Senin, 08 Desember 2014

LAPORAN PENDAHULUAN RETARDASI MENTAL RINGAN

Diposting oleh Unknown di 21.10

PENGERTIAN
Retardasi mental adalah suatu gangguan yang heterogen yang terdiri dari fungsi intelektual yang dibawah rata-rata dan gangguan dalam keterampilan adaptif yang ditemukan sebelum orang berusia 18 tahun. Gangguan ini dipengaruhi faktor genetic, lingkungan, dan psikososial. Selama dekade terakhir, semakin dikenali faktor biuologis yang samar-samar, termasuk kelainan kromosom kecil, sindroma genetika, dan intoksikasi timbal subklinis, dan berbagai paparan toksin prenatal pada orang dengan retardasi mental ringan. Di tahun-tahun terakhir perkembangan retardasi mental ringan secara tradisional disebabkan terutama oleh pemutusan psikososial.
Suatu pendekatan perkembangan terhadap retardasi mental termasuk penelitian tentang pengaruh lingkungan pada tingkat perkembangan. Perilaku social dan motorik tampaknya dibentuk oleh faktor lingkungan dengan derajat yang lebih tinggi dibandingkan yang diketahui. Tetapi, semakin banyak bukti yang menyatakan bahwa kelompok tertentu orang dengan retardasi mental, seperti dengan sindroma X rapuh ( fragile X syndrome) dan sindroma Down, memiliki pola perkembangan sosial, linguistik, dan kognitif yang karakteristik dan manifestasi perilaku yang tipikal.
The American Association of Mental Deficiency (AAMD) dan Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder edisi keempat (DSM-IV) mendefinisikan retardasi mental sebagai fungsi intelektual keseluruhan yang secara bermakna di bawah rata-rata yang menyebabkan atau berhubungan dengan gangguan pada perilaku adaptif dan bermanifestasi selama periode perkembangan yaitu, sebelum usia 18 tahun. Diagnosis dibuat terlepas dari apakah pasien memiliki gangguan fisik yang menyertai atau gangguan mental lain.
Fungsi intelektual keseluruhan ditentukan dengan menggunakan tes kecerdasaan yang dibukukan, dan istilah “secara bermakna di bawah rata-rata” didefinisikan  sebagai nilai kecerdasan kira-kira 70 atau lebih rendah atau dua simpangan baku di bawah rata-rata untuk tes tertentu. Fungsi adaptif dapat diukur dengan menggunakan skala yang telah di bakukan seperti Vineland Adaptive Behavior Scale. Dalam skala tersebut, komunikasi, keterampilan hidup sehari-hari, sosialisasi, keterampilan motorik (sampai 4 tahun, 11 bulan) dinilai dan membentuk suatu senyawa perilaku adaptif yang berhubungan dengan keterampilan yang diharapkan untuk usia tertentu.
KLASIFIKASI
Derajat atau tingkat retardasi mental diekspresikan dalam  sebuah istilah. DSM-IV memberikan empat tipe retardasi mental, yang mencerminkan tingkat gangguan intelektual, retardasi mental ringan, retardasi mental sedang, retardasi mental berat, dan retardasi mental sangat berat. Kategori   retardasi mental ambang dihilangkan di tahun 1973. Fungsi intelektual ambang, menurut DSM-IV, tidak di dalam kategori retardasi mental tetapi dimaksudkan untuk I.Q. dalam rentang 71 sampai 84 dan mungkin merupakan pusat perhatian psikiatri.
Disamping itu, DSM-IV menuliskan retardasi mental, keparahan tidak ditentukan, sbeagai tipe yang digunakan untuk orang yang dicurigai kuat menderita retardasi mental tetapi tidak dapat diuji dengan tes kecerdasan baku atau terlalu terganggu atau tidak dapat bekerja sama untuk diuji. Tipe tersebut dapat diterapkan pada bayi yang secara klinis dicurigai memiliki fungsi intelektual di bawah rata-rata yang bermakna tetapi pada siapa tes yang ada (sebagai contohnya, Bayley Infant Scale of Development dan cattell infant scale) tidak memberikan nilai I.Q. numerik. Tipe tersebut tidak boleh digunakan jika tingkat kecerdasan di anggap diatas 70.
Kode dibuat berdasarkan tingkat keparahan yang tercermin dari kerusakan inteletual :
1. Retardasi mental ringan ( Tingkat IQ 50-55 sampai kira-kira 70 )
2. Retardasi mental Sedang ( Tingkat IQ 35-40 sampai 50-55 )
3. Retardasi mental berat ( Tingkat IQ 20-35 sampai 35-45 )
4. Retardasi mental yang amat sangat berat (Tingkat IQ dibawah 20-25)
5. Retardasi mental dengan keperahan yang tidak disebutkan: jika terdapat dugaan kuat adanya retardasi mental tetapi emintelligence orang tsb tidak dapat diuji dengan test Standar.

Sedangkan,Menurut nilai IQnya maka intelegensia seseorang dapat digolongkan sebagai berikut:
No
Kalsifikasi
Nilai IQ
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
Sangat superior
Superior
Di atas rata-rata
Rata-rata
Di bawah rata-rata
Retardasi mental borderline
Retardasi mental ringan (mampu didik)
Retardasi mental sedang (mampu latih)
Retardasi mental berat
Retardasi mental berat
130 atau lebih
120-129
110-119
90-110
80-89
70-79
52-69
36-51
20-35
Di bawah 20






EPIDEMIOLOGI
Prevalensi retardasi mental pada suatu waktu diperkirakan adalah kira-kira 1 persen dari populasi. Insidensi retardasi mental sulit untuk dihitung karena kesulitan mengenali onsetnya. Pada banyak kasus, retardasi mental mungkin laten selama waktu yang panjang sebelum keterbatasan seseorang diketahui, atau karena adaptasi yang baik, diagnosis resmi tidak dapat dibuat pada saat tertentu dalam kehidupan seseorang. Insidensi tertinggi adalah pada anak usia sekolah, pada puncak usia 10-14 tahun. Retardasi mental kira-kira 11/2 kali lebih sering pada laki-laki dibandingkan pada wanita. Pada usia lanjut, prevalensi lebih sedikit, karena mereka dengan retardasi mental yang berat memiliki angka mortalitas yang tinggi yang disebabkan dari penyulit gangguan fisik yang menyertai.
ETIOLOGI
Faktor penyebab dalam retardasi mental adalah kondisi genetic (kromosom dan bawaan), pemaparan prenatal dengan infeksi dan toksin, trauma perinatal (seperti prematuritas), kondisi yang didapat dan faktor sosiokultural. Keparahan retardasi mental yang dihasilkannya adalah berhubungan dengan saat dan lama trauma atau pemaparan pada sistem saraf pusat. Semakin mungkin penyebabnya jelas. Pada kira-kira tiga perempat orang dengan retardasi mental parah, penyebabnya diketahui, sedangkan penyebabnya terlihat pada hanya separuh orang dengan retardasi mental ringan. Tidak ada penyebab yang diketahui untuk tigaperempat orang dengan fungsi intelektual ambang. Secara keseluruhan, sampai duapertiga dari semua orang dengan retardasi mental, kemungkinan penyebab dapat dikenali.
Diantara gangguan kromosom dan metabolik, sindroma Down, sindroma X rapuh, dan fenilketonuria adalah gangguan yang paling sering, biasanya menyebabkan sekurangnya retardasi mental sedang. Mereka dengan retardasi mental ringan kadang-kadang memiliki pola keluarga pada orang tua atau sanak saudaranya.
Kelompok sosioekonomi rendah tampaknya terlalu mewakili (overrepresented) pada kasus retardasi mental ringan, yang kepentingannya tidak jelas. Pengetahuan sekarang menyatakan bahwa faktor genetik, faktor biologis lingkungan, dan faktor psikososial bekerja sama dalam retardasi mental.

a.       Kelainan kromosom
Kelainan kromosom autosomal adalah berhubungan dengan retardasi mental, walaupun penyimpangan kromosom seks tidak selalu berhubungan dengan retardasi mental. Beberapa anak dengan sindroma turner memiliki kecerdasan yang normal bahkan sampai superior.
Sindrom Down. Sindroma down awalnya dinamakan “mongoloid” karena karakteristik fisiknya mata yang sipit, lipatan epikantus, dan hidung yang pesek. Terdapat persetujuan tentang  beberapa faktor predisposisi dalam gangguan kromosom diantaranya, bertambahnya usia ibu dan ayah dan radiasi sinar X.  masalah penyebab dipersulit oleh dikenalinya kromosom pada sindroma down:
1.       Pasien dengan trisomi 21 yang menyebabkan rentang mengalami nondisjungsi
2.       Nondisjungsi yang terjadi setelah fertilisasi pada setiap pembelahan sel menyebabkan mosaikisme, suatu kondisi dimana sel normal dan sel trisomik ditemukan di berbagai jaringan
3.       Pada translokasi terdapat fusi dua kromosom, paling sering terjadi pada 21 dan 15 yang menyebabkan keseluruhan kromosom berjumlah 46 buah, walaupun adanya kromosom 21 tambahan. Gangguan ini tidak seperti trisomi 21, biasanya diturunkan dab kromosom yang tertranslokasi mungkin ditemukan pada orang tua dan sanak saudara yang tidak terkena. Pembawa (carrier) asimptomatik tersebut hanya memiliki 45 kromosom.
Retardasi mental adalah cirri yang menumpang pada sindroma down. Sebagian besar pasien berada dalam kelompok retardasi sedang dan berat, hanya sebagian kecil yang memiliki I.Q. di atas 50 . perkembangan mental tampaknya berkembang normal dari lahir sampai 6 bulan, Skor I.Q. secara bertahap menurundari dekat normal pada usia 1 tahun sampai kira-kira 30 pada usia yang lebih tua.
Diagonosis sindroma down relatif mudah dibuat pada anak yang lebih besar tetapi seringkali sukar pada bayi neonatus. Tanda yang paling penting pada neonatus adalah hipotonia umum, fisura palpebra yang oblik, kulit leher berlebihan, tengkorak kecil dan datar, tulang pipi yang tinggi, dan lidah yang menonjol. Tangan tebal dan lebar, dengan garis transversal tunggal pada telapak tangan, dan jari kelingking adalah pendek dan melengkung ke dalam. Dan refleks moro adalah lemah atau tidak ada.
Sindroma X rapuh. Sindroma X rapuh adalah penyebab tunggal kedua yang tersering dari retardasi mental. Sindroma disebabkan dari mutasi pada kromosom X yang diketahui sebagai tempat yang rapuh. Fenotip yang tipikal adalah kepala yang besar dan panjang, perawakan pendek, sendi hiperekstensif, dan makro-orkhodisme pascapubertal. Derajat retardasi mental terentang dari ringan sampai berat. Ciri perilaku orang dengan  sindroma adalah tingginya angka gangguan defisitatensi/hiperaktifitas, gangguan belajar, dan gangguan perkembangan pervasive, seperti gangguan autistik. Defisit dalam fungsi bahasa adalah pembicaraan terlalu cepat dan preseveratif dengan  kelainan dalam mengkoordinasikan kata-kata membentuk Frasa dan kalimat

Sindroma Prader-Willi. Sindroma Prader-Willi didalilkan merupakan akibat dari pengaruh penghilangan kecil pada kromosom 15. Orang dengan sindroma menunjukan prilaku makan yang kompulsif dan seringkali obesitas, retardasi mental, hipogonadisme, perawakan pendek, hipotonia dan tangan dan kaki kecil. Anak-anak  yang memiliki sindroma ini sering memiliki prilaku oposisional dan menyimpang

Sindroma tangisan kucing (CAT CRY syndrome). Anak-anak dengan sindrom tangisan kucing kehilangan bagian kromosom 5. Mereka mengalami retardasi mental berat dan menunjukan banyak stigmata yang seringkali disertai dengan penyimpangan kromosom seperti mikrofali, telinga yang letaknya lebih rendah, fisura palpebra oblik, hipertelorisme, dan mikrognatia. Tangisan seperti kucing.
b.      Faktor genetik lain
Fenilketonuria (PKU). Merupakan paradigma metabolisme bawaan. Defek metabolisme dasarpada PKUadalah ketidak mampuan untuk mengubah fenilalanin menjadi parasitosin karena tidak adanya atau tidak aktifnya enzim fenilalanin hidroksilase, yang mengkatalis perubahan enzim tersebut. PKU merupakan gangguan yang jarang yang memiliki resiko kematian yang tinggi.
Sebagian penderita PKU mengalami retardasi mental yang sangat berat.Anak PKU tipikal adalah hiperaktif dan menunjukan perilaku yang aneh dan tidak bisa diramalkan, yang menyebabkan sulit ditangani.Komunikasi verbar atau non verbal biasanya terganggu parah atau tidak ditemukan.Tes skrining yang lebih dipercaya yang banyak digunakan adalah pengujian inhibisi Guthrie, yang menggunakan prosedur bakteriologis untuk menditeksi fenilanin pada darah.

Gangguan rett.Gangguan rett merupakan sindroma retardasi mental dominan terkait-X yang degeneratif dan hanya mengenai wanita. Penurunan keterampilan komunikasi, prilaku motorik, dan fungsi sosial dimulai pada usia 11/2 tahun. Gejala seperti autistik sering ditemukan demikian juga ataksia, seringai wajah, menggesekan gigi dan hilangnya pembicaraan, hiperventilasi intermiten dan pola nafas yang tidak teratur adalah karakteristik anak saat anak terbangun.Gerakantangan stereotipik. Gangguan gaya berjalan yang progresif, skoliosis, dan kejang terjadi. Atrofi serebral terjadi dengan penurunan pigmentasi substansia nigra, yang mengesankan kelainan pada sistem nigrostriatal  dopaminergik.

Neurofibromatosis. Juga disebut penyakit von Recklinghausen yang merupakan sindroma neurokutaneus yang paling sering disebabkan oleh gen dominan tunggal. Terjadi kira-kira 1 dalam 5000 kelahiran.Gangguan ditandai oleh bercak café- au-lait pada kulit dan neurofibroma.Retardasi mental ringan ditemukan pada sampai sepertiga orang dengan penyakit ini.

Skleriosis tuberculosis. Skleriosis tuberkulosis adalah sindroma neurokutaneus kedua yang tersering, retardasi mental progresif ditemukan padahingga duapertiga  dari semua orang yang terkena. Kejang ditemukan pada semua pasien yang mengalami retardasi mental dan pada duapertiga orang yang tidak mengalami retardasi mental.Presentasi fenotipik adalah adenoma sebaseum dan bercak daun palem yang dapat dikenali dengan lampu celah.

Sindroma Lesch-Nyhan. Sindroma Lesch-Nyhan adalah gangguan yang jarang yang disebabkan oleh defisiensi suatu enzim yang terlibat dalam metabolisme purin.Sindroma ini di tandai oleh mutilasi diri kompulsif yang parah dengan menggigit mulut dan jari-jari.Ini merupakan gangguan terkait gangguan terkait-Xdan ditemukan dengan retardasi mental, kejang, koreoatetosis, dan spastisitas.

Ardenoleukodistrofi.Ditandai oleh demeilinasi difus pada materi putih serbral, yang menyebabkan gangguan visual dan intelektual, kejang, spastisitas dan perkembangan menuju kematian.

Penyakit Urin sirup Maple. Gejala klinis dari penyakit urin  sirup maple tampak selama minggu-minggu pertama kehidupan. Bayi memburuk dengan cepat dan mengalami ridigitas deserebrasi, kejang, iregularitas pernapasan dan hipoglikemia. Jika tidak diobati, sebagian pasien akan meninggal dalam bulan pertama kehidupan, dan pasien yang bertahan hidup mengalami retardasi berat.


c.       Faktor prenatal
Persyaratan penting untuk perkembangan kesehatan janin adalah kesehatan fisik, psikologis, dan nutrisi maternal selama kehamilan.Pemyakit dan kondisi kronis maternal mempengaruhi perkembangan normal sistem saraf pusat janin.Infeksi maternal selama kehamilan terutama infeksi virus, telah diketahui menyebabkan kerusakan janin dan retardasi mental. Derajat kerusakan janin tergantung pada variabel tertentu seperti jenis virus, usia kehamilan, dan keparahan penyakit. Gangguan medis berikut ini telah diketahui pasti sebagai kondisi resiko tinggi untuk retardasi mental yaitu rubella, penyakit inklusi sitomegalik, sifilis, toxoplasmosis, herpes simpleks, AIDS, sindroma alcohol janin, penyulit kehamilan (Toksemia, malnutrisi, diabetes maternal).

d.      Faktor perinatal
Beberarapa bukti menunjukkan bahwa bayi premature dan bayi dengan berat badan lahir rendah berada dalam resiko tinggi mengalami gangguan neurologis dan intelektual yang bermanifestasi selama bertahun-tahun sekolahnya.Bayi tersebut yang menderita perdarahan intracranial atau tanda-tanda iskemia serebral terutama rentah terhadap kelainan kognitif.Derajat gangguan perkembangan saraf biasanya berhubungan dengan beratnya perdarahan intracranial.Pemutusan sosioekonomi juga dapat mempengaruhi fungsi adaptif bayi yang rentan tersebut. Intervensi dini dapat memperbaiki kemampuan kognitif,bahasa dan perceptual mereka.

e.      Gangguan didapat pada masa anak-anak
Kadang-kadang, status perkembangan seorang anak berubah secara dramatic akibat penyakit atau trauma fisik tertentu.

Infeksi.Infeksi yang paling serius mempengaruhi integritas serebral adalah ensefalitis dan meningitis.Ensefalitis campak telah hampir dihilangkan oleh pemakaian vaksin diseluruh dunia, dan insidensi infeksi bacterial pada sistem saraf pusat telah diturunkan dengan nyata oleh obat antibacterial.Sebagian besar episode ensefalitis disebabkan oleh organisme virus.Meningitis yang didiagnosis lambat, kendatipun diikuti dengan terapi antibiotika dapat secara serius mempengaruhi perkembangan kognitif anak.
Trauma Kepala. Penyebab cedera kepala yang terkenal pada anak-anak yang menyebabkan kecacatan mental,termasuk kejang, adalah kecelakaan kendaraan bermotor. Tetapi lebih banyak cedera kepala yang disebabkan oleh kecelakaan di rumah tangga seperti terjatuh dari meja, dari jendela yang terbuka, dan dari tangga.Penyiksaan anak juga penyebab cedera kepala.
Masalah Lain.Cedera otak dari henti jantung selama anesthesia adalah jarang terjadi.Satu penyebab cedera otak lengkap atau parsial adalah asfiksia yang berhubungan dengan nyaris tenggelam.Pemaparan jangka panjang dengan timbale adalah penyebab gangguan kecerdasan dan ketrampilan belajar yang dikenal baik.Tumor intracranial dengan berbagai jenis dan asal, pembedahan, dan kemoterapi juga dapat merugikan fungsi otak.

f.        Faktor lingkungan dan sosiokultural
Retardasi ringan secara bermakna menonjol di antara orang yang mengalami gangguan cultural.Kelompok sosioekonomi rendah, dan banyak sanak saudaranya terkena retardasi mental dengan derajat yang mirip.Tidak ada penyebab biologis yang dikenali pada kasus tersebut.Anak-anak dalam keluarga yang miskin dan kekurangan secara sosiokultural adalah sasaran dari kondisi merugikan perkembangan dan secara potensial patogenik.Lingkungan prenatal diganggu oleh perawatan yang buruk dan gizi maternal yang buruk. Masalah lain yang tidak terpecahkan adalah pengaruh gangguan mental parental yang parah. Gangguan tersebut dapat menggangu pengasuhan dan stimulasi anak dan aspek lain dari lingkungan mereka dengan demikian menempatkan anak pada resiko perkembangan

MANIFESTASI KLINIS
·         Gangguan Kognitif
·         Lambatnya ketrampilan ekspresi dan bahasa
·         Gagal melewati tahap perkembangan yang utama
·         Kemungkinan lambatnya pertumbuhan
·         Terlambatnya perkembangan motoris halus dan kasar

DIAGNOSIS
Diagnosis retardasi mental dapat dibuat setelah riwayat penyakit, pemeriksaan intelektual yang baku, dan pengukuran fungsi adaptif menyatakan bahwa perilakuanak sekarang adalah secara bermakna di bawah tingkat yang diharapkan (tabel 35-1 dan 35-2). Diagnosis sendiri tidak menyebutkan penyebab ataupun prognosisnya.

Riwayat penyakit.Riwayat penyakit paling sering didapatkan dari orang tua atau pengasuh, dengan perhatian khusus pada kehamilan ibu, persalinan, dan kelahiran; adanya riwayat keluarga retardasi mental; sehubungan dengan darah pada orang tua; dan gangguan herediter. Sebagai bagian riwayat penyakit, klinisi menilai latar belakang sosiokultural pasien, iklim emosional dirumah dan fungsi intelektual pasien.
Wawancara psikiatrik.Dua faktor memiliki kepentingan yang sangat tinggi jika mewawancarai pasien. Sikap pewawancara dan cara berkomunikasi dengan pasien. Pewawancara tidak boleh diatur oleh usia mental pasien, seakan-akan tidak dapat sepenuhnya mengkarakterisasi orang. Kemampuan verbal pasien, termasuk bahasa reseptif dan ekspresif, harus dinilai sesegera mungkin dengan mengobservasi komunikasi verbal dan nonverbal antara pengasuh dan pasien dan riwayat penyakit dari mereka.Orang teretardasi memiliki pengalaman kegagalan dalam seumur hidupnya dalam berbagai bidang, dan mereka mungkin mengalami kecemasan sebelum menjumpai pewawancara. Pewawancara dan pengasuh harus berusaha untuk menjelaskan dan memberikan penjelasan yang jelas, suportif dan konkret tentang proses diagnostic, terutama pasien dengan bahasa reseptif yang memadai.Pada umumnya, pemeriksaan psikiatrik pasien yang teretardasi harus mengungkapkan bagaimana pasien harus mengatasi stadium perkembangan.Dalam hal kegagalan atau regresi, klinisi dapat mengembangkan sifat kepribadian yang memungkinkan perencanaan logis dari penatalaksanaan dan pendekatan pengobatan.
Pemeriksaan fisik.Berbagai bagian tubuh mungkin memiliki karakteristik tertentu yang sering ditemukan pada orang retardasi mental dan memiliki penyebab prenatal.Sebagai contohnya, konfigurasi dan ukuran kepala memberikan petunjuk terhadap berbagai kondisi, seperti mikrosefali, hidrosefalus, dan sindroma down.Wajah pasien mungkin memiliki beberapa stigma retardasi mental, yang sangat mempermudah diagnosis. Tanda fasial tersebut adalah hipertelorisme, tulang hidung yang datar, alis mata yang menonjol, lipatan epikantus, opasitas kornea, perubahan retina, telinga yang letaknya rendah atau bentuknya yang aneh, lidah yang menonjol, dan gangguan gigi geligi. Ekspresi wajah yang dungu, mungkin menyesatkan dan tidak boleh diandalkan tanpa bukti-bukti yang mendukung lainnya.
Pemeriksaan neurologis.Gangguan sensorik sering terjadi pada orang retardasi mental.Sebagai contohnya sampai 10 persen orang retardasi mental mengalami gangguan pendengaran pada suatu tingkat yang empat kali lebih tinggi dibandingkan populasi normal.Jika ditemukan abnormalitas neurologis, insidensi dan keparahannya biasanya meningkat dalam proporsi dengan derajat retardasi.Tetapi banyak anak retardasi parah tidak memiliki kelainan neurologis.Sebaliknya kira-kira 25 persen dari anak palsi serebral memiliki kecerdasan yang normal.Gangguan neurologis dalam bidang motorik dimanifestasikan oleh kelainan pada tonus otot (spastisitas atau hipotonia), reflex (hiperrefleksia), dan gerakan involuenter (koreoatetosis).Gangguan sensorik dapat berupa gangguan pendengaran, terentang dari ketulian kortikal sampai defisit pendengaran yang ringan.
Tes laboratorium.Tes laboratorium yang digunakan pada kasus retardasi mental adalah pemeriksaan urin dan darah untuk mencari gangguan metabolik.Kelainan enzim pada gangguan kromosom, terutama sindroma down, menjanjikan alat diagnostic yang berguna.Penentuan karyotip dalam laboratorium genetik diindikasikan bilamana dicurigai adanya gangguan kromosom. Amniosentesis, di mana sejumlah kecil cairan amniotik diambil dari ruang amnion secara transabdominal antara usia kehamilan 14 dan 16 minggu telah berguna dalam mendiagnosis berbagai kelainan kromosom pada bayi, terutama sindroma down. Sel cairan amnion, yang terdapat banyak berasal dari janin, dibiakkan untuk pemeriksaan sitogenetik dan biokimiawi.Banyak gangguan herediter yang serius dapat diramalkan dengan amnionsentris, dan abortus terapetik adalah metode pencegahan satu-satunya. Amniosentesis dianjurkan untuk semua wanita hamil di atas usia 35 tahun.
Pemeriksaan pendengaran dan pembicaraan.Pemeriksaan pendengaran dan pembicaraan harus dilakukan secara rutin.Perkembangan bicara merupakan criteria yang paling dapat dipercaya dalam pemeriksaan retardasi mental.Berbagai gangguan pendengaran seringkali ditemukan pada orang retardasi mental.Tetapi pada beberapa keadaan gangguan menyerupai retardasi mental. Sayangnya, metoda yang sering digunakan untuk pemeriksaan pendengaran dan pembicaraan memerlukan kerja sama pasien dan dengan demikian, sering tidak dapat dipercaya pada orang yang teretardasi berat.
Pemeriksaan psikologis.Klinisi yang melakukan pemeriksaan dapat menggunakan beberapa instrument skrining untuk bayi dan anak kecil.Seperti banyak bidang retardasi mental, kontroversi tentang nilai prediktif dari tes psikologi bayi adalah hangat. Beberapa ahli melaporkan korelasi kelainan selama masa bayi dengan fungsi abnormal kemudian adalah sangat kecil, dan ahli lain melaporkannya sangat tinggi. Tetapi, korelasi meningkat secara langsung dengan usia anak pada saat pemeriksaan perkembangan.Tes psikologis, dilakukan oleh para ahli psikologi yang berpengalaman, adalah bagian standart dari pemeriksaan untuk retardasi mental. Tes Gessell, Bayley, dan Cattell adalah tes yang paling sering digunakan untuk bayi. Untuk anak-anak Stanford Binet dan Wechsler Intelligience Scale for Children-Revised (WISC-R, WISC-3) adalah tes paling sering digunakan di Negara ini. Kedua tes telah dikritik untuk memutuskan anak yang mengalami pemutusan cultural, karena memiliki bias cultural, karena menguji terutama potensi pencapaian akademik dan bukan untuk fungsi social yang adekuat, dan karena tidak dapat dipercaya pada anak-anak dengan I.Q. kurang dari 50. Beberapa orang telah mencoba mengatasi pembatasan bahasa pasien retardasi mental dengan menganjurkan tes perbendaharaan kata melalui gambar-gambar, dimana Peabody vocabulary test adalah yang paling luas digunakan.

GAMBARAN KLINIS
Retardasi Mental Ringan.Retardasi mental ringan mungkin tidak terdiagnosis sampai anak yang terkena memasuki sekolah, karena ketrampilan social dan komunikasinya mungkin adekuat dalam tahun-tahun prasekolah. Tetapi, saat anak menjadi lebih besar, defisit kognitif tertentu seperti kemampuan yang buruk untuk berpikir abstrak dan egosentrik mungkin membedakan dirinya dari anak lain dalam usianya. Walaupun orang teretardasi ringan mampu dalam fungsi akademik pada tingkat pendidikan dasar dan ketrampilan kejuruannya adalah memadai untuk membantu dirinya sendiri dalam beberapa kasus, asimilasi social mungkin sulit.Defisit komunikasi harga diri yang buruk, dan ketergantungan mungkin berperan dalam relative tidak adanya spontanitas sosialnya.Beberapa orang teretardasi ringan mungkin masuk ke dalam hubungan dengan teman sebaya yang mempergunakan kelemahannya.Pada sebagian besar kasus, orang dengan retardasi mental ringan dapat mencapai suatu tingkat keberhasilan sosial dan kejuruan dalam lingkungan yang mendukung.Kelompok ini merupakan bagian terbesar dari retardasi mental. Kebanyakan dari mereka ini termasuk dari tipe social-budaya dan diagnosis dibuat setelah anak beberapa kali tidak naik kelas. Golongan ini termasuk mampu didik, artinya selain dapat diajar baca tulis bahkan bias bisa sampai kelas 4-6 SD, juga bisa dilatih keterampilan tertentu sebagai bekal hidupnya kelak dan mampu mandiri seperti orang dewasa yang normal. Tetapi pada umumnya mereka ini kurang mampu menghadapi stress sehingga tetap membutuhkan bimbingan dari keluarganya.
Retardasi Mental Sedang. Retardasi mental sedang kemungkinan didiagnosis pada usia yang lebih muda dibandingkan retardasi mental ringan karena ketrampilan komunikasi berkembang lebih lambat pada orang teretardasi sedang, dan isolasi sosial dirinya mungkin dimulai pada tahun-tahun usia sekolah dasar. Walaupun pencapaian akademik biasanya terbatas pada pertengahan tingkat dasar, anak yang teretardasi sedang mendapatkan keuntungan dari perhatian individual yang dipusatkan untuk mengembangkan ketrampilan menolong diri sendiri.Anak-anak dengan retardasi mental sedang menyadari kekurangannya dan seringkali merasa diasingkan oleh teman sebayanya dan merasa frustasi karena keterbatasannya.Mereka terus membutuhkaan pengawasan yang cukup tetapi dapat menjadi kompeten dalam pekerjaan yang dilakukan dalam kondisi yang mendukung.
Retardasi Mental Berat.Retardasi mental berat biasanya jelas pada tahun-tahun prasekolah, karena bicara anak yang terkena adalah terbatas, dan perkembangan motoriknya adalah buruk. Suatu perkembangan bahasa dapat terjadi pada tahun-tahun usia sekolah, pada masa remaja, jika bahasa adalah buruk, bentuk komunikasi nonverbal dapat berkembang. Kemampuan anak untuk mengartikulasikan dengan lengkap kebutuhannya dapat mendorong cara fisik berkomunikasi. Pendekatan perilaku dapat membantu mendorong suatu tingkat perawatan diri sendiri, walaupun orang dengan retardasi mental berat biasanya memerlukan pengawasan yang luas.
Retardasi Mental Sangat Berat.Anak-anak dengan retardasi mental sangat berat memerlukan pengawasan yang terus menerus dan sangat terbatas dalam ketrampilankomunikasi dan motoriknya.Pada masa dewasa, dapat terjadi suatu perkembangan bicara, dan ketrampilan menolong diri sendiri yang sederhana dapat dicapai.Walaupun pada masa dewasa, perawatan adalah diperlukan.
Ciri Lain.Survey telah mengenali sejumlah ciri klinis yang lebih sering terjadi pada orang dengan retardasi mental dibandingkan populasi umum. Ciri-ciri tersebut yang dapat terjadi tersendiri atau sebagai bagian dari gangguan mental, adalah hiperaktivitas, toleransi frustasi yang rendah, agresi, ketidakstabilan afektif, perilaku motorik stereotipik berulang, dan perilaku melukai diri sendir dengan berbagai jenis. Perilaku melukai diri sendiri tampaknya lebih sering dan kuat dengan semakin beratnya retardasi mental.Seringkali sulit memutuskanapakah ciri klinis di atas adalah gangguan mental komorboid atau sekuela langsung dari keterbatasan perkembangan yang disebabkan oleh retardasi mental.

PSIKOPATOLOGI KOMORBOID
Prevalensi.Selama dekade terakhir, beberapa survey epidemiologi menyatakan bahwa gangguan mental lain pada anak-anak dan orang dewasa dengan retardasi mental terentang antara sepertiga dan duapertiga, angka yang beberapa kali lebih tinggi dibandingkan angka pada sampel komunitas yang tidak mengalami retardasi mental.Prevalensi psikopatologi tampaknya berhubungan dengan derajat retardasi mental, semakin parah retardasi mental, semakin tinggi risiko gangguan mental lainnya.Jenis gangguan mental tampaknya keseluruhan yang ditemukan padaa orang tidak mengalami retardasi mental, termasuk gangguan mood, skizofrenia, gangguan defisit atensi/hiperaktivitas, dan gangguan konduksi.Orang dengan retardasi mental berat memiliki gangguan autistic dan gangguan perkembangan pervasive yang cukup tinggi.Kira-kira 2 sampai 3 persen orang retardasi mental memenuhi criteria skizofrenia yaitu beberapa kali lebih tinggi dibandingkan angka untuk populasi umum.Sampai 50 persen anak-anak dan orang dewasa retardasi mental memiliki suatu gangguan mood jika instrument tertentu seperti Kiddie Schedule for Affective Disorders and Schizophrenia, Beck Depression Inventory, dan Children’s Deppression Inventory digunakan dalam penelitian awal.Karena instrument di atas belum dibakukan pada populasi retardasi mental, temuan tersebut harus dianggap pendahuluan.


Faktor Risiko
·         Gangguan Neurologis. Laporan menyatakan bahwa risiko untuk psikopatologi meningkat dalam berbagai kondisi neurologis, seperti gangguan kejang. Angka psikopatologi meningkat dengan keparahan retardasi mental, yang menyatakan peningkatan gangguan neurologis saat gangguan intelektual meningkat.
·         Sindroma Genetik. Beberapa bukti menyatakan bahwa sindroma dengan dasar genetik, seperti sindroma X rapuh, sindroma Prader-willi, dan sindroma Down adalah disertai dengan manifestasi perilaku spesifik. Orang dengan sindroma X rapuh diketahui memiliki angka gangguan defisit-atensi/hiperaktivitas yang sangat tinggi (sampai tigaseperempat yang diteliti). Tingginya angka perilaku interpersonal dan fungsi bahasa yang menyimpang seringkali memenuhi criteria gangguan autistic dan gangguan kepribadian menghindar. Sindroma Prader-Willi hampir selalu disertai dengan gangguan makan kompulsif, hiperfagia, dan obesitas. Pada sindroma Down, fungsi bahasa adalah relative lemah, sedangkan sosiabilitas dan ketrampilan social, seperti kerja sama interpersonal dan kenyamanan pada pertemuan social adalah relative kuat.
·         Faktor psikososial. Citra diri yang negative dan harga diri yang buruk adalah ciri yang sering ditemukan pada orang retardasi mental ringan dan sedang, yang merasa berbeda dari orang lain. Mereka mengalami kegagalan dan kekecewaan berulang karena tidak memenuhi harapan orang tuanya dan masyarakat dan secara progresif tertinggal di belakang teman sebayanya dan bahkan oleh sanak saudaranya yang lebih kecil. Kesulitan komunikasi semakin meningkatkan kerentanan mereka terhadap perasaan kecanggungan dan frustasi.

DIAGNOSIS BANDING
Menurut definisinya, retardasi mental harus dimulai sebelum usia 18 tahun. Anak dengan retardasi mental harus mengahadapi begitu banyak situasi social dan akademik yang sulit sehingga seringkali terbentuk pola maladaptive, yang mempersulit proses diagnostic. Tetapi anak yang rentan yang terpapar dengan stressor lingkungan yang terus menerus mungkin tidak berkembang dengan kecepatan yang diharapkan. Masalah diagnosis banding yang paling sulit adalah pada anak-anak dengan retardasi mental berat, cedera otak, gangguan autistic, skizofrenia dengan onset masa anak-anak atau menurut beberapa ahli, penyakit Heller. Kebingungan berasal dari kenyataan bahwa perincian riwayat awal dari anak sering kali tidak diperoleh atau tidak dapat dipercaya. Anak-anak dibawah usia 18 tahun yang memenuhi criteria diagnostic untuk demensia dan yang menunjukkan I.Q. kurang dari 70 diberikan diagnostic demensia dan retardasi mental. Orang yang I.Q.nya turun sampai kurang dari 70 setelah usia 18 tahun dan yang memiliki onset baru gangguan kognitif tidak diberikan diagnosis retardasi mental tetapi hanya mendapatkan diagnosis demensia.
PENATALAKSANAAN
·         Obat-obat psikotropika (tioridazin, mellaril untuk remaja dengan perilaku yang membahayakan diri sendiri
·         Psikostimulan untuk remaja yang menunjukkan tanda-tanda gangguan konsentrasi atau gangguan hiperaktif
·         Antidepresan (imipramin/tofranil)
·         Meningkatkan perkembangan otak yang sehat dan penyediaan pengasuhan dan lingkungan yang merangsang pertumbuhan
·          
PERJALANAN PENYAKIT DAN PROGNOSIS
Pada sebagian besar kasus retardasi mental, gangguan intelektual dasar tidak membaik, walaupun pada tingkat adaptasi orang yang terkena dapat didorong secara positif dengan lingkungan yang diperkaya dan mendukung.Seperti pada orang tanpa retardasi mental, semakin banyak gangguan mental komorboid yang terjadi, semakin buruk prognosis keseluruhan.Jika gangguan mental yang jelas menumpang pada retardasi mental, terapi standart untuk gangguan mental komorboid sering kali menguntungkan.Tetapi terdapat sedikit ketidakjelasan tentang klasifikasi perilaku penyimpangan tertentu seperti hiperaktivitas, labilitas emosional, dan disfungsi social apakah mereka merupakan gejala psikiatrik tambahan atau sekuela langsung dari retardasi mental?Pada umumnya, orang dengan retardasi mental ringan sedang memiliki fleksibilitas terbesar dalam hal beradaptasi terhadap berbagai kondisi lingkungan.

TERAPI
Retardasi mental adalah berhubungan dengan beberapa kelompok gangguan heterogen dan berbagai faktor psikososial.Terapi yang terbaik untuk retardasi mental adalah pencegahan primer, sekunder dan tersier.
Pencegahan primer.Merupakan tindakan yang dilakukan untuk menghilangkan atau menurunkan kondisi yang menyebabkan perkembangan gangguan yang disertai dengan retardasi mental. Tindakan tersebut termasuk:
1. Pendidikan untuk meningkatkan pengetahuan dan kesadaran masyarakat umum tentang retardasi mental.
2. Usaha terus menerus dari professional bidang kesehatan untuk menjaga dan memperbaharui kebijaksanaan kesehatan masyarakat.
3. Aturan untuk memberikan pelayanan kesehatan yang maternal dan anak yang optimal.
4. Konseling keluarga dan genetik membantu menurunkan retardasi mental.
Pencegahan Sekunder dan Tersier.
1. Pendidikan untuk anak. Lingkungan pendidikan untuk anak-anak retardasi mental harus termasuk progam lengkap yang menjawab latihan ketrampilan adaptif, latihan ketrampilan social, dan latihan kejuruan.Perhatian harus difokuskan pada komunikasi dan usaha untuk meningkatkan kualitas hidup.
2. Terapi perilaku, kognitif dan psikodinamika. Kesulitan dalam beradaptasi diantara orang retardasi mental adalah luas dan sangat bervariasi sehingga sejumlah intervensi sendiri atau dalam kombinasi mungkin berguna.Terapi perilaku, Dorongan positif untuk perilaku yang diharapkan dan memulai hukuman (seperti mencabut hak istimewa) untuk perilaku yang tidak diinginkan telah banyak menolong.Terapi kognitif, seperti menghilangkan keyakinan palsu dan latihan relaksasi dengan instruksi dari diri sendiri, juga telah dianjurkan untuk pasien retardasi mental yang mampu mengikuti intruksi.
3. Terapi psikodinamika, telah digunakan pada pasien retardasi mental dan keluarganya untuk menurunkan konflik tentang harapan yang menyebabkan kecemasan, kekerasan, dan depresi yang menetap.
4. Pendidikan keluarga, satu bidang yang paling penting yang dapay dijawab oleh klinisi adalah pendidikan keluarga dari pasien dengan retardasi mental tentang cara meningkatkan kompetensi dan harga diri sambil mempertahankan harapan yang realistis untuk pasien. Orang tua harus diberikan kesempatan untuk mengekspresikan perasaan bersalah, putus asa, kesedihan, penyangkalan yang terus menerus timbul, dan kemarahan tentang gangguan dan masa depan anak.
5. Intervensi Farmakologis,pendekatan farmakolgis dalam terapi gangguan komorboid pada pasien retardasi mental adalah banyak kesamaannya seperti untuk pasien yang tidak mengalami retardasi mental. Semakin banyak data yang mendukung pemakaian berbagai medikasi untuk pasien dengan gangguan mental yang tidak teretardasi mental.






DAFTAR RUJUKAN
§  Harold, I., Kaplan, Benjamin, J., & Jack, A. 1997. Sinopsis Psikiatri. Jakarta: Binapura Aksara.
§  Maramis, W. F. 1998. Catatan Ilmu Keduokteran Jiwa. Surabaya: Airlangga University Press.

§  Notosoedirjo, M. & Latipun. 2002. Kesehatan Mental, Konsep, dan Penerapan. Malang: Universitas Muhammadiyah Malang.

0 komentar:

Posting Komentar

 

SHARE D' MOMENT Template by Ipietoon Blogger Template | Gadget Review