1.
DEFINISI
Paranoia merupakan gangguan mental yang amat
serius, dicirikan dengan timbulnya delusi-delusi yang sistematis &
dihinggapi banyak ide fixed (ide-ide
yang salah & terus-menerus melekat). (Kartini-kartono: 1986).
Paranoia adalah kecenderungan menganggap motif
berbuat buruk, pada orang lain.
2.
EPIDEMIOLOGI
Insiden diperkirakan 0,5% - 2,5% dari keseluran
populasi., Gangguan ini lebih sering menyerang pria dari pada wanita,
prosentasenya 70% laki-laki. Data mengenai prognosis dan outcome jangka panjang terbatas, karena kebanyakan
klien penderita gangguan personal paranoid tidal melanjutkan treatment(APA,2000)
3.
ETIOLOGI
1) Kecenderungan-kecenderungan homoseks &
dorongan-dorongan seksual yang tertekan yang kemudian diproyeksikan.(FREUD)
2) Ide-ide yang sarat dimuati oleh afek-afek yang
luar biasa kuatnya.
3) Kebiasaan-kebiasaan berfikir yang salah,
disebabkan oleh rasa iri hati, selfish, egosentris, terlalu sensitif &kerapkali
dihinggapi rasa curiga.
4) Merupakan bentuk-bentuk kompensasi terhadap
kegagalan-kegagalannya & terhadap kompleks-kompleks inferior/ada defence mechamism terhadap rasa
berdosa&bersalah. Seringkali pula tumbuh perasaan-perasaan super &lain
daripada orang biasa, ada hoogmoedwaanzin.
4.
PSIKODINAMIK
a. Proyeksi, penolakan, rasionalisasi
b. Malu
c. Defensif, masokistik, Hipokondriak
d. Separasi & isu mandiri yang tak
terselesaikan
e. Identifikasi dg agresor
5.
TANDA & GEJALA
Kriteria
Diagnostik DSM-III-R untuk Gangguan Kepribadian Paranoid. Kecenderungan
pervasif & tak senonoh (tidak sopan), mulai dimana masa dewasa dini dan
terjadi dalam berbagai konteks, menilai pekerjaan orang lain sebagai sengaja
meremehkan/mengancam. Misalnya ditunjukan oleh minimal 4 point dari ulasan
berikut ini.
1. Mengharap, tanpa dasar memadai dieksploitasi/dilukai orang lain.
2. Menyakan hal yang tak sepatutnya, kesetiaan/kehandalan
teman/mitra.
3. Membaca makna peremehan pengancaman tersamar
dalam kejadian biasa.
4. Memendam dendam/tidak memaafkan
peremehan/penderitaan
5. Enggan mempercayai orang lain karena ketakutan
tak senonoh bahwa info itu akan dipakai terhadap dirinya.’
6. Mudah terasa diremehkan & ceapt bereaksi
dengan marah/ penyerang baik.
7. Memepertanyaakan tandpa dasar kesetiaan istri/suami/pasangan
seksualnya.
6.
MANIFESTASI KLINIS
·
Ditunjukan
melalui pervasive mistrust (ketidak
percayaan yang bersifat pervasive) dan kecurigaan pada orang lain.
·
Klien
dengan gangguan paranoia mengintrepretasikan bahwa tindakan orang lainb sebagai
potensial yang membahayakan.
·
Selama
periode stress, klien dapat berkembang menjadi gejala-gejala psikotik.
·
Klien
menunjukan sikap Meng-isolasi diri & menjauhkan diri dari orang lain.
Mereka memangdang hal diatas sebagai hal yang penting dalam rangka memproteksi
dirinya.
·
Klien
juga terlihat hypervigilant (waspada
yang berlebihan), merekan mungkin
men-survey ruangannya, apa saja isinya, melihat dibalik furniture/pintu, dan
kenampakan secara umum untuk mengantisipasi adanya bahaya.
·
Mereka
mungkin memilih untuk duduk di dekat dengan pintu keluar.untuk memepermudah
akses keluar dalam menyelamatkan dirinya.
·
Mood
labile, cepat berubah tiba-tiba dari diam menjadi marah.
·
Mistrust yang konstan & kecurigaan bahwa klient terdapat perubahan
pikir, proses pikir, dan isi pikir terhadap orang sekitar & lingkungannya.
·
Respons mungkin
menjadi Sarkastic(kasar) dengan alasan yang tidak jelas.
·
Mereka
menggunakan waktunya dg tidak sepadan yaitu dengan bertingkah laku memeriksa
dan menganalisis sesuatu. Dan memberi motivasi pada orag lain untuk menemukan
sesuatu yang tersembunyi dan hal-hal yang mengancam.
·
Klien
sering merasa diserang oleh orang lain dan mungkin merencanakan rencana yang
terperinci/berfantasi untuk proteksi dirinya.
·
Klien
menggunakan (defense mechanism)
mekanisme pertahanan Projection yaitu menyalahkan orang
lain, institusi atau keadaan yang sulit
·
Klient
menyalahkan karena mereka brefantasi bahwa ada potensial bahaya yang mengancam.
7.
DIAGNOSIS BANDING
a. Psikosis Paranoid—menunjukan hilangnya uji
realita.
b. Gangguan kepribasian skizoid&menghindar—tak
menunjukkan keterlibatan aktif dengan
orang lain.
8.
PROGNOSIS
Bervariasi bergantung kekuatan ego pasien&
kondisi hidupnya; mungkin disertai komplikasi gangguan waham, skizofren,
depresi, dan cemas.
9.
TERAPI
a. Sangat jarang anti-psikotik dosis rendah. Ex: haloperidol
2mg/hari
b. Biasanya psikoterapi supportif,
1. Keterbukaan, konsistensi, hindari humor.
2. Dukung pada bagian ego pasien yang sehat.
3. Tekankan realita pada pasien.
c. Tak berhasil baik dalam psikoterapi kelompok.
KONSEP KEPERAWATAN
PADA PARANOIA
1.
PENGKAJIAN KEPERAWATAN
Strategi
Komunikasi Untuk Klien Yang Memiliki Gangguan Kepribadian Kelompok A
·
Buat Pertanyaan yang mengungkapkan realita.
·
Batasi diskusi pada topik yang konkret dan sudah
dikenal klien.
·
Gunakan pesan-pesan yang jelas dan sederhana untuk mencegah
kesalahan interpretasi mengenai kata/frase.
·
Jangan berusaha memberi pemikiran logis untuk melawan
pernyataan/perilaku klien yang tidak sesuai karena pertentangan yang kuat
mungkin terjadi, membuat klien berupaya untuk mempertahankan diri dengan cara
yang sangat keras.
·
Pertahankan posisi yang tidak defensif ketika klien menyatakan rasa marah / membuat pernyataan
yang bersifat memusuhi.
·
Diskusikan topik-topik yang tidak kontroversial,
hindari isu-isu seperti agama dan politik.
·
Jangan menggunakan humor
·
Akui kesulitan-kesulitan praktis, seperti hambatan dalam
pekerjaan dan kurang persahabatan, yang dialami klien akibat gangguan tersebut.
·
Akui rasa sakit & rasa takut yang dialamu klien.
·
Jangan berfokus pada interaksi persepsi yang kacau
karena menitikberatkan persepsi ini dapat menyebabkan rasa takut paranoid.
·
Berikan ketenangan secara lembut jika
persepsi-persepsi tersebut membuatnya takut.
·
Jangan sentuh klien. Jika sentuhan diperlukan, minta
izin terlebih dahulu karena sentuhan mungkin bisa menimbulkan salah
interpretasi sebagai serangan fisik/seksual.
·
Terima semua perasaan klien baik yang positif maupun
yang negatif, dan akui bahwa emosi dapat menyakitkan.
·
Bantu klien mengalihkan energi dalam cara yang sesuai.
2.
DIAGNOSIS KEPERAWATAN
Ketidakefektifan Koping Individu b.d.........
Kemungkinan Penyebab:
·
Krisis
situasional/maturasional
·
Kurang sistem
pendukung
·
Kebutuhan/pengharapan
yang tidak terpenuhi
·
Disfungsional
keluarga kandung
Batasan Karakteristik
·
Perilaku
Eksentrik
·
Ansietas
·
Kataatan kaku terhadap rutinitas yang telah diketahui
·
Tidak mampu mengambil keputusan.
3.
INTERVENSI KEPERAWATAN
Tujuan Jangka-Panjang: Klien
mendemonstrasikan perilaku yang mengarah pada resolusi masalah yang sudah teridentifikasi.
-Tujuan Jangka Pendek #1: Klien
mendiskusikan masalah-masalah dalam situasi kehidupannya saat ini.
-Intervensi
& Rasional:
·
Bantu klien mengidentifikasi masalah
& area kekhawatiran. R/ Sangat
penting untuk memahami perspektif klien dan mengidentifikasi dengan jelas
tentang apa yang dianggap sangat membuat stress.
·
Dorong klien untuk mengidentifiksi masalah
tanpa mencap dirinya/orang lain sebagai baik/buruk. R/ Klien harus belajar bagaimana menilai masalah secra
realistisdaripada menggunakan posisi
defensif.
·
Minta klien membicarakan semua kebutuhan
yang belum terpenuhi dan bantu klien untuk memutuskan mana yang terpenting. R/ Ketika klien memutuskan mana yang
terpenting diantara semua kebutuhannya, akann lebih mungkin bagi mereka yang mengubah
perilaku sehingga semua kebutuhan dapat terpenuhi.
-Tujuan Jangka Pendek #2: Klien
Mengeksplorasi ketrampilan koping & berupaya membuat penyelesaian masalah
yang tepat.
-Intervensi & Rasional:
·
Bantu Klien mengidentifikasi perilaku
yang berguna untuk mengatasi situasi bermasalah. Ex: melabeli masalah dengan
benar dan menahan diri untuk melabeli dirinya /orang lain sebagai baik/buruk. R/ Identifikasi kekuatan meningkatkan
harga diri dan memampukan klien membangun ketrampilan koping yang sudah ada.
·
Bantu klien mengidentifikasi perilaku
yang tidak sesuai supaya ia dapat mengatasi masalah yang sudah teridentifikasi.
R/ Klien perlu mengidentifikasi perilaku
yang menambah permasalahan dan menyebabkan koping
disfungsional.
·
Bantu klien mengidentifikasi strategi
koping yang normalnya digunakan untuk mengatasi masalah. R/ Klien ini memiliki ketrampilan koping dalam jumlah terbatas.
·
Ajari klien dan beri kesempatan untuk mempraktikan
ketrampilan penyelesaian masalah, ketrampilan sosial, dan komunikasi. R/ Pengetahuan dan rasa nyaman dalam
kemampuannya untuk menggunakan berbagai keterampilan, ini meningkatkan
kecenderungan klien untuk menggunakan ketrampilan tersebut.
Perawat harus ingat bvahwa klient
melakukan sesuatu dengan sangat serius dan sensitive terhadap reaksi/tindakan
& motivasi dari orang lain.
Perawat harus mendekati klien secara
formal, seperti cara pembisnis dan menghindari lelucon sosial.
Salah
satu intervensi yang paling efektif adalah membantu klien untuk belajar
memvalidasi ide sebelum melakukan tindakan. Rasionalnya: klien dapat
menghindari masalah jika mereka dapat menahan diri dari tindakan sampai mereka
dapat memvalidasi idenya dengan orang lain. Hal ini dapat membantu mencegah
klient dari tindakan kepercayaan/ide yang bersifat paranoid. Hal diatas juga
dapat membantu klient untuk memulai keputusan dan tindakan yang berdasarkan
realitas.
4.
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Terapi,
Tujuan terapi: Untuk mengadakan hubungan pertolongan yang memberi
dukungan dan bimbingan dalam situasi dan hubungan sosial.
Terapi
Individual
·
Berupaya untuk memmbina hubungan dengan klien
·
Membentuk hubungan saling percaya
·
Mendorong klien untuk belajar dan mempraktikkan
pengambilan keputusan
·
Memberi
dukungan, dan upaya untuk mempertahankan klien dalam menjalankan fungsinya dengan
nyaman,
·
Bantu klien
mengembangkan ketrampilan interpersonal
yang sesuai dan menghancurkan kekakuan dan pola-pola perilaku
mengalahkan diri sendiri yang tidak fleksibel.
·
Merujuk ke
rehabilitasi sosial dan okupasi jika diperlukan
Pengobatan
·
Obat-obat
seperti fenotiazin dapat digunakan untuk klien yang merasa takut/cemas
·
Antidepresan,
seperti trisiklik, serotonin reuptake inhibitors dan inhibitor monoamine
oksidase. Digunakan untuk menangani depresi.
·
Agens
neuroleptik dosis rendah digunakan untuk menangani gejala waham, gagasan
rujukan dan ansietas serta kognitif pada
klien yang menderita gangguan kepribadian skizotipal.
5.
EVALUASI KEPERAWATAN
Asuhan Keluarga
·
Jelaskan kepada anggota
keluarga tentang karakteristik gangguan kepribadian dan bagaimana menangani
perilaku yang eksentrik.
·
Dorong keluarga
untuk membantu klien memenuhi kebutuhan fisik karena klien mungkin tidak berfokus
pada perawatan diri.
·
Diskusikan
bagaimana memfasilitasi kebutuhan sosial klien karena klien cenderung membatasi
interaksi dan aktivitas kehidupan sehari-hari.
·
Bersama keluarga
berusaha membantu klien dalam membuat keputusan.
Daftar Rujukan:
Videbeck, S.L. Psychiatric Mental Health Nursing.(Textbook)
Kartini-kartono. 1986. Pathologi sosial3 Gangguan-Gangguan
Kejiwaan. Jakarta: CV rajawali.
Kaplan, H.I & Sadock, B.J. 1994. Psikiatri Klinik. Jakarta: Binarupa
Aksara
Copel, L.C. 2007. Kesehatan Jiwa dan Psikiatri. Jakarta: EGC
Diagnosis Keperawatan
NANDA 2012—2014
0 komentar:
Posting Komentar