Gangguan
bipolar dulunya dikenal sebagai gangguan manik depresif, yaitu gangguan kronik
dari regulasi mood yang dihasilkan pada episode depresi dan mania. Gangguan
bipolar menurut Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders-Text
Revision edisi ke-4 (DSM-IV-TR) adalah gangguan mood yang terdiri
dari paling sedikit satu episode manik, hipomanik atau campuran yang biasanya
disertai dengan adanya riwayat episode depresi mayor.
ETIOLOGI
Ø
Genetik
Gen bawaan adalah faktor umum penyebab bipolar
disorder. Seseorang yang lahir dari orang tua yang salah satunya merupakan
pengidap bipolar disorder memiliki resiko mengidap penyakit yang sama sebesar
15%-30% dan bila kedua orang tuanya mengidap bipolar disorder, maka 50%-75%.
anak-anaknya beresiko mengidap bipolar disorder. Kembar identik dari seorang
pengidap bipolar disorder memiliki resiko tertinggi kemungkinan berkembangnya
penyakit ini daripada yang bukan kembar identik. Penelitian mengenai pengaruh
faktor genetis pada bipolar disorder pernah dilakukan dengan melibatkan
keluarga dan anak kembar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sekitar 10-15%
keluarga dari pasien yang mengalami gangguan bipolar disorder pernah mengalami
satu episode gangguan mood.
Ø
Fisiologis
a.
Sistem
Neurochemistry dan Mood Disorders
Salah satu faktor utama penyebab seseorang mengidap
bipolar disorder adalah terganggunya keseimbangan cairan kimia utama di dalam
otak. Sebagai organ yang berfungsi menghantarkan rangsang, otak membutuhkan
neurotransmitter (saraf pembawa pesan atau isyarat dari otak ke bagian tubuh lainnya)
dalam menjalankan tugasnya. Norepinephrin, dopamine, dan serotonin adalah
beberapa jenis neurotransmitter yang penting dalam penghantaran impuls syaraf.
Pada penderita bipolar disorder, cairan-cairan kimia tersebut berada dalam
keadaan yang tidak seimbang. Sebagai contoh, suatu ketika seorang pengidap
bipolar disorder dengan kadar dopamine yang tinggi dalam otaknya akan merasa
sangat bersemangat, agresif, dan percaya diri. Keadaan inilah yang disebut fase
mania.Sebaliknya dengan fase depresi.Fase ini terjadi ketika kadar cairan kimia
utama otak itu menurun di bawah normal, sehingga penderita merasa tidak
bersemangat, pesimis, dan bahkan keinginan untuk bunuh diri yang besar. Seseorang
yang menderita bipolar disorder menandakan adanya gangguan pada sistem
motivasional yang disebut dengan behavioral
activation system (BAS). BAS memfasilitasi kemampuan manusia untuk
memperoleh reward (pencapaian tujuan) dari lingkungannya. Hal ini dikaitkan
dengan positive emotional states, karakteristik kepribadian seperti
ekstrovert(bersifat terbuka), peningkatan energi, dan berkurangnya kebutuhan
untuk tidur. Secara biologis, BAS diyakini terkait dengan jalur saraf dalam
otak yang melibatkan dopamine dan perilaku untuk memperoleh reward. Peristiwa
kehidupan yang melibatkan reward atau keinginan untuk mencapai tujuan
diprediksi meningkatkan episode mania tetapi tidak ada kaitannya dengan episode
depresi. Sedangkan peristiwa positif lainnya tidak terkait dengan perubahan
pada episode mania.
b.
Sistem
Neuroendokrin
Area limbik di otak berhubungan dengan emosi dan
mempengaruhi hipotalamus.Hipotalamus berfungsi mengontrol kelenjar endokrin dan
tingkat hormon yang dihasilkan. Hormon yang dihasilkan hipotalamus juga
mempengaruhi kelenjar pituarity. Kelenjar ini terkait dengan gangguan depresi
seperti gangguan tidur dan rangsangan selera. Berbagai temuan mendukung hal
tersebut, bahwa orang yang depresi memiliki tingkat dari cortisol (hormon
adrenocortical) yang tinggi. Hal ini disebabkan oleh produksi yang berlebih
dari pelepasan hormon rotropin oleh hipotalamus. Produksi yang berlebih dari
cortisol pada orang yang depresi juga menyebabkan semakin banyaknya kelenjar
adrenal. Banyaknya cortisol tersebut juga berhubungan dengan kerusakan pada
hipoccampus dan penelitian juga telah membuktikan bahwa pada orang depresi
menunjukkan hipoccampal yang tidak normal. Penelitian mengenai Cushing’s
Syndrome juga dikaitkan dengan tingginya tingkat cortisol pada gangguan depresi
Ø
Lingkungan
Bipolar Disorder tidak memiliki penyebab tunggal.
Tampaknya orang-orang tertentu secara genetik cenderung untuk bipolar disorder.
Namun tidak semua orang dengan kerentanan mewarisi penyakit berkembang,
menunjukkan bahwa gen bukanlah satu-satunya penyebab. Beberapa studi pencitraan
otak menunjukkan perubahan fisik pada otak orang dengan bipolar disorder. Dalam
penelitian lain disebutkan, poin ketidakseimbangan neurotransmitter, fungsi
tiroid yang abnormal, gangguan ritme sirkadian, dan tingkat tinggi hormon stres
kortisol. Faktor eksternal lingkungan dan psikologis juga diyakini terlibat
dalam pengembangan bipolar disorder. Faktor-faktor eksternal yang disebut
pemicu. Pemicu dapat memulai episode baru mania atau depresi atau membuat
gejala yang ada buruk. Namun, banyak episode gangguan bipolar terjadi tanpa
pemicu yang jelas.
Penderita penyakit ini cenderung mengalami faktor
pemicu munculnya penyakit yang melibatkan hubungan antar perseorangan atau
peristiwa-peristiwa pencapaian tujuan (reward) dalam hidup. Contoh dari
hubungan perseorangan antara lain jatuh cinta, putus cinta, dan kematian
sahabat. Sedangkan peristiwa pencapaian tujuan antara lain kegagalan untuk
lulus sekolah dan dipecat dari pekerjaan. Selain itu, seorang penderita bipolar
disorder yang gejalanya mulai muncul saat masa ramaja kemungkinan besar
mempunyai riwayat masa kecil yang kurang menyenangkan seperti mengalami banyak
kegelisahan atau depresi. Selain penyebab diatas, alkohol, obat-obatan, dan
penyakit lain yang diderita juga dapat memicu munculnya bipolar disorder.
Di sisi lain, keadaan lingkungan di sekitarnya yang
baik dapat mendukung penderita gangguan ini sehingga bisa menjalani kehidupan
dengan normal. Berikut ini adalah faktor lingkungan yang dapat memicu
terjadinya BD, antara lain:
- Stress - peristiwa kehidupan Stres dapat memicu gangguan bipolar pada
seseorang dengan kerentanan genetik. Peristiwa ini cenderung melibatkan
perubahan drastis atau tiba-tiba-baik atau buruk-seperti akan menikah,
akan pergi ke perguruan tinggi, kehilangan orang yang dicintai, dipecat.
- Penyalahgunaan Zat - Meskipun penyalahgunaan zat tidak menyebabkan
gangguan bipolar, itu dapat membawa pada sebuah episode dan memperburuk
perjalanan penyakit. Obat-obatan seperti kokain, ekstasi, dan amphetamine
dapat memicu mania, sedangkan alkohol dan obat penenang dapat memicu
depresi.
- Obat - obat tertentu, terutama obat-obatan antidepresan, bisa memicu
mania. Obat lain yang dapat menyebabkan mania termasuk obat flu
over-the-counter, penekan nafsu makan, kafein, kortikosteroid, dan obat
tiroid.
- Perubahan Musiman - Episode mania dan depresi sering mengikuti pola
musiman. Manic episode lebih sering terjadi selama musim panas, dan
episode depresif lebih sering terjadi selama musim dingin, musim gugur,
dan musim semi (untuk negara dengan 4 musim).
- Kurang Tidur - Rugi tidur-bahkan sesedikit melewatkan beberapa jam
istirahat-bisa memicu episode mania
PATOPSIKOLOGI
Teori Neurotransmiter
Gangguan mood disebabkan karena ketidakseimbangan neurotransmiter
di SSP. Kelebihan senyawa amin (NE dan dopamin) menimbulkan mania. Kekurangan
NE, Dopamin, 5-HT menimbulkan depresi.Ketidakseimbangan antara aktivitas/rasio
DA dan NE perubahan mood dari depresi ke mania Jika NE turun dopamin
mendominasi switch ke hipomania atau mania.
Teori Kation dan Membran
Perubahan keseimbangan elektrolit, terutama Ca dan Na diduga
terkait dgn fluktuasi mood pada bipolar perubahan [Ca] ekstrasel dan intrasel
dpt mempengaruhi pelepasan dopamin, NE dan 5-HT eksitabilitas saraf mempengaruhi
variasi perasaan dan switch dari depresi ke mania atau sebaliknya
KLASIFIKASI
Berdasarkan DSM-IV-TR klasifikasi gangguan bipolar adalah
sebagai berikut:
a.
Gangguan bipolar I.
Ditandai oleh satu atau lebih episode manik atau campuran
yang biasanya disertai oleh episode-episode depresi mayor;
b.
Gangguan bipolar II.
Gambaran utama ditandai oleh terjadinya satu atau lebih
episode depresi mayor yang disertai oleh paling sedikit satu episode hipomanik;
c.
Gangguan siklotimik
Ditandai paling sedikit dua tahun dari sejumlah periode waktu
gejala hipomanik yang tidak memenuhi kriteria episode manik dan sejumlah
periode gejala depresif yang tidak memenuhi kriteria depresif mayor;
d.
Gangguan bipolar yang
tidak terinci
Gangguan ini mencakup gambaran bipolar yang tidak memenuhi
kriteria di atas.
MANIFESTASI KLINIS
a. Gejala-gejala dari tahap mania bipolar disorder adalah
sebagai berikut:
1. Gembira berlebihan
- Mudah tersinggung sehingga mudah marah
- Merasa dirinya sangat penting
- Merasa kaya atau memiliki kemampuan lebih dibanding orang lain
- Penuh ide dan semangat baru
- Cepat berpindah dari satu ide ke ide lainnya
- Seperti mendengar suara yang orang lain tak dapat mendengar
- Nafsu seksual meningkat
- Menyusun rencana yang tidak masuk akal
- Sangat aktif dan bergerak sangat cepat
- Berbicara sangat cepat sehingga sukar dimengerti apa yang dibicarakan
- Menghamburkan uang
- Membuat keputusan aneh dan tiba-tiba, namun cenderung membahayakan
- Merasa sangat mengenal orang lain
- Mudah melempar kritik terhadap orang lain
- Sukar menahan diri dalam perilaku sehari-hari
- Sulit tidur
- Merasa sangat bersemangat, seakan-akan 1 hari tidak cukup 24 jam
b. Gejala-gejala dari tahap depresi bipolar disorder
adalah sebagai berikut:
1.
Suasana hati yang
murung dan perasaan sedih yang berkepanjangan
- Sering menangis atau ingin menangis tanpa alasan yang jelas
- Kehilangan minat untuk melakukan sesuatu
- Tidak mampu merasakan kegembiraan
- Mudah letih, tak bergairah, tak bertenaga
- Sulit konsentrasi
- Merasa tak berguna dan putus asa
- Merasa bersalah dan berdosa
- Rendah diri dan kurang percaya diri
- Beranggapan masa depan suram dan pesimistis
- Berpikir untuk bunuh diri
- Hilang nafsu makan atau makan berlebihan
- Penurunan berat badan atau penambahan berat badan
- Sulit tidur, bangun tidur lebih awal, atau tidur berlebihan
- Mual, mulut kering, Susah BAB, dan terkadang diare
- Kehilangan gairah seksual
- Menghindari komunikasi dengan orang lain.
c. Gejala-gejala dari tahap hipomania
Hipomania menggambarkan bentuk mania yang
tidak terlalu parah.Terjadi peningkatan perasaan yang abnormal, sedikitnya
dalam 4 hari tanda-tandanya sama dengan mania, tetapi belum sampai menyebabkan
gangguan sosial maupun fungsional mungkin mirip pada penggunaan kokain,
antidepresan atau doping. Dalam episode hipomanik pasien mungkin justru
berfungsi lebih baik, lebih kreatif, dan produktif Kadang-kadang status
hipomania ini justru mrpk sesuatu yang diharapkan karena pasien merasa gembira,
merasa lebih bertenaga dan produktif, dan energi meningka tapi harus dimonitor
karena 5- 15 % pasien dengan status hipomania dapat berubah (switch) menjadi
mania.
d.
Gejala-gejala
dari tahap campuran
Dikatakan episode campuran jika gejala
depresi dan mania terjadi bergantian hampir setiap hari dalam waktu satu minggu
terjadi kelabilan emosi yang cukup parah dan dapat menyebabkan gangguan fungsi
sosial dan pekerjaan dan memerlukan perawatan di RS penderita dengan episode
campuran seringkali sulit didiagnosa dan diobati karena adanya fluktuasi
gambaran klinik prognosis umumnya tidak baik, angka bunuh diri lebih besar, dan
kurang berespon terhadap mood stabilizer.
KONSEP ASKEP
A. PENGKAJIAN
Pengkajian dilakukan dengan cara
mengidentifikasi faktor presdisposisi, perubahan perilaku, sumber stressor, mekanisme
koping, sumber koping dan penilaian stressor.
1.
Faktor predisposisi dan presipitasi
Ø Faktor predisposisi
Beberapa teori di temukan untuk menjelaskan gangguan alam perasaan.Faktor
predisposisi yang dapat menyebabkan gangguan alam perasaan adalah:
a.
Faktor genetik.
Mengemukakan transmisi gangguan alam perasaan diteruskan mulai garis
keturunan.
b.
Teori agresi berbalik pada diri sendiri.
Mengemukakan bahwa depresi diakibatkan oleh perasaan
marah yang dialihkan pada diri sendiri.
c.
Teori kehilangan.
Menunjukkan adanya perpisahan yang bersifat traumatis
dengan orang yang di cintai
d.
Teori kepribadian.
Mengambarkan bagaimana konsep diri yang negatif dan
harga diri yang rendah mempengaruhi kepercayaan dan penilaian terhadap stressor
e.
Teori kognitif
Mengemukakan bahwa depresi adalah masalah kognitif
yang di dominasi oleh penilaian negatif terhadap diri sendiri,lingkungan dan
masa depan.
f.
Model ketidak berdayaan yang dipelajari
Mengemukakan bahwa bukan trauma yang menghasilkan
depresi,tetapi keyakinan individu akan ketidakmampuanya mengontrol kehidupanya
g.
Model perilak.
Belajar dari pengalaman belajar di masa lalu,depresi
di anggap terjadi karena kurangnya reinforcement positif selama berinteraksi
dengan lingkungan
h.
Model biologi
Menggambarkan perubahan kimiawi di dalam tubuh yang
terjadi pada keadaan depresi,termasuk defisiensi dari katekolamin,tidak
berfungsinya endokrin dan hipersekresi cortisol.
Ø Faktor presipitasi
1. Kehilangan kasih sayang secara nyata
atau bayangan,termasuk kehilangan cinta seseorang,fungsi tubuh,status atau
harga diri.
2. Banyaknya peran dan konflik peran
mempengaruhi berkembangnya depresi terutama pada wanita
3. Kejadian penting dalam
kehidupan,sering kali sebagai keadaan yang mempengaruhi episode depresi
dan mempunyai dampak pada individu untuk menyelesaikan masalah.
4. Sumber koping termasuk status sosial
ekonomi,keluarga,hubungan interpersonal dan organisasi kemasyarakatan.
2.
Mekanisme Koping
Mekanisme koping yang di gunakan pada
reaksi berduka yang tertunda adalah penyangkalan dan supresi yang berlebihan
unyuk menghindari distress hebat yang berhubungan dengan berduka. Pada depresi
menggunakan mekanisme denial, represi, supresi dan disosiasi. Mania merupakan
cerminan dari depresi walaupun perilajunya tidak sama namun dinamika dan
mekanisme koping yang digunakan saling berhubungan.
3.
Perilaku.
Pasien mania sering tidak mengeluh
gejala-gejala mereka. Beberapa pasien merasa terlalu senang dan gembira
sehingga tidak mengeluh; pasien lainnya angitasi dan tidak senang tetapi
memperhatikan perilaku yang berlebihan. Pada pasien depresi cukup banyak yang
mengeluhkan depresinya, tetapi ada juga yang tidak mengeluh.
4.
Sumber koping
Sumber yang dapat menjadi individu
yaitu keluarga,sekelompok sosial, status sosial-ekonimi, dan lingkungan. Kurangnya
sistem pendukung tersebut dapat meningkatkan stress personal.
B.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan pada gangguan
alam perasaan dipahami adanya konsep yang saling berkaitan antar
kecemasan,konsep diri dan bermusuhan.
Berikut ini
diagnosa keperawatan primer Nanda :
1.
Koping individu yang tidak efektif
2.
Disfungsi proses berduka
3.
Distress spiritual
4.
Ketidakberdayaan
5.
Amuk
6.
Merusak diri
Diagnosa
Keperawatan
Ø
Inefektif koping individu/tidak efektif koping individu berhubungan dengan
di dapatkan pasangan yang menyeleweng,yang di manifestasikan dengan keadaan
euphoria,hiperaktif gangguan mengemukakan pendapat
Ø
Disfungsi proses berduka berhubungan dengan kematian pasangan yang
dimanifestasikan dengan kesedihan dan hilangnya perhatian pada kegiatan
kejadian sehari-hari
Ø
Distress spiritual berhubungan dengan kematian janin dalam kanduangan yang
di manifestasikan dengan menyalahkan diri sendiri, pesimis akan masa depan.
C. INTERVENSI
A.
Tujuan umum
Mengajarkan kliean untuk memiliki
respon emosional yang adaptif dan meningkatkan kepuasan diri yang dapat
diterima oleh lingkungan untuk mencapai tujuan tersebut pengobatan yang diberikan
terdiri adari 3 fase yaitu :
1.
fase akut
tujuan fase ini untuk menghilangkan
gejala.fase ini memerlukan waktu 6-12 hari.keberhasilan fase ini ditandai
dengan individu mulai berespon,bebas dari gejala ( priode remisi) dan status
kesehatan kembali pada tingkat sebelum sakit.
2.
Fase kesinambungan
Tujuan keperawatan pada fase ini
yaitu untuk mencegah timbul kembali gejala (relaps).resiko timbulnya relaps
meningkat dalam waktu 4 sampai 6 bulan pertama setelah masa pemulihan.
3.
Pemeliharaan
Tujuan adalah mencegah terjadinya
kembali episode baru dari penyakit (rekurensi).
B. Tujuan keperawatan
Tujuan umum atau jangka pendek
mengajarkan klien untuk merespon emosional yang adiktif dan meningkatkan rasa
puas serta kesenangan yang dapat diterima oleh lingkungan.
C. Tujuan jangka panjang.
Klien dapat mengekspresikan perasaan mengingkari ketidakberdayaan,putus
asa,mara dan bersalah.
Klien dapat menganalisa streesor kekuatan yang dapat dimilikinya.
Klien dapat meningkatkan kontrol,tanggung jawab dan kesadaran diri.
Klien dapat membina hubungan
interpersonal yang sehat.
Klien dapat meningkatkan pengertian tentang respon mal adiktif dan
mengembangkan koping yang adaktif.
D.
IMPLEMENTASI
Pada dasarnya
intervensi di fokuskan pada
1.
Lingkungan
Prioritas utama dalam merawat klien
mania dan depresi adalah mencegah terjadinya kecelakaan, karena klien mania
memiliki daya nilai yang rendah, hiper aktif, senang tindakan yang beresiko
tinggi. Maka klien di tempatkan di lingkungan yang aman yaitu:
1.
Di lantai dasar
2.
Ruangan dengan prabotan sederhana
3.
Kurangi rangsangan/batasi
rangsangan lingkungan
4.
Suasana tenang
2.
Hubungan perawat dengan klien
Hubungan yang saling percaya yang
terapetik perlu dibina dan diperhatikan.
Bekerja dengan klien depresi perawat harus bersifat:
1.
Hanggat
2.
Menerima
3.
Jujur pengharapan pada klien.
4.
Bicara lambat sederhana
5.
Beri waktu pada klien untuk
berfikir dan menjawab
3. Afektif
Kesadaran dan kontrol diri perawat
pada dirinya merupakan sarat utama. Merawat klien depresi, perawat harus
mempunyai harapan bahwa klien akan lebih baik, sikap perawat yang menerima
klien dengan baik, sederhana akan mengekspresikan pengharapan pada klien.
Prinsip intervensi yang afektif adalah:
5.
Menerima dan menenangkan klien
6.
Bukan menggembirakan atau mengatakan bahwa klien tidak perlu khawatir.
7.
Klien di dorong untuk mengekspresikan pengalaman yang menyakitkan dan
menyedikan secara verbal, sehingga akan mengurangi intensitas masalah yang
dihadapi.
4.
Kongnitif
Intervensi yang kongnitif bertujuan
untuk meningkatkan kontrol diri klien terhadap tujuan dan perilakunya, meningkatkan
harga diri dan membantu klien memodifikasi harapan yang negatif.
Berikut cara untuk meribah fikiran
yang negatif:
i.
Identifikasi semua ide, pikiran yang negatif
ii.
Identifikasi aspek positif yang dimiliki klien (kemampuan, keberhasilan)
iii.
Dorong klien menilai persepsi,logika,rasional
iv.
Bantu klien mengubah persepsi yang salah/negatif ke ke positif dan tidak
realitas ke realitas
v.
Sertakan klien pada aktifitas yang memperlihatkan hasil dan beri penguatan
dan pujian akan keberhasilan yang dicapai klien
5.
Perilaku.
Intervensi perilaku bertujuan untuk
mengaktifkan klien pada tujuan yang realitas yaitu dengan memberi tanggung
jawab secara bertahap dalam kegiatan diruangan. Klien depresi berat dengan
penurunan motivasi perlu dibuat kegiatan yang terstruktur,tugas yang diberikan
tidak sulit dan tidak memerlukan waktu
yang lama untuk mencegah rasa bosan,berikan pujian jika klien berhasil
melakukan kegiatan dengan baik.pada klien mania diberikan tugas yang sederhana
dan cepat selesai.
6.
Sosial
Intervensi sosial bertujuan untuk
meningkatkan berhubungan dengan sosial dengan cara
o Kaji kemampuan,dukungan dan minat klien
o Observasi dan kaji sumber dukungan yang ada pada klien
o Bimbing klien melakukan hubungan interpersonal yang positif
o Beri reinforcement positif terhadap keterampilan sosial yang efektif
o Dorong klien memulai hubngan sosial yang lebih luas (perawat,klien lain ).
7.
Fisiologis
Intervensi fisiologis bertujuan
untuk meningkatkan status kesehatan klien. Bila klien tidak mampu merawat diri,
bantu klien tidak mampu merawata diri,bantu klien memenuhi kebetuhan dasarnya
seperti makanan,minum istirahat dan kebersihan diri. Terapi somatik diberikan
pada klien yang mengalami depresi berulang dan resisten terhadap obat.
5. EVALUASI
1. Adanya perubahan respon emosi maladaptif kearah adaptif, dimana klien
dapat:
Menerima dan mengakui perasaannya dan perasaan orang lain
Memulai komunikasi
Mengontrol perilaku sesuai keterbatasannya
Menggunakan proses pemecahan masalah
2. Masalah klien mengenai konsep diri, rasa marah
dan hubungan interpersonal dapat digali.
3. Riwayat individu klien dan keluarganya sebelum
fase depresi dapat dievaluasi sepenuhnya.
4.Tindakan untuk mencegah kemungkinan terjadinya
bunuh diri telah dilakukan.
5. Reaksi perubahan klien dapat diidentifikasi
dan dilalui dengan baik oleh klien.
DAFTAR
RUJUKAN
Marilynn E Doenges. 2006. “Rencana Asuhan
Keperawatan Psikiatri”. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran: EGC
Wahyu. P. 2010. “Kumpulan Proses Keperawatan
Masalah Keperawatan Jiwa”. Jakarta : FIK-UI
Ikawati.
Z. 2009 Bipolar. (http://zulliesikawati.staff.ugm.ac.id/wp-content/uploads/bipolar-disorder.pdf) diakses tanggal 15
Desember 2013.
0 komentar:
Posting Komentar