LAPORAN
PENDAHULUAN
A.
PENGERTIAN
DIARE
Menurut Haroen
N, S. Suraatmaja dan P.O Asdil (1998), diare adalah defekasi encer lebih dari 3
kali sehari dengan atau tanpa darah atau
lendir dalam tinja. Sedangkan menurut C.L Betz & L.A Sowden (1996)
diare merupakan suatu keadaan terjadinya inflamasi mukosa lambung atau usus.
Menurut Suradi
& Rita (2001), diare diartikan sebagai suatu keadaan dimana terjadinya
kehilangan cairan dan elektrolit secara berlebihan yang terjadi karena
frekuensi buang air besar satu kali atau lebih dengan bentuk encer atau cair.
Diare adalah
kondisi dimana terjadi frekuensi defekasi yang abnormal ( > 3 kali/hari ),
serta perubahan isi/volume ( > 200 gr/hari) dan konsistensi feces cair
(Brunner & Suddarth, 2002).
Gastroenteritis
adalah buang air besar yang tidak normal atau bentuk tinja yang encer dengan
frekuensi lebih banyak dari biasanya, untuk neonotus bisa lebih dari 4 kali dan
untuk anak lebih dari 3 kali (Hasan R, 1998). Dan terjadi secara mendadak
berlangsung 7 hari dari anak yang sebelumnya sehat (Mansjoer, 2000).
Diare ialah
frekuensi buang air besar lebih dari 4 kali pada bayi dan lebih dari 3 kali
pada anak; konsistensi feses encer, dapat berwarna hijau atau dapat pula
bercampur lendir dan darah atau lendir saja. (Ngastiyah, 2005 : 224).
B.
KLASIFIKASI
DIARE
a. Diare akut
Diare akut
merupakan penyebab awal penyakit pada anak dengan umur < 5 tahun, dehidrasi
dapat terjadi dan dapat mengakibatkan kefatalan kira-kira pada 400 anak tiap
tahun di Amerika Serikat ( Kleinman, 1992 dalam Wholey & Wong's, 1994).
Diare akut
adalah BAB dengan frekuensi meningkat > 3 kali /hari dengan konsistensi
tinja cair, bersifat mendadak dan berlangsung dalam waktu kurang dari 1 minggu.
Diare akut lebih banyak disebabkan oleh agent infectius yang mencakup virus,
bakteri dan patogen parasit.
b. Diare Kronik
Kondisi dimana
terjadi peningkatan frekuensi BAB dan peningkatan konsistensi cair dengan
durasi 14 hari atau lebih ( Wholey & Wong's, 1994).
C.
ETIOLOGI
Menurut Haroen
N.S, Suraatmaja dan P.O Asnil (1998), ditinjau dari sudut patofisiologi,
penyebab diare akut dapat dibagi dalam dua golongan yaitu:
1.
Diare sekresi (secretory diarrhoe),
disebabkan oleh:
a) Infeksi virus, kuman-kuman
patogen dan apatogen seperti shigella, salmonela, E. Coli, golongan vibrio, B.
Cereus, clostridium perfarings, stapylococus aureus, comperastaltik usus halus
yang disebabkan bahan-bahan kimia makanan (misalnya keracunan makanan, makanan
yang pedas, terlalau asam), gangguan psikis (ketakutan, gugup), gangguan saraf,
hawa dingin, alergi dan sebagainya.
b) Defisiensi imum terutama SIGA
(secretory imonol bulin A) yang mengakibatkan terjadinya berlipat gandanya
bakteri/flata usus dan jamur terutama canalida.
2.
Diare osmotik (osmotik diarrhoea)
disebabkan oleh:
a) malabsorpsi makanan:
karbohidrat, lemak (LCT), protein, vitamin dan mineral.
b) Kurang kalori protein.
c) Bayi berat badan lahir rendah
dan bayi baru lahir.
Menurut
Ngastiyah (2005) penyebab diare dapat dibagi dalam beberapa faktor:
a. Faktor Infeksi
1)
Infeksi enterial
Infeksi saluran pencernaan makanan
yang merupakan penyebab diare pada anak. Meliputi infeksi enteral sebagai
berikut:
a)
Infeksi virus : Enterovirus (virus ECHO, Coxsackie, Poliomyelitis),
Adenovirus, Rotavirus, Astrovirus dan lain-lain.
b) Infeksi bakteri: vibrio, Ecoli, salmonella,
shigella.
c) Infeksi parasit: Cacing
(ascaris, trichuris, oxyuris, strongyloides), protozoa (entamoeba hystolytica,
giardia lambilia, trichomonas hominis), jamur (candida albicanas)
2)
Infeksi pareteral
Infeksi di luar alat pencernaan
makanan seperti: otitis media akut, tonsilitis/tonsilofaringitis,
bronchopneumonia, ensefalitis dan sebagainya. Keadaan terutama terdapat pada
bayi dan anak berumur di bawah 2 tahun.
b. Faktor Malabsorbsi
1) Malabsorbsi karbohidrat
Disakarida (intoleransi laktosa,
maltosa, sukrosa), monosakarida (intoleransi glukosa, fruktosa dan galaktosa).
Pada bayi dan anak yang terpenting dan tersering intoleransi laktosa.
2) Malabsorbsi lemak
3) Malabsorbsi protein
c. Faktor makanan
Makanan basi, beracun, alergi
terhadap makanan.
d. Faktor psikologis
Rasa takut dan cemas (jarang,
tetapi dapat terjadi pada anak yang lebih besar).
D.
PATOFISIOLOGI
Mekanisme dasar yang menyebabkan diare ialah yang
pertama gangguan osmotik, akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat
diserap akan menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga usus meninggi, sehingga
terjadi pergeseran air dan elektrolit kedalam rongga usus, isi rongga usus yang
berlebihan ini akan merangsang usus untuk mengeluarkannya sehingga timbul
diare.
Kedua akibat rangsangan tertentu (misalnya toksin)
pada dinding usus akan terjadi peningkatan sekali air dan elektrolit ke dalam
rongga usus dan selanjutnya diare timbul karena terdapat peningkatan isi rongga
usus.
Ketiga gangguan motalitas usus, terjadinya
hiperperistaltik akan mengakibatkan berkurangnya kesempatan usus untuk menyerap
makanan sehingga timbul diare sebaliknya bila peristaltik usus menurun akan
mengakibatkan bakteri timbul berlebihan yang selanjutnya dapat menimbulkan
diare pula.
Selain itu diare juga dapat terjadi, akibat masuknya
mikroorganisme hidup ke dalam usus setelah berhasil melewati rintangan asam
lambung, mikroorganisme tersebut berkembang biak, kemudian mengeluarkan toksin
dan akibat toksin tersebut terjadi hipersekresi yang selanjutnya akan
menimbulkan diare.
Sedangkan akibat dari diare akan terjadi beberapa
hal sebagai berikut:
1.
Kehilangan air (dehidrasi)
Dehidrasi
terjadi karena kehilangan air (output) lebih banyak dari pemasukan (input),
merupakan penyebab terjadinya kematian pada diare.
2.
Gangguan keseimbangan asam basa (metabik asidosis)
Hal
ini terjadi karena kehilangan Na-bicarbonat bersama tinja. Metabolisme lemak
tidak sempurna sehingga benda kotor tertimbun dalam tubuh, terjadinya
penimbunan asam laktat karena adanya anorexia jaringan. Produk metabolisme yang
bersifat asam meningkat karena tidak dapat dikeluarkan oleh ginjal (terjadi
oliguria/anuria) dan terjadinya pemindahan ion Na dari cairan ekstraseluler
kedalam cairan intraseluler.
3.
Hipoglikemia
Hipoglikemia terjadi pada 2-3% anak
yang menderita diare, lebih sering pada anak yang sebelumnya telah menderita
KKP. Hal ini terjadi karena adanya gangguan penyimpanan/penyediaan glikogen
dalam hati dan adanya gangguan absorbsi glukosa.Gejala hipoglikemia akan muncul
jika kadar glukosa darah menurun hingga 40 mg% pada bayi dan 50% pada anak-anak.
4.
Gangguan gizi
Terjadinya penurunan berat badan dalam
waktu singkat, hal ini disebabkan oleh:
-
Makanan sering dihentikan oleh orang tua karena takut diare atau muntah
yang bertambah hebat.
-
Walaupun susu diteruskan, sering diberikan dengan pengeluaran dan susu yang
encer ini diberikan terlalu lama.
-
Makanan yang diberikan sering tidak dapat dicerna dan diabsorbsi dengan baik
karena adanya hiperperistaltik.
5.
Gangguan sirkulasi
Sebagai akibat diare dapat terjadi
renjatan (shock) hipovolemik, akibatnya perfusi jaringan berkurang dan terjadi
hipoksia, asidosis bertambah berat, dapat mengakibatkan perdarahan otak,
kesadaran menurun dan bila tidak segera diatasi klien akan meninggal.
E.
MANIFESTASI
KLINIS
a) Mula-mula
bayi cengeng, rewel, gelisah
b) Suhu
tubuh biasanya meningkat
c) Nafsu
makan berkurang atau tidak ada
d) Feses
cair biasa disertai lendir atau darah, warna tinja mungkin berubah hijau karena
bercampur dengan empedu.
e) Anus
mungkin lecet karena tinja makin asam akibat asam laktat dari laktosa yang
tidak diabsorbsi usus dan sering defikasi.
f) Muntah
disebabkan lambung yang turut meradang atau gangguan keseimbangan asam basa dan
elektrolit.
g) Bila
kehilangan banyak cairan muncul dehidrasi (berat badan turun, turgor kulit
kurang, mata dan ubun-ubun besar cekung, selaput lendir bibir dan mulut
kering).
No
|
Agen Penyebab
|
Karakteristik
|
1
|
Viral agent
a. Rotavirus
b. Norwalk
|
Fever 38 atau
lebih
Nausea,
vomiting
Abdominal pain
Diare bisa
lebih dari 1 minggu
Fever, loss of
apetit
Abdominal pain
Diare dan
malaise.
|
2.
|
Bacterial
agent
a.
E. Colli
b.
Salmonella
group gram positif
c.
S. Thypi
d.
Shigella group
gram negatif
e.
Campylobacter
jejuni
f.
Vibrio cholera
group
|
Diare cair
disertai mukus dan darah
Vomiting,
abdominal distention, diare dqn fever.
Nausea,
vomiting, colic abdominal, diare disertai darah dan mukus.
Fever,
hiperaktif peristaltic and mild abdominal tenderness.
Headache and
cerebral manifestation.
Ireguler
fever, headache, malaise, letargi, fatigue, abdominal pain, anoreksia, weight
loss develop.
Fever 40 derajat
and cramping, abdominal pain, konvulsi, headache, delirium, diare disertai
mukus bisa bercampur darah, abdominal pain, inright lower quadrant, vomiting.
Fever,
abdominal cramping periumbilical, diare disertai darah, vomiting
Diare cair
dengan cramp, iritasi anal, feces disertai darah dan mukus.
|
3
|
Food Poisoning
a.
Staphylococcus
b.
Clostridium
perfringens
c.
Clostridium
botulinum
|
Nausea,
vomiting, severe abdominal cramps, shok dapat terjadi pada kasus berat, demam
ringan.
Moderate to
severe crampy, mid epigastric pain.
Nausea,
vomiting, diare, dry mouth dan disfagia.
|
F.
KOMPLIKASI
1. Dehidrasi (ringan, sedang,
berat, hipotonik, isotonik atau hipertonik).
2. Renjatan hipovolemik.
3. Hipokalemia (dengan gejala
mekorismus, hiptoni otot, lemah, bradikardi, perubahan pada elektro
kardiagram).
4. Hipoglikemia.
5. Intoleransi laktosa sekunder,
sebagai akibat defisiensi enzim laktase karena kerusakan vili mukosa, usus
halus.
6. Kejang terutama pada dehidrasi
hipertonik.
7. Malnutrisi energi, protein,
karena selain diare dan muntah, penderita juga mengalami kelaparan.
G.
PEMERIKSAAN
PENUNJANG
Menurut Hassan dan Alatas (1998)
pemeriksaan laboratorium pada diare adalah:
a. Feses
1) Makroskopis dan Mikroskopis
2) pH dan kadar gula pada tinja dengan kertas
lakmus dan tablet clinitest, bila diduga terdapat intoleransi gula.
3) Biakan dan uji resisten bakteri
b.
Pemeriksaan gangguan keseimbangan asam basa dalam darah, dengan menentukan
pH dan cadangan alkali dan analisa gas darah.
c. Ureum kreatinin untuk mengetahui faal
ginjal.
d. Elektrolit terutama natrium, kalium,
kalsium dan fosfat.
e. Pemeriksaan Intubasi deudenum untuk
mengetahui jenis jasad renik atau parasit.
H.
PENATALAKSANAAN
1. Medis
Dasar pengobatan diare adalah:
a. Pemberian cairan, jenis cairan,
cara memberikan cairan, jumlah pemberiannya.
1) Cairan per oral
Pada klien dengan dehidrasi ringan
dan sedang diberikan peroral berupa cairan yang bersifat NaCl dan NaHCO3 dan
glukosa. Untuk diare akut dan kolera pada anak diatas 6 bulan kadar Natrium 90
mEg/l. Pada anak dibawah umur 6 bulan dengan dehidrasi ringan-sedang kadar
natrium 50-60 mEg/l. Formula lengkap disebut oralit, sedangkan larutan gula
garam dan tajin disebut formula yang tidak lengkap karena banyak mengandung
NaCl dan sukrosa.
2) Cairan parentral
Diberikan pada klien yang mengalami
dehidrasi berat, dengan rincian sebagai berikut:
- Untuk anak umur 1 bl-2 tahun
berat badan 3-10 kg
• 1 jam pertama : 40 ml/kgBB/menit=
3 tts/kgBB/mnt (infus set berukuran 1 ml=15 tts atau 13 tts/kgBB/menit (set
infus 1 ml=20 tetes).
• 7 jam berikutnya : 12
ml/kgBB/menit= 3 tts/kgBB/mnt (infusset berukuran 1 ml=15 tts atau 4
tts/kgBB/menit (set infus 1 ml=20 tetes).
• 16 jam berikutnya : 125 ml/kgBB/
oralit
- Untuk anak lebih dari 2-5 tahun
dengan berat badan 10-15 kg
• 1 jam pertama : 30 ml/kgBB/jam
atau 8 tts/kgBB/mnt (1 ml=15 tts atau 10 tts/kgBB/menit (1 ml=20 tetes).
- Untuk anak lebih dari 5-10 tahun
dengan berat badan 15-25 kg
• 1 jam pertama : 20 ml/kgBB/jam
atau 5 tts/kgBB/mnt (1 ml=15 tts atau 7 tts/kgBB/menit (1 ml=20 tetes).
• 7 jam berikut : 10 ml/kgBB/jam
atau 2,5 tts/kgBB/mnt (1 ml=15 tts atau 3 tts/kgBB/menit (1 ml=20 tetes).
• 16 jam berikut : 105 ml/kgBB
oralit per oral.
- Untuk bayi baru lahir dengan berat badan 2-3 kg
• Kebutuhan cairan: 125 ml + 100 ml
+ 25 ml = 250 ml/kg/BB/24 jam, jenis cairan 4:1 (4 bagian glukosa 5% + 1 bagian
NaHCO3 1½ %.
Kecepatan : 4 jam pertama : 25
ml/kgBB/jam atau 6 tts/kgBB/menit (1 ml = 15 tts) 8 tts/kg/BB/mt (1mt=20 tts).
• Untuk bayi berat badan lahir rendah
Kebutuhan cairan: 250 ml/kg/BB/24
jam, jenis cairan 4:1 (4 bagian glukosa 10% + 1 bagian NaHCO3 1½ %).
b. Pengobatan dietetik
Untuk anak dibawah 1 tahun dan anak
diatas 1 tahun dengan berat badan kurang dari 7 kg, jenis makanan:
- Susu (ASI, susu formula yang
mengandung laktosa rendah dan lemak tak jenuh
- Makanan setengah padat (bubur
atau makanan padat (nasi tim)
- Susu khusus yang disesuaikan
dengan kelainan yang ditemukan misalnya susu yang tidak mengandung laktosa dan
asam lemak yang berantai sedang atau tak jenuh.
c. Obat-obatan
Prinsip pengobatan menggantikan
cairan yang hilang dengan cairan yang mengandung elektrolit dan glukosa atau
karbohidrat lain.
ASUHAN
KEPERAWATAN KLIEN DENGAN DIARE
a. Pengkajian
1. Identitas
Pasien : meliputi Nama, Jenis Kelamin, Umur, Alamat, Agama, Pekerjaan, Suku
Bangsa
2. Diagnosa
Medis
3. Identitas
Penanggung Jawab : meliputi Nama, Pekerjaan, Alamat, Agama, Hubungan dengan
Pasien
4. Riwayat
kesehatan
Riwayat
gastroenteritis, glardiasis, penyakit seliakus, sindrom iritabilitas kolon,
otitis media akut, tondilitas, ensefalitis dan lainnya.
5. Riwayat
kesehatan dahulu
Pernah
mengalami diare, pernah menderita penyakit pencernaan.
6. Riwayat
kesehatan keluarga
Pernah
menderita penyakit saluran pencernaan.
7. Keluhan
utama
Anak
sering menangis, tidam mau makan dan minum, badan lemas.
8. Pola
kesehatan fungsional
a. Pemeliharaan kesehatan
Personal
hygiene anak kurang : kebiasaan ibu memelihara kuku anak, cuci tangan sebelum
makan, makanan yang dihidangkan tidak tertutup, makanan basi.
b. Nutrisi dan metabolik
Hipertermi,
penuturan berat badan total sampai 50%, dnoteksia, muntah.
c. Eliminasi BAB
Feces
encer, frekuensi bervariasi dari 2 sampai 20
per hari.
d. Aktifitas
Kelemahan
tidak toleran terhadap aktifitas.
e. Sensori
Nyeri
ditandai dengan menangis dan kaki diangkat ke abdomen.
9. Pemeriksaan
Fisik
a. Keadaan umum
Tampak
lemah dan kesakitan.
b. Tanda vital
Berat
badan menurun 2% dehidrasi ringan
Berat
badan menurun 5% dehidrasi sedang
Berat
badan menurun 8% dehidrasi berat
TD
menurun karena dehidrasi
RR
meningkat karena hipermetabolisme, cepat dan dalam (kusmoul)
Suhu
meningkat bila terjadi reaksi inflmasi
Nadi
meningkat (nadi perifer melemah)
c. Mata: cekung
d. Mulut: mukosa kering
e. Abdomen: turgor jelek
f. Kulit: kering, kapilari refil > 2’
b.
Diagnosa
1. Kurangnya
volume cairan berhubungan dengan seringnya buang air besar dan encer.
2. Perubahan
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan menurunnya intake dan
menurunnya absorbsi makanan dan cairan.
3. Hipertermi
berhubungan dengan infeksi ditandi dengan kerusakan pada mukosa usus.
4. Resiko
gangguan integritas kulit ditandai dengan kemerahan di sekitar anus
5. Gangguan
tidur berhubungan dengan rasa nyaman ditandai dengan sering defekasi.
6. Cemas
berhubungan dengan kondisi dan hospitalisasi pada anak.
7. Kurangnya
pengetahuan orang tua berhubungan dengan kurangnya informasi.
c.
Intervensi
1.
Diagnosa : Kurangnya volume cairan
dan elektrolit berhubungan dengan seringnya buang air besar dan encer.
Tujuan :
Keseimbangan cairan dapat dipertahankan dalam batas normal.
Hasil
yang diharapkan :
a. Pengisien kembali kapiler < dari 2
detik
b. Turgor elastik
c. Membran mukosa lembab
d. Berat badan tidak menunjukkan penurunan.
Intervensi
:
- Kaji intake dan output, otot dan
observasi frekuensi defekasi, karakteristik, jumlah dan faktor pencetus
Rasional
: menentukan kehilangan dan kebutuhan cairan.
- Kaji TTV
Rasional
: membantu mengkaji kesadaran pasien.
- Kaji status hidrasi, ubun-ubun, mata,
turgor kulit, dan membran mukosa.
Rasional
: menentukan kehilangan dan kebutuan cairan.
- Ukur BB setiap hari
Rasional
: mengevaluasi keefektifan atau kebutuhan mengubah pemberian nutrisi.
- Anak diistirahatkan
Rasional
: meningkatkan sirkulasi.
- Kolaborasi dengan pemberian cairan
parenteral
Rasional
: meningkatkan konsumsi yang lebih.
- Pemberian obat antidiare, antibiotik,
anti emeti dan anti piretik sesuai program.
Rasional
: menurunkan pergerakan usus dan muntah.
2.
Diagnosa : Perubahan nutrisi kurang
dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan menurunnya intake absorbsi makanan.
Tujuan :
Anak-anak toleran diet yang sesuai.
Hasil
yang diharapkan :
- BB dalam batas normal
- Tidak terjadi kekambuhan diare.
Intervensi
:
- Timbang BB tiap hari
Rasional
: mengevaluasi keefektifan dalam pemberian nutrisi./
- Pembatasan aktifitas selama fase
sakit akut
Rasional
: mengurangi reyurtasi.
- Jaga kebersihan mulut pasien
Rasional
: mulut yang bersih meningkatkan nafsu makan.
- Monitor intake dan output
Rasional
: observasi kebutuhan nutrisi.
3.Diagnosa : Hipertermi berhubungan dengan infeksi
ditandai dengan kerusakan pada mukosa usus.
Tujuan :
mengembalikan suhu tubuh menjadi normal.
Hasil
yang diharapkan :
- Suhu tubuh kembali normal 36-37oC
Intervensi
:
- Hindarkan dan cegah penggunaan sumber
dari luar
Rasional
: mengurangi resiko vasodilatasi perifer dan kolaps paskuler.
- Pantau suhu tubuh pasien dan
melaporkan peningkatan dari nilai dasar suhu normal pasien.
Rasional
: mendeteksi peningkatan suhu tubuh dan mulainya hipertermi.
- Anjurkan pada anak agar tidak memakai
pakaian / selimut tebal.
Rasional
: mengurangi peningkatan suhu tubuh.
- Kolaborasi pemberian obat anti
infeksi à anti gronik.
4.Diagnosa : Resiko gangguan integritas kulit
ditandai dengan kemerahan di sekitar anus
Tujuan :
integritas kulit normal.
Hasil
yang diharapkan :
- Iritasi berkurang
Intervensi
:
- Kaji kerusakan kulit / iritasi setiap
buang air besar
Rasional
: menentukan intervensi lebih lanjut.
- Gunakana kapas lembab dan sabun bayi
(pH normal) untuk membersihkan anus setiap buang air besar.
Rasional
: menghindari resiko infeksi kulit.
- Hindari dari pakaian dan pengalas
tempat tidur yang lembab.
Rasional
: mengurangi infeksi secara dini.
5.Diagnosa : Gangguan istirahat tidur berhubungan
dengan sering defekasi ditandai dengan mata merah dan sering menguap
Tujuan :
Agar pola tidur pasien dapat terpenuhi.
Hasil
yang diharapkan :
- Pasien dapat tidur 6-8 jam setiap
malam
- Secara verbal mengatakan dapat lebih
rileks dan lebih segar.
Intervensi
:
- Berikan susu hangat sebelum tidur
Rasional
: meningkatkan tidur
- Anjurkan makanan yang cukup satu jam
sebelum tidur.
Rasional
: meningkatkan tidur.
- Keadaan tempat tidur yang nyaman, bersih
dan bantal yang nyaman.
Rasional
: meningkatkan tidur.
- Lakukan persiapan untuk tidur malam
sesuai dengan pola tidur pasien.
Rasional
: mengatur pola tidur.
6.Diagnosa : Cemas berhubungan dengan kondisi dan
hospitalisasi pada anak
Tujuan :
Anak dan orang tua menunjukkan rasa cemas atau takut berkurang.
Hasil
yang diharapkan :
- Orang tua aktif marawat anak dan
bertanya dengan perawat atau dokter tentang kondisi atau klasifikasi dan anak
tidak menangis.
Intervensi
:
- Anjurkan pada orang tua
mengekspresikan perasaan rasa takut dan cemas, dengarkan keluhan orang tua dan
bersikap empati dengan sentuhan terapeutik.
Rasional
: mengurangi rasa cemas dan takut yang dialami oleh orang tua.
- Gunakan komunikasi terapeutik, kontak
mata, sikap tubuh dan sentuhan.
Rasional
: orang tua anak merasa diperhatiakn akan rasa cemas yang dihadapinya.
- Jelaskan setiap prosedur yang akan
dlakukan pada anak kepada orang tua.
Rasional
: mengurangi rasa cemas orang tua.
- Libatkan orang tua dalam perawatan
anak
Rasional
: anak tidak merasa kehilangan perhatian akan orang lain.
- Jelaskan kondisi anak, alasan
pengobatan dan perawatan
Rasional
: meningkatkan pengetahuan orang tua dan agar orang tua mengetahui kondisi
anak.
7.Diagnosa : Kurangnya pengetahuan orang tua
berhubungan dengan kurangnya informasi.
Tujuan :
Agar keluarga mengetahui informasi tentang diare.
Hasil
yang diharapkan :
- Keluarga mengerti tentang diare
- Keluarga mengetahui cara pencegahan dan
pengobatan yang dapat dilakukan apabila terjadi lagi diare.
Intervensi
:
- Kaji tingkat pemahaman orang tua
Rasional
: ajarkan orang tua tentang pentingnya cuci tangan untuk mengetahui
kontaminasi.
- Jelaskan pentingnya kebersihan
- Ajarkan tentang positif diet dan
kontrol diare
Rasional
: meningkatkan pengetahuan dan cara mencegah diare.
- Membiasakan bersih agar air di jamban
dan jamban harus selalu bersih agar tidak ada lalat.
Rasional
: Mencegah penyebaran kuman dan diare.
DAFTAR PUSTAKA
Betz Cecily L,
Sowden Linda A. 2002. Buku Saku
Keperawatan Pediatik, Jakarta : EGC
Dongoes, E.
Marilyn. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan.
Edisi 3. Jakarta : EGC.
Hasan, R. 1997. Ilmu Kesehatan Anak, Jilid I. Balai
Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta
Mansjoer, A.
2000. Kapita Selekta Kedokteran.
Edisi 3 Jilid 2. Jakarta: Aesculapius.
Ngastiyah. 1997.
Perawatan Anak Sakit. Jakarta : EGC.
Tucker, Susan
Martin, dkk. 1998. Standar Perawatan
Pasien : Proses Keperawatan, Diagnosis, dan Evaluasi. (ed. 5). Alih Bahasa
Yasmin Asih,dkk. Jakarta : EGC.
0 komentar:
Posting Komentar