan
perilaku kewaspadaannya.
Ajari klien keterampilan berkomunkasi dan keterampilan
sosial dengan menggunakan metode bermain-peran untuk mempraktikkan keterampilan
dan perilaku yang baru.
Rasional:
mempelajari keterampilan sosial, meningkatakan hubungan interpersonal, rasa
percaya diri dan memberi pengetahuan yang akan memampukan klien untuk merawat
dirinya dengan lebih baik. Bermain peran akan meingkatkan pemahaman dan
mempersiapkan klien untuk menemui orang lain.
Dorong klien untuk memulai kontrak dengan teman sebaya dan
membina persahabatan.
Rasional:
berhubungan dengan orang lain memberi kesempatan untuk membangun hubungan
interpersonal.
Diagnosa keperawatan: gangguan
penatalaksanaan pemeliharaan dirumah
Kemungkinan penyebab:
Keterampilan uang diperlukan untuk melakukan perawatan
diri tidak adekuat
Kurang sistem pendukung untuk memperbaiki defisit
perawatan diri
Situasi stres dengan orang yang penting
Penyalahgunaan zat
Interupsi atau terminasi prematur pada terapi harian atau
terapi rawat jalan
Batasan karakteristik:
Praktik
kebersihan buruk
Kondisi
kehidupan tidak sehat dan tidak aman
Kesehatan fisik dan emosi tidak stabil
Tidak
mematuhi regimen obat yang telah diprogramkan
Verbalisasi tentang ketidakmampuan melaksanakan koping
Tujuan jangka panjang:
Klien mengembangkan pemahaman diri
dan keterampilan perencanaan yang diperlukan untuk mempertahankan kesehatan
pribadi dikondisi rumah.
Tujuan jangka pendek #1:
Klien menyatakan secara verbal
mengenai kondisi kesehatan yang tidak stabil dan perlunya bantuan untuk
perawatan diri.
Intervensi dan rasional:
Dorong
untuk mendiskusikan perasaan tentang masalah, terapi dan kemampuan untuk
melakukan perawatan diri.
Rasional: mengekspresikan perasaan
akan mengidentifikasikan rasa takut, marah dan ketidakpuasannya berkenaan
dengan regimen terapi.
Dorong
klien untuk ikut dalam diskusi realistis mengenai kepedulian kesehatan mental.
Rasional: diskusi berdasarkan
masalah kesehatan yang nyata mencegah klien mengingkari atau meminimalkan
kebutuhan untuk mendapat bantuan perawatan.
Beri
klien informasi yang akurat tentang kondisi kesehatan, aktivitas perawatan
diri, terapi dan pengobatan yang diperlukan untuk pertahanan diri.
Rasional: klien perlu memahami
kondisi kesehatan dan kebutuhan terapi.
Bagi
klien yang memiliki keluarga lengkap dan perhatian, diskusikan dengan klien
cara-cara untuk memasukan keluarga dalam interaksi, mengidentifikasi peran dan
dukungan nyata yang dapat disediakan keluarga.
Rasional: mendiskusikan peranan
keluarga, memudahkan penerimaan klien bahwa ia memiliki orang penting yang
terlibat dalam perawatan.
Tekan
perlunya perawatan dan dukungan jangka panjang bahwa jika gejalanya dapat
terkontrol.
Rasional: klien memerlukan pandangan
realistis tentang pentingnya penanganan yang terus menerus, bukan penanganan
yang hanya dilakukan pada saat krisis.
Tujuan jangka pendek #2:
Klien mempelajari bagaimana
merencankan dan mengelola kebutuhan kesehatan dan keamanan yang maksimal.
Intervensi dan rasional:
Kaji
kebutuhan belajar klien akan perawatan diri.
Rasional: pengkajian yang teliti
akan menentukan tahapan untuk mengidentifikasikan kebutuhan dan melaksanakan
intervensi yang sesuai.
Kaji
keterbatasan keuangan klien dan jelaskan cara memperoleh bantuan jika beban
keuangan membatasi akses untuk menindak lanjuti perawatan
Rasional: banyak klien yang memiliki
masalah keuangan tidak mengetahui cara memperoleh bantuan keuangan yang penting
untuk menindaklanjuti perawatan.
Tentukan
alat transportasi yang tersedia.
Rasional: alat transportasi sangat
penting dalam perawatan lanjutan.
Bantu
klien mendapatkan bantuan untuk memenuhi kebutuhan dasarnya, misalnya
memperoleh subsidi perumahan dan juga kupon makanan dan pemeliharaan lingkungan
rumah tinggal yang sehat.
Rasional: membuat rencana tindakan
perawatan yang spesifik mengurangi kecemasan dan meningkatkan kesempatan untuk
berhasil.
Mulai
rujuk kepusat kesehatan jiwa komunitas dan agen komunitas yang lain.
Rasional: sistem pendukung
memperkuat kemampuan klien untuk berfungsi didalam komunitas.
Rasional: sistem pendukung
memperkuat kemampuan klien untuk berfungsi didalam komunitas.
Terapi
Terapi Individual:
Segera
tangani masalah-masalah yang menjadi kekhawatiran.
Bantu
klien mempertahankan kontak dengan realitas
Periksa
situasi stres yang mencetuskan gejala psikotik.
Ajar
klien tentang cara mengenali gejala dan mengelola peningkatan gangguan alam
perasaan.
Bantu
klien mengembangkan strategi koping untuk mencegah perburukan gejala yang pada
akhirnya harus dirawat dirumah sakit.
Pengobatan
Obat-obatan antipsikotik mengurangi keparahan perilaku psikotik.
Obat-obatan antidepresan dan antimanik mengontrol gejala yang dramatis
(menunjukkan perasaan dengan cara yang sangat berlebihan) atau agitasi.
Monitor
klien yang mengguanakan obat-obatan antipsikotik;efek samping ekstrapiramidal
mungkin membutuhkan penggunaan obat antiparkinson secara bersamaan.
Asuhan keluarga
Berikan informasi kepada keluarga tentang diagnosis,
terapi dan kebutuhan untuk menindaklanjuti perawatan.
Bantu keluarga untuk mendukung klien dan regimen terapi
dengan cara tidak menantang pikiran waham klien, tidak merendahkan pentingya
perawatan dan tidak memfokuskan kemarahan mereka secara langsung kepada klien.
Ajar anggota keluarga tentang cara mengidentifikasi
perburukan penyakit dan bagaimana mengimplementasikan intervensi yang efektif
jika penyakit tiba-tiba memburuk.
Bantu keluarga mengembangkan strategi untuk menyesuaikan
diri dengan perubahan karakteristik gangguan alam perasaan dan skizofrenia
secara bergantian.
Intervensi atau rujuk ketempat konsultasi yang sesuai jika
keluarga berselisih paham atau terjadi konflik.
Bantu keluarga merencanakan intervensi darurat jika
terjadi krisis.
Baut rujukan ke sumber-sumber komunitas dan agen pelayanan
sosial.
Asuhan
Keperawatan
Pengkajian
Pengkajian dilakukan dengan
cara mengidentifikasi faktor presdisposisi,perubahan perilaku,sumber
stressor,mekanisme koping,sumber koping dan penilaian stressor.
1.
Faktor predisposisi dan presipitasi
A. Faktor predisposisi
Beberapa teori di temukan untuk menjelaskan gangguan alam
perasaan.Faktor predisposisi yang dapat menyebabkan gangguan alam perasaan
adalah:
a)
Faktor genetik.
Mengemukakan transmisi gangguan alam perasaan diteruskan mulai
garis keturunan.
b)
Teori agresi berbalik pada diri sendiri.
Mengemukakan bahwa depresi diakibatkan oleh perasaan marah yang
dialihkan pada
diri sendiri.
c)
Teori kehilangan.
Menunjukkan adanya perpisahan yang bersifat traumatis dengan orang
yang di cintai
d) Teori kepribadian.
Mengambarkan bagaimana konsep diri yang negatif dan harga diri yang
rendah mempengaruhi kepercayaan dan penilaian terhadap stressor
e)
Teori kognitif
Mengemukakan bahwa depresi adalah masalah kognitif yang di dominasi oleh
penilaian negatif terhadap diri sendiri,lingkungan dan masa depan.
f)
Model ketidak berdayaan yang dipelajari
Mengemukakan bahwa bukan trauma yang menghasilkan depresi,tetapi
keyakinan individu akan ketidakmampuanya mengontrol kehidupanya
g)
Model perilaku
Belajar dari pengalaman belajar di masa lalu,depresi di anggap terjadi
karena kurangnya reinforcement positif selama berinteraksi dengan lingkungan
h)
Model biologi
Menggambarkan perubahan kimiawi di dalam tubuh yang terjadi pada keadaan
depresi,termasuk defisiensi dari katekolamin,tidak berfungsinya endokrin dan
hipersekresi cortisol.
B. Faktor presipitasi
ada empat
faktor yang menyababkan gangguan alam perasaan :
1)
Kehilangan kasih sayang secara nyata atau bayangan,termasuk kehilangan
cinta seseorang,fungsi tubuh,status atau harga diri.
2)
.banyaknya peran dan konflik peran mempengaruhi berkembangnya depresi
terutama pada wanita
3)
kejadian penting dalam kehidupan,sering kali sebagai keadaan yang
mempengaruhi episode depresi dan
mempunyai dampak pada individu untuk menyelesaikan masalah.
4)
sumber koping termasuk status sosial ekonomi,keluarga,hubungan
interpersonal dan organisasi kemasyarakatan.
2. Mekanisme Koping
Mekanisme koping yang
di gunakan pada reaksi berduka yang tertunda adalah penyangkalan dan supresi
yang berlebihan unyuk menghindari distress hebat yang berhubungan dengan
berduka. Pada depresi menggunakan mekanisme denial, represi, supresi dan
disosiasi. Mania merupakan cerminan dari depresi walaupun perilajunya tidak
sama namun dinamika dan mekanisme koping yang digunakan saling berhubungan.
3.
Perilaku.
Pasien mania sering
tidak mengeluh gejala-gejala mereka. Beberapa pasien merasa terlalu senang dan
gembira sehingga tidak mengeluh; pasien lainnya angitasi dan tidak senang
tetapi memperhatikan perilaku yang berlebihan. Pada pasien depresi cukup banyak
yang mengeluhkan depresinya, tetapi ada juga yang tidak mengeluh.
4.
Sumber koping
Sumber yang dapat
menjadi individu yaitu keluarga,sekelompok sosial, status sosial-ekonimi, dan
lingkungan. Kurangnya sistem pendukung tersebut dapat meningkatkan stress
personal.
B. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan pada gangguan alam
perasaan dipahami adanya konsep yang saling berkaitan antar kecemasan,konsep
diri dan bermusuhan.
Berikut ini diagnosa
keperawatan primer Nanda :
1. Koping
individu yang tidak efektif
2. Disfungsi
proses berduka
3. Distress
spiritual
4. Ketidakberdayaan
5. Amuk
6. Merusak
diri
Contoh diagnosa keperawatan
lengkap :
1. Inefektif
koping individu/tidak efektif koping individu berhubungan dengan di dapatkan
pasangan yang menyeleweng,yang di manifestasikan dengan keadaan
euphoria,hiperaktif gangguan mengemukakan pendapat
2. Disfungsi
proses berduka berhubungan dengan kematian pasangan yang dimanifestasikan
dengan kesedihan dan hilangnya perhatian pada kegiatan kejadian sehari-hari
3. Distress
spiritual berhubungan dengan kematian janin dalam kanduangan yang di
manifestasikan dengan menyalahkan diri sendiri,pesimis akan masa depan dan
slalu menyalahkan Allah.SWT
C. Perencanaan
A. Tujuan
umum
Mengajarkan kliean untuk
memiliki respon emosional yang adaptif dan meningkatkan kepuasan diri yang dapat
diterima oleh lingkungan untuk mencapai tujuan tersebut pengobatan yang
diberikan terdiri adari 3 fase yaitu :
1. fase akut
tujuan fase ini untuk menghilangkan
gejala.fase ini memerlukan waktu 6-12 hari.keberhasilan fase ini ditandai
dengan individu mulai berespon,bebas dari gejala ( priode remisi) dan status
kesehatan kembali pada tingkat sebelum sakit.
2. Fase
kesinambungan
Tujuan keperawatan pada fase ini yaitu untuk
mencegah timbul kembali gejala (relaps).resiko timbulnya relaps meningkat dalam
waktu 4 sampai 6 bulan pertama setelah masa pemulihan.
3. Pemeliharaan
Tujuan adalah mencegah terjadinya kembali
episode baru dari penyakit (rekurensi).
B. Tujuan
keperawatan
Tujuan umum atau jangka
pendek mengajarkan klien untuk merespon emosional yang adiktif dan meningkatkan
rasa puas serta kesenangan yang dapat diterima oleh lingkungan.
C. Tujuan
jangka panjang.
1. Klien
dapat mengekspresikan perasaan mengingkari ketidakberdayaan,putus asa,mara dan
bersalah.
2. Klien dapat
menganalisa streesor kekuatan yang dapat dimilikinya.
3. Klien
dapat meningkatkan kontrol,tanggung jawab dan kesadaran diri.
4. Klien
dapat membina hubungan interpersonal yang sehat.
5. Klien
dapat meningkatkan pengertian tentang respon mal adiktif dan mengembangkan
koping yang adaktif.
D. Tindakan keperawatan
Pada dasarnya intervensi di fokuskan pada
1. Lingkungan
Prioritas utama dalam merawat klien mania dan
depresi adalah mencegah terjadinya kecelakaan, karena klien mania memiliki daya
nilai yang rendah, hiper aktif, senang tindakan yang beresiko tinggi. Maka
klien di tempatkan di lingkungan yang aman yaitu:
1. Di lantai
dasar
2. Ruangan
dengan prabotan sederhana
3. Kurangi
rangsangan/batasi rangsangan lingkungan
4. Suasana
tenang
2. Hubungan
perawat dengan klien
Hubungan yang saling
percaya yang terapetik perlu dibina dan
diperhatikan. Bekerja dengan klien depresi perawat harus bersifat:
1. Hanggat
2. Menerima
3. Jujur
pengharapan pada klien.
4. Bicara
lambat sederhana
5. Beri
waktu pada klien untuk berfikir dan menjawab.
3. Afektif
Kesadaran dan kontrol diri
perawat pada dirinya merupakan sarat utama. Merawat klien depresi, perawat
harus mempunyai harapan bahwa klien akan lebih baik, sikap perawat yang
menerima klien dengan baik, sederhana akan mengekspresikan pengharapan pada
klien. Prinsip intervensi yang afektif adalah:
1. Menerima
dan menenangkan klien
2. Bukan
menggembirakan atau mengatakan bahwa klien tidak perlu khawatir.
3. Klien di
dorong untuk mengekspresikan pengalaman yang menyakitkan dan menyedikan secara
verbal, sehingga akan mengurangi intensitas masalah yang dihadapi.
4. Kongnitif
Intervensi yang kongnitif
bertujuan untuk meningkatkan kontrol diri klien terhadap tujuan dan
perilakunya, meningkatkan harga diri dan memdbantu klien memodifikasi harapan
yang negatif.
Berikut cara untuk meribah fikiran yang
negatif:
1. Identifikasi
semua ide, pikiran yang negatif
2. Identifikasi
aspek positif yang dimiliki klien (kemampuan, keberhasilan)
3. Dorong
klien menilai persepsi,logika,rasional
4. Bantu
klien mengubah persepsi yang salah/negatif ke ke positif dan tidak realitas ke
realitas
5. Sertakan
klien pada aktifitas yang memperlihatkan hasil dan beri penguatan dan pujian
akan keberhasilan yang dicapai klien
5. Perilaku.
Intervensi perilaku
bertujuan untuk mengaktifkan klien pada tujuan yang realitas yaitu dengan
memberi tanggung jawab secara bertahap dalam kegiatan diruangan. Klien depresi
berat dengan penurunan motivasi perlu dibuat kegiatan yang terstruktur,tugas
yang diberikan tidak sulit dan tidak
memerlukan waktu yang lama untuk mencegah rasa bosan,berikan pujian jika
klien berhasil melakukan kegiatan dengan baik.pada klien mania diberikan tugas
yang sederhana dan cepat selesai.
6. Sosial
Intervensi sosial bertujuan
untuk meningkatkan berhubungan dengan sosial dengan cara
o Kaji kemampuan,dukungan dan
minat klien
o Observasi dan kaji sumber
dukungan yang ada pada klien
o Bimbing klien melakukan
hubungan interpersonal yang positif
o Beri reinforcement positif
terhadap keterampilan sosial yang efektif
o Dorong klien memulai
hubngan sosial yang lebih luas (perawat,klien lain ).
7. Fisiologis
Intervensi fisiologis
bertujuan untuk meningkatkan status kesehatan klien. Bila klien tidak mampu
merawat diri, bantu klien tidak mampu merawata diri,bantu klien memenuhi
kebetuhan dasarnya seperti makanan,minum istirahat dan kebersihan diri. Terapi
somatik diberikan pada klien yang mengalami depresi berulang dan resisten
terhadap obat.
1. Evaluasi
Adanya perubahan respon emosi maladaptif
kearah adaptif, dimana klien dapat:
1. Menerima
dan mengakui perasaannya dan perasaan orang lain
2. Memulai
komunikasi
3. Mengontrol
perilaku sesuai keterbatasannya
4. Menggunakan
proses pemecahan masalah.
BAB IV
PENUTUP
A.
Ksimpulan
Alam perasaan adalah
keadaan emosional yang berkepanjangan yang mempengaruhi seluruh kepribadiaan
dan fungsi kehidupan seseorang ( Stuart 2006).
Gangguan alam
perasaan adalah kelainan psikologis yang ditandai meluasnya irama emosional
seseorang, mulai dari rentang depresi sampai gembira yang berlebihan (euphoria)
dan gerak yang berlebihan (agitation). Depresi dapat terjadi secara
tunggal dalam bentuk mayor depresi atau dalam bentuk lain seperti mania sebagai
gangguan tipe bipolar. Depresi terdapat klasifikasi dan tingkatan nya. Tanda
dan gejala yang timbul pada depresi bisa bermacam-macam karena tiap individu
itu unik.
Banyak faktor
yang menyebabkan terjadinya depresi. Bisa karena faktor prepitasi maupun faktor
prediposisi. Asuhan keperawatan yang dibeikan pada pasien berbeda-beda. Hal ini
dikarenakan pasien dengan gangguan alam perasaan menunjukkan pribadi yang unik.
B. Saran
Sebagai tenaga profesional tindakan perawat dalam
penangan masalah keperawatan khusunya klien dengan Gangguan Alam Perasaan harus
memiliki pengetahuan yang luas dan tindakan yang dilakukan harus rasional
sesuai gejala penyakit dan asuhan keperawatan hendaknya diberikan secara
komprehensif, biopsikososial cultural dan spiritual.
Kesehatan jiwa
dapat didapatkan dengan jalan ada kesinkronan antara pasien, keluarga dan
tenaga medis dalam upaya proses penyembuhan. Jika salah satu dari komponen
tersebut, maka akan menghambat proses penyembuhan.
DAFTAR PUSTAKA
Wahyu. P.
2010. “Kumpulan Proses Keperawatan Masalah Keperawatan Jiwa”. Jakarta : FIK-UI
Keliat B.A.
2005. “Proses Keperawatan Jiwa”. Jakarta : EGC
Marilynn E
Doenges. 2006. “Rencana Asuhan Keperawatan Psikiatri”. Jakarta : Penerbit Buku
Kedokteran: EGC
Gibbson
Towsend , M C, 1995. “Kumpulan Keperawatan Jiwa”. Jakarta : Buku Kedokteran
Purwaningsih
w. Dkk, 2010. “Asuhan Keperawatan Jiwa”. Bantul Yogyakarta”: Nuha Medika.
0 komentar:
Posting Komentar