A.
Definisi
Mania adalah
suatu gangguan alam perasaan yang ditandai dengan perasaan kegembiraan yang
berlebihan, arus berpikir yang cepat, mudah tersinggung dan kegiatan motorik
meningkat, sehingga menyebabkan energi banyak yang keluar (Standar Asuhan
Keperawatan Jiwa, DEPKES).
Mania adalah
suatu gangguan alam perasaan yang ditandai dengan adanya alam perasaan yang meningkat, meluas atau keadaan
emosional yang mudah tersinggung dan terangsang. Kondisi ini dapat diiringi
dengan perilaku yang berlebihan berupa peningkatan kegiatan, banyak bicara,
ide-ide yang meloncat, senda gurau, tertawa berlebihan, penyimpangan seksual.
Mania adalah gangguan afek yang
ditandai dengan kegembiraan yang luar biasa dan disertai dengan hiperaktivitas,
agitasi serta jalan pikiran dan bicara yang cepat dan kadang-kadang sebagai
pikiran yang meloncat‑loncat (flight of ideas).
Pada dasarnya pasien mania sama
dengan pasien depresif yang merasa tidak berharga dan tidak berguna. Karena
tidak dapat menerima perasaan ini, mereka menyangkalnya dan mengakibatkan
timbulnya kecemasan. Pasien memperlihatkan sikap banyak bicara, banyak pikiran
dan cepat berpindah topiknya tetapi tidak dapat memusatkan pada satu topik.
Meskipun mereka menunjukkan kegembiraan yang berlebihan, sebenarnya pasien
penuh dengan kebencian dan rasa permusuhan terutama terhadap lingkungannya. Ia
melontarkan perasaannya secara kasar dalam cetusan‑cetusan yang pendek dan
cepat beralih ke topik yang lain.
Pada pasien depresif tampak menonjol
perasaan bersalah dan kebutuhan akan hukuman atas tingkah laku yang buruk,
sedangkan pada pasien dengan mania rasa permusuhannya timbul, ia bertindak
seolah‑olah mempunyai kekuasaan yang penuh dan tidak pernah membiarkan rasa bersalah
menguasai dirinya. Dari luar pasien tampak memiliki kepercayaan diri yang
penuh dan membesarkan diri untuk menutupi perasaan tidak berharga, yang pada
dasarnya bersifat depresif.
Pasien membutuhkan cinta kasih dan
perlindungan. Untuk mendapatkan ini pasien berusaha menguasai orang lain agar
memenuhi dan memberi kepuasan kepadanya. Karena kebutuhan ini tidak nampak
orang tidak melihatnya, bahkan menolak karena sikapnya yang mengganggu orang
lain. Penolakan ini menimbulkan kecemasannya bertambah yang mengakibatkan
gejala manianya lebih menonjol.
RENTANG RESPON EMOSIONAL
1. Respons Emosional termasuk dipengaruhi oleh
dan berperan aktif dalam dunia internal dan eksternal seseorang. Tersirat bahwa
orang tersebut terbuka dan sadar akan perasaan sendiri
2. Reaksi berduka tak terkomplikasi terjadi
sebagai respon terhadap kehilangan dan tersirat bahwa seseorang sedang
menghadapi suatu kehilangan yang nyata serta terbenam dalam proses berdukanya.
3. Supresi emosi mungkin tampak sebagai
penyangkalan terhadap perasaan sendiri , terlepas dari perasaan tersebut , atau
internalisasi terhadap semua aspek dari efektif seseorang.
4. Penundaan reaksi berduka adalah ketiadaan
yang persisten respon emosional terhadap kehilangan. Ini dapat terjadi pada
awal proses bergabung , dan menjadi nyata pada proses berduka , atau keduanya.
5. Depresi adalah suatu kesedihan dan perasaan
duka yang berkepanjangan atau abnormal.
6. Mania ditandai dengan alam yang meningkat ,
bersemangat atau mudah terganggu.
ETIOLOGI
Gangguan alam perasaan (mania) dapat timbul karena beberapa faktor yaitu :
1. Teori
biologis
a) Genetik
Penyelidikan
menunjukan bahwa ada suatu peningkatan timbulnya kelainan bipolar dalam derajat
pertama relatif terhadap individu-individu dengan kelainan dari pada populasi
umum.
b) Biokimia
Sebagaimana
ada indikasi dari kadar rendah nerepinefrin dan dopamin selama suatu episode
depresi,sebaliknya kelihatan sebenarnya seorang individu mengalami suatu
episode manik. Jadi, respon-respon perilaku kegembiraan dan europia dapat
berhubung dengan suatu kelebihan dari biogenikamin ini dalam otak.
2. Teori
Psikososial
Teori
psikoanalitik dari kelainan bipolar menyatakan bahwa ibu (atau pengasuh utama)
mendapatkan kesenangan yang besar dari ketergantungan awal bayi. Saat anak matang dan mencoba meningkatkan otonomi dan kemandirian, sang ibu
mulai merasa t
PERILAKU YANG BERHUBUNGAN DENGAN
MANIA
Afektif
Kegembiraan yang berlebihan atau
euphoria
Perasaan bersemangat
Humor
Harga diri yang berlambung atau
sombong
Tidak menoleransi kritik
Kurang rasa malu atau rasa
bersalah
|
Kognitif
Ambisi
Menyangkal bahaya yang realistis
Mudah treganggu
Lompat gagasan ( flight of idea)
Waham kebesaran
Ilusi
Kurang dalam penilaian
Kehilangan asosiasi
|
Fisiologis
Dehidrasi
Gizi tidak adekuat
Kebutuhan tidur sedikit
Penurunan BB
|
Perilaku
Agresi
Sangat boros
Tindakan sombong
Hiperaktivitas
Aktivitas motorik meningkat
Tidak bertanggung jawab
Mudah tersinggung atau suka
berdebat
Penampilan personal kurang
Provokasi
Overaktivitas social
Aktivitas social
Pembicaraan bertele – tele.
|
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN ALAM PERASAAN
: MANIA
1. PENGKAJIAN
Faktor Presdiposisi
a. Faktor
Genetik dianggap mempengaruhi
transmisi gangguan afektif melalui riwayat keluarga dan keturunan. Faktor genetik
mengemukakan, transmisi gangguan alam perasaan diteruskan melalui garis
keturunan. Frekuensi gangguan alam perasaan meningkat pada kembar monozigote.
b. Teori organisasi kepribadian menguraikan bagaimana konsep diri yang
negative dan harga diri rendah mempengaruhi sistem keyakinan dan penilaian
seseorang terhadap stressor
c.
Teori Agresi Berbalik pada Diri Sendiri
Mengemukakan bahwa depresi diakibatkan oleh perasaan marah yang dialihkan
pada diri sendiri. Freud mengatakan bahwa kehilangan objek/orang, ambivalen
antara perasaan benci dan cinta dapat berbalik menjadi perasaan menyalahkan
diri sendiri dan dimunculkan dengan perilaku mania (sebagai suatu mekanisme
kompensasi)
d. Teori Kehilangan
Berhubungan dengan faktor perkembangan,
misalnya kehilangan orangtua yang sangat dicintai. Individu tidak berdaya
mengatasi kehilangan.
e.
Teori Kepribadian
Mengemukakan bahwa tipe kepribadian
tertentu menyebabkan seseorang mengalami mania.
f.
Teori Kognitif
Mengemukakan bahwa mania merupakan masalah kognitif yang dipengaruhi oleh
penilaian terhadap diri sendiri, lingkungan dan masa depan.
g. Model Belajar Ketidakberdayaan
Mengemukakan bahwa mania dimulai dari
kehilangan kendali diri lalu menjadi aktif dan tidak mampu menghadapi masalah.
Kemudian individu timbul keyakinan akan ketidakmampuannya mengendalikan
kehidupan sehingga ia tidak berupaya mengembangkan respons yang adaptif.
h. Model Perilaku
Mengemukakan bahwa depresi terjadi
karena kurangnya reinforcemant positif selama berinteraksi dengan lingkungan.
i.
Model Biologis
Mengemukakan bahwa dalam keadaan
depresi/mania terjadi perubahan kimiawi, yaitu defisiensi katekolamin, tidak
berfungsinya endokrin dan hipersekresi kortisol.
Faktor Presipitasi
Stressor yang dapat menyebabkan
gangguan alam perasaan meliputi faktor biologis, psikologis dan sosial budaya.
a. Faktor Biologis
Meliputi perubahan fisiologis yang disebakan oleh obat-obatan atau berbagai
penyakit fisik seperti infeksi, neoplasma, dan ketidakseimbangan metabolisme.
b. Faktor
Psikologis
Meliputi kehilangan kasih sayang, termasuk kehilangan cinta, seseorang dan
kehilangan harga diri.
c. Faktor Sosial
Budaya
Meliputi
kehilangan peran, perceraian, kehilangan pekerjaan.
2. ANALISA
DATA
Data yang perlu dikaji:
a.
Data subyektif:
Banyak bicara, kadang waham besar, pembicaraan mudah beralih
topik (flight of ideas), menghasut, tak punya rasa malu atau bersalah.
b.
Data obyektif:
Ekspresi
wajah tegang, riang berlebihan, kurang memperhatikan makan dan minum, kurang
istirahat atau tidur, tidak bertanggungjawab, mudah tersinggung / terangsang,
tidak tahan kritik, aktivitas motorik meningkat, berdandan aneh dan berlebihan,
menantang bahaya, kacau, kebersihan diri kurang.
3. DAFTAR MASALAH KEPERAWATAN
Daftar Masalah keperawatan:
a. Gangguan alam
perasaan: mania.
b. Koping individu tidak
efektif
c. Kerusakan
komunikasi: verbal.
d. Perubahan proses
berpikir
e. Resiko
mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan
f. Gangguan pola
tidur / istirahat
g. Defisit perawatan
diri.
h. Resiko gangguan
nutrisi
4.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
a.
Gangguan alam perasaan: mania
b.Koping
individu tidak efektif
c.
Resiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan.
d.
Kerusakan komunikasi verbal.
e.
Perubahan proses berpikir.
f.
Resiko gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi: kurang dari kebutuhan
g.Defisit
perawatan diri
h.Gangguan
pola tidur dan istirahat: kurang tidur .
5. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN
NO
|
DIAGNOSA
|
TUJUAN
|
INTERVENSI
|
1.
|
Gangguan alam perasaan mania
|
TUM
:
Mengajarkan pasien untuk berespons emosional yang adaptif dan
meningkatkan rasa puas serta kesenangan yang dapat diterima oleh lingkungan
|
|
TUK
1 :
Pasien
dapat membina hubungan saling percaya
Kriteria
Evaluasi :
Pasien
dapat memperkenalkan diri, dapat berinteraksi dengan baik, dapat menciptakan
lingkungan yang tenang, dan dapat berbicara dengan tegas, jelas, singkat dan
bersahabat.
TUK
2 :
Pasien
dapat mengungkapkan perasaannya
Kriteria
Evaluasi :
Pasien
mampu mengungkapkan persaannya
TUK
3 :
Pasien dapat menggunakan koping
adaptif.
Kriteria Evaluasi :
Pasien dapat mengungkapkan
perasaan kesal, marah dan tak menyenangkan
TUK 4 :
Pasien
terlindung dari perilaku mencederai diri, orang lain dan lingkungan.
Kriteria
Evaluasi :
Sikap
pasien tenang dan dapat mengontrol emosinya
TUK
5 :
Pasien
dapat melakukan kegiatan terarah.
Kriteria
Evaluasi :
Pasien
dapat melakukan kegiatan yang diinstruksikan dengan baik.
TUK
6 :
Pasien
terpenuhi kebutuhan nutrisinya.
Kriteria
Evaluasi :
Berat
Badan (BB) pasien ideal dan nafsu makan pasien meningkat
TUK
7 :
Pasien
terpenuhi kebutuhan tidur dan istirahatnya
Kriteria
Evaluasi :
Konjungtiva
pasien tidak pucat dan kebutuhan tidur pasien terpenuhi
TUK
8 :
Klien terpenuhi kebersihan dirinya.
Kriteria Evaluasi :
Pasien tampak rapi dan bersih, dapat melakukan kegiatan
kebersihan diri secara mandiri.
TUK 9 :
Klien dapat menggunakan obat dengan benar dan tepat.
Kriteria Evaluasi :
Pasien dapat mengetahui jenis obat yang diberikan dan
mampu menyebutkan efek samping dari obat yang diberikan
TUK 10 :
Pasien dapat memanfaatkan sistem pendukung yang ada.
Kriteria Evaluasi :
Keluarga dapat membantu kesembuhan pasien selama menjalani
perawatan
|
1.
Bina hubungan saling percaya: salam terapeutik, memperkenalkan diri, jelaskan
tujuan interaksi, ciptakan lingkungan yang tenang, buat kesepakatan atau
janji dengan jelas tentang topik, tempat, waktu.
2.
Tanggapi pembicaraan pasien dengan sabar dan tidak menyangkal.
3.
Bicara dengan tegas, jelas, singkat dan bersahabat.
1.
Beri kesempatan klien unutk mengungkapkan perasaannya.
2.
Beri kesempatan klien mengitarakan keinginan dan pikirannya dengan teknik focusing.
3.
Bicarakan hal-hal yang nyata dengan klien.
1.
Tanyakan kepada pasien cara yang biasa dilakukan mengatasi perasaan kesal,
marah, dan tak menyenangkan.
2.
Bicarakan kerugian cara yang telah digunakan.
3.
Jelaskan tentang batas tingkah laku yang wajar.
4.
Bantu pasien menemukan cara lain yang lebih positif.
5.
Beri dorongan kepada pasien untuk memilih koping yang paling tepat dan dapat
diterima.
6.
Beri dorongan kepada pasien untuk mencoba koping yang telah dipilih
7.
Anjurkan pasien untuk mencoba alternatif lain dalam menyelesaikan masalah.
1. Tempatkan pasien di ruang
yang tenang, tidak banyak rangsangan, tidak banyak peralatan.
2. Jauhkan dan simpan alat‑alat
yang dapat digunakan oleh pasien untuk mencederai dirinya,orang lain dan
lingkungan, ditempat yang aman dan terkunci.
3. Temani pasien jika nampak
tanda-tanda marah atau agresif.
4. Lakukan pengekangan fisik
jika pasien tidak dapat mengontrol perilakunya.
1. Anjurkan pasien untuk
melakukan kegiatan motorik yang terarah, misal: menyapu, joging dll.
2. Beri kegiatan individual
sederhana yang dapat dilaksanakan dengan baik oleh klien.
3. Berikan kegiatan yang
tidak memerlukan kompetisi.
4. Bantu pasien dalam
melaksanakan kegiatan.
5. Beri reinforcement
positif atas keberhasilan pasien.
1. Diskusikan
tentang manfaat makan dan minum bagi kesehatan.
2.
Ajak pasien makan makanan yang telah disediakan, temani selama makan.
3.
Ingatkan pasien untuk minum ½ jam sekali sebanyak 100 cc.
4.
Sediakan makanan TKTP, mudah dicerna.
1.
Pasien terpenuhi kebutuhan tidur dan istirahatnya
2.
Diskusikan pentingnya istirahat bagi kesehatan.
3.
Anjurkan pasien untuk tidur pada jam-jam istirahat.
4.
Sediakan lingkungan yang mendukung: tenang, lampu redup dan lain-lain.
1.
Diskusikan manfaat kebersihan diri bagi kesehatan.
2.
Bimbing dalam kebersihan diri (mandi, keramas, gosok gigi).
3.
Bimbing pasien berhias.
4.
Beri pujian bila klien berhias secara wajar
1.
Diskusikan tentang obat (nama, dosis, frekuensi, efek dan efek samping
minum obat).
2.Bantu
menggunakan obat dengan prinsip 5 benar (benar pasien, obat, dosis, cara,
waktu).
3.
Anjurkan membicarakan efek dan efek samping yang dirasakan.
4.Berireinforcement
positif bila menggunakan obat dengan benar.
1. Beri pendidikan kesehatan pada
keluarga tentang cara merawat pasien.
2. Bantu keluarga memberi dukungan
selama pasien dirawat.
3.Bantu
keluarga menyiapkan lingkungan di rumah.
4.Beri
reinforcement positif atas keterlibatan keluarga.
|
6. EVALUASI
NO
|
HARI/
TANGGAL/ JAM
|
DIAGNOSA/
TUK
|
EVALUASI
|
1.
|
Dx.1 / TUK 1
|
S =
O=
Pasien dapat memperkenalkan diri, dapat berinteraksi dengan baik, dapat
menciptakan lingkungan yang tenang, dan dapat berbicara dengan tegas, jelas,
singkat dan bersahabat
A = TUK 1 sudah tercapai
P = Lanjutkan TUK 2
|
|
2.
|
Dx.1/ TUK 2
|
S =
O = Pasien mampu menggungkapkan
perasaan nya
A = TUK 2 sudah tercapai
P = Lanjutkan TUK 3
|
|
3.
|
Dx.1/ TUK 3
|
S =
O
= Pasien dapat mengungkapkan perasaan kesal, marah, dan tak menyenangkan
A = TUK 3 sudah tercapai
P = Lanjutkan TUK 4
|
|
4.
|
Dx.1/ TUK 4
|
S =
O
= Sikap pasien tampak tenang dan dapat mengontrol emosinya
A = TUK 4 sudah tercapai
P = Lanjutkan TUK 5
|
|
5.
|
Dx.1/ TUK 5
|
S =
O
= Pasien dapat melakukan kegiatan yang diinstruksikan dengan baik
A = TUK 5 sudah tercapai
P = Lanjutkan TUK 6
|
|
6.
|
Dx.1/ TUK 6
|
S =
O = Berat badan (BB) pasien
meningkat, nafsu makan meningkat
A = TUK 6 sudah tercapai
P = Lanjutkan TUK 7
|
|
7.
|
Dx.1/ TUK 7
|
S =
O = Konjungtiva pasien tidak pucat
A = TUK 7 sudah tercapai
P = Lanjutkan TUK 8
|
|
8.
|
Dx.1/ TUK 8
|
S =
O
= Pasien tampak rapi dan bersih, dapat melakukan kegiatan kebersiham diri
secara mandiri
A = TUK 8 sudah tercapai
P = Lanjutkan TUK 9
|
|
9.
|
Dx.1/ TUK 9
|
S =
O
= Pasien dapat mengetahui jenis obat yang diberikan dan dapat menyebutkan
efek samping dari obat yang diberikan
A
= TUK 9 sudah tercapai
P
= Lanjutkan TUK 10
|
|
10.
|
Dx.1/ TUK 10
|
S =
O = Keluarga tampak dapat membantu
kesembuhan pasien selama menjalani perawatan
A = TUK 10 sudah tercapai
P = Pertahankan kondisi pasien
|
DAFTAR
PUSTAKA
Carpenito, Lynda Juall. (1998). Buku
Saku Diagnosa Keperawatan. EGC: Jakarta.
Hawari, D. 2001. Pendekatan Holistik Pada Gangguan Jiwa
Skizofrenia. Jakarta: EGC
Keliat, B.A. 1998. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa.
Jakarta : EGC
Nanda. 2005-2006. Panduan Diagnosa Keperawatan. Prima
Medika.
Purwaningsih, dkk. 2009. Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta
: Nuha Medika
Stuart dan Sundeen. (1995). Buku
Saku Keperawatan Jiwa. Edisi 3. EGC: Jakarta.
Tomb, David A. 2003. Buku Saku Psikiatri, Edisi 6.
Jakarta : EGC
Videbeck, Sheila L. 2008. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta
: EGC
0 komentar:
Posting Komentar