1.
Definisi
Neurosa kecemasan ialah kondisi
psikis dalam ketakutan dan kecemasan yang kronis, tidak ada rangsangan yang
spesifik yang menyebabkan kecemasan tersebut.
Ada saja yang mencemaskan hatinya;
dan hampir setiap peristiwa menjadi penyebab timbulnya rasa cemas serta takut.
Misalnya takut kalau mati, takut menjadi gila, dan macam-macam ketakutan serta
kecemasan yang tidak bisa dimasukkan dalam kategori fobia. Emosi pasien tidak
stabil; ia sangat irritable, cepat tersinggung dan marah, dan sering mengalami
keadaan excited atau gempar-gelisa. Namun ia juga cepat menjadi depresif;
disertai bermacam-macam fantasi, delusi, ilusi dan rasa dikejar-kejar oleh
sesuatu yang tidak jelas.
Dirinya selalu diliputi
ketegangan-ketegangan emosional dan diganggu bayangan-bayangan kesulitan yang
imajiner atau semu. Pasien sering merasa mual dan muntah; badannya selalu
lelah, menderita sesak nafas, banyak berkeringat; bergemetaran dan kadangkala
menderita murus.
2.
Penyebab Neurosa Kecemasan
kecemasan, ketakutan, kesusahan dan
kegagalan-kegagalan yang bertubi-tubi. Pasien lalu mengadakan penekanan atau
represi terhadap emosi-emosi negative akibat kegagalan tadi. Namun semuanya
tidak bisa berlangsung dengan sempurna.
Menurut Sigmund freud, neurosa
kecemasan juga disebabkan oleh dorongan-dorongan seksual yang tidak terpuaskan
dan terhambat-hambat, sehingga mengakibatkan timbulnya banyak konflik batin,
ketakutan dan kecemasan.
Menurut Maramis (1998 : 261), faktor
pencetus neurosis cemas sering jelas dan secara psikodinamik berhubungan dengan
faktor-faktor yang menahun seperti kemarahan yang dipendam.
3.
Gejala Umum Kecemasan
Setiap orang mempunyai reaksi yang
berbeda terhadap stres tergantung pada kondisi masing-masing individu, beberapa
simtom yang muncul tidaklah sama. Kadang beberapa diantara simtom tersebut
tidak berpengaruh berat pada beberapa individu, lainnya sangat mengganggu.
1) Berdebar diiringi dengan detak
jantung yang cepat
Kecemasan memicu otak untuk memproduksi adrenalin secara berlebihan pada pembuluh darah yang menyebabkan detak jantung semakin cepat dan memunculkan rasa berdebar. Namun dalam beberapa kasus yang ditemukan individu yang mengalami gangguan kecemasan kontinum detak jantung semakin lambat dibandingkan pada orang normal.
Kecemasan memicu otak untuk memproduksi adrenalin secara berlebihan pada pembuluh darah yang menyebabkan detak jantung semakin cepat dan memunculkan rasa berdebar. Namun dalam beberapa kasus yang ditemukan individu yang mengalami gangguan kecemasan kontinum detak jantung semakin lambat dibandingkan pada orang normal.
2) Rasa sakit atau nyeri pada dada
Kecemasan meningkatkan tekanan otot pada rongga dada. Beberapa individu dapat merasakan rasa sakit atau nyeri pada dada, kondisi ini sering diartikan sebagai tanda serangan jantung yang sebenarnya adalah bukan. Hal ini kadang menimbulkan rasa panik yang justru memperburuk kondisi sebelumnya.
Kecemasan meningkatkan tekanan otot pada rongga dada. Beberapa individu dapat merasakan rasa sakit atau nyeri pada dada, kondisi ini sering diartikan sebagai tanda serangan jantung yang sebenarnya adalah bukan. Hal ini kadang menimbulkan rasa panik yang justru memperburuk kondisi sebelumnya.
3) Rasa sesak napas
Ketika rasa cemas muncul, syaraf-syaraf impuls bereaksi berlebihan yang menimbulkan sensasi dan sesak pernafasan, tarikan nafas menjadi pendek seperti kesulitan bernafas karena kehilangan udara.
Ketika rasa cemas muncul, syaraf-syaraf impuls bereaksi berlebihan yang menimbulkan sensasi dan sesak pernafasan, tarikan nafas menjadi pendek seperti kesulitan bernafas karena kehilangan udara.
4) Berkeringat secara berlebihan
Selama kecemasan muncul terjadi kenaikan suhu tubuh yang tinggi. Keringat yang muncul disebabkan otak mempersiapkan perencanaan fight or flight terhadap stressor
Selama kecemasan muncul terjadi kenaikan suhu tubuh yang tinggi. Keringat yang muncul disebabkan otak mempersiapkan perencanaan fight or flight terhadap stressor
5) Kehilangan gairah seksual atau
penurunan minat terhadap aktivitas seksual
6) Gangguan tidur
7) Tubuh gemetar
Gemetar adalah hal yang dapat
dialami oleh orang-orang yang normal pada situasi yang menakutkan atau
membuatnya gugup, akan tetapi pada individu yang mengalami gangguan kecemasan
rasa takut dan gugup tersebut terekspresikan secara berlebihan, rasa gemetar
pada kaki, atau lengan maupun pada bagian anggota tubuh yang lain.
8) Tangan atau anggota tubuh
menjadi dingin dan bekeringat
9) Kecemasan depresi memunculkan
ide dan keinginan untuk bunuh diri
10) Gangguan kesehatan seperti
sering merasakan sakit kepala (migrain).
4.
Terapi untuk Penderita neurosis
cemas
Penderita neurosa kecemasan dapat
disembuhkan dengan cara terapi. Terapi ini dilakukan dengan cara menemukan
sumber ketakutan atau kekuatiran dan mencari penyesuaian yang lebih baik
terhadap permasalahan. Mudah tidaknya usaha ini pada umumnya dipengaruhi oleh
kepribadian penderita. Ada beberapa jenis terapi yang dapat dipilih untuk menyembuhkan
neurosis kecemasan, yaitu :
1. Psikoterapi individual
2. Psikoterapi kelompok
3. Psikoterapi analitik
4. Sosioterapi
5. Terapi seni kreatif
6. Terapi kerja,
7. Terapi perilaku
8. Farmakoterapi
1. Psikoterapi individual
2. Psikoterapi kelompok
3. Psikoterapi analitik
4. Sosioterapi
5. Terapi seni kreatif
6. Terapi kerja,
7. Terapi perilaku
8. Farmakoterapi
Konsep
Asuhan Keperawatan
·
Data yang perlu dikaji
Setiap faktor yang mengganggu
kebutuhan dasar manusia akan makanan, air, kenyamanan, dan keamanan.
Ø Situasional
Berhubungan dengan ancaman aktual
atau yang dirasakan terhadap konsep diri :
v Kehilangan benda-benda yang dimiliki
v Kegagalan (atau keberhasilan)
v Perubahan dalam status atau prestise
v Kurang penghargaan dari orang lain
Ø
Dilema etik
Berhubungan dengan kehilangan orang
terdekat (aktual atau risti) :
v Kematian
v Perceraian
v Tekanan budaya
v Perpindahan
v Perpisahan sementara atau permanen
Berhubungan dengan ancaman
integritas biologis (aktual atau risti) :
v Menjelang kematian
v Serangan
v Penyakit
v Prosedur invasive
Berhubungan dengan perubahan dalam
lingkungan (aktual atau risti) :
v Perawatan rumah sakit
v Perpindahan
v Pensiun
v Bahaya terhadap keamanan
v Polutan lingkungan
Berhubungan dengan perubahan status
sosioekonomi (aktual atau risti) :
v Pengangguran
v Pekerjaan baru
v Promosi
Berhubungan dengan transmisi
ansietas orang lain terhadap individu :
v Maturasional
v Bayi/anak
v Berhubungan dengan perpisahan
v Berhubungan dengan lingkungan atau
orang asing
v Berhubungan dengan perubahan
hubungan sebaya
v Remaja
Berhubungan dengan ancaman terhadap
konsep diri :
v Perkembangan seksual
v Perubahan hubungan dengan teman
sebaya
v Dewasa
Berhubungan dengan konsep diri :
v Kehamilan
v Menjadi orang tua
v Perubahan karir
v Efek penuaan
v Lansia
Berhubungan dengan ancaman terhadap
konsep diri :
v Kehilangan sensori
v Kehilangan motorik
v Masalah financial
v Perubahan pensiun
Diagnose
keperawatan
1. Ketidak efektifan koping
individu
Kemungkinan
penyebab :
1. Krisis situasional atau
krisis maturasional
2. Riwayat konflik keluarga
dan system pendukung yang tidak adekuat
3. Stress internal yang berat
dari banyak perubahan kehidupan
4. Kerentanan herediter
5. Riwayat prolaps pada katup
mitral atau tirotoksikosis
Batasan
karakteristik :
1. Gejala fisik yang dialami
selama serangan
2. Perlaku menghindar
3. Tidak mampu menyelesaikan
masalah
4. Menggunakan
zat psikoaktif untuk bersosialisasi atau untuk menoleransi ketakutan dari serangan
panik
5. Menyatakan secara verbal
ketakutannya yang besar akan serangan lainnya.
ü Tujuan jangka panjang :
Klien
menunjukkan kemampuan untuk mengatasi panik dengan mengurangi perilaku yang
disebabkan oleh keadaan panik.
ü Tujuan jangka pendek 1
Klien
bercerita tentang stressor kehidupan, terutama yang berhubungan dengan serangan
panic dimasa lalu.
Intervensi
dan rasional
a. Dorong klien untuk mengungkapkan
secara verbal perasaan yang begitu kuat, tidak nyaman, khususnya ansietas, rasa
bersalah dan frustasi.
Rasional :
Perasaan
sakit yang tidak diakui adalah stressor, mengungkapkan perasan yang tidak
nyaman membantu meredakan stress.
b. Bantu klien mengidentifikasi
stressor internal yang umumnya terjadi sebelum serangan.
Rasional :
Sebelum
klien dapat memperoleh kendali terhadap serangan, stressor yang berhubungan
dengan panic harus diidentifikasi.
c. Diskusikan dan analisa situasi panic
dengan klien, berfokus pada stimulus eksternal yang merangsang serangan.
Rasional :
Analisa
stimulus eksternal yang menyertai panic membantu klien mengantisipasi dan pada
akhirnya mengontrol serangan.
d. Diskusikan mekanisme koping, seperti
gerakan fisik dan latihan napas dalam yang lambat dan bagaimana mekansme ini
dapat panik.
Rasional :
Klien
perlu mengetahui metode koping lain yang dapat digunakan untuk mengatasi
ansietas yang tidak dapat ditoleransi akibat serangan panik.
ü Tujuan jangka pendek 2
Klien
menunjukkan perilaku yang membantu mengontrol keadaan panic.
Intervensi
dan rasional
a) Ajari klien strategi untuk mengatasi
stressor internal, seperti ketakutan atau perasaan tidak menentu.
Rasional :
Memiliki
pengetahuan tentang cara alternative untuk menangani stress akan meningkatkan
kendali perilaku.
b) Ajari klien tentang cara berpindah
dari keadaan internal ke keadaan eksternal untuk mengalihkan perhatian klien
dari dirinya sendiri.
Rasional :
Keterampilan
ini memampukan klien untuk melepaskan ansietas melalui focus keluar.
c) Diskusikan hubungan antara ansietas
dengan respons fisiologis yang secara khas di tunjukkan dalam serangan panic
Rasional :
Tindakan
ini memfasilitasi daya tolak klien kedalam hubungan antara ansietas dan gejala
fisik akibat serangan panic.
d) Bantu klien memodifikasi pikiran
spontan yang enyertai gejala fisik ketika ansietas mulai timbul.
Rasional :
Klien
perlu mengetahui bahwa gejala fisiologis ansietas diikuti oleh pikiran spontan
yang mengganggu penilaian tentang apa yang sedang terjadi.
e) Dorong klien membentuk system
pendukung dan mencari bantuan ketika tanda dan gejala ansietas muncul.
Rasional :
Mengembangkan
dan menggunakan system pendukung meningkatkan tanggung jawab pribadi dan
pengakuan pribadi tentang kebutuhan memperoleh bantuan pada saat stress.
2. Ketakutan
Kemungkinan
penyebab :
1. Konflik emosional yang
tidak disadari
2. Salah menempatkan ansietas
3. Pengalaman hidup di masa
lalu
4. Kurang engetahuan
5. Kesalahan persepsi sensori
Batasan
karakeristik :
1. Manifestasi fisik dan emosi
yang disebabkan oleh ansietas berat
2. Mengungkapkan rasa tidak
nyaman terhadap objek atau situasi yang menakutkan
3. Tidak mampu melaksanakan
aktivitas hidup sehari-hari
4. Menarik diri dari aktivitas
yang biasa ketika rasa takutnya berlebihan
5. Serangan panik.
ü Tujuan angka panjang :
Klien
mempelajari cara untuk tetap berfungsi dengan baik ketika menghadapi stimulus
fobia tanpa mengalami ansietas hebat atau membuat ia tidak mampu.
ü Tujuan jangka pendek 1
Klien
megungkapkan rasa takut dan mengidentifikasi ansietas yang timbul akibat fobia.
Intervensi
dan rasonal
a.
Dorong klien untuk mendiskusikan obek atau situasi yang
menakutkan.
Rasional
:
Dskusi
tentang bagaimana klien mempersepsikan fobia memberi dasar untuk membuat
program terapi.
b.
Bersama klien berupaya mengidentifikasi konflik dasar yang
menimbulkan fobia.
Rasional :
Dengan
megidentifikasi konflik dasar dan ansietas yang ditimbulkan, klien dapat
menghubungkan pengalaman ansietas dalam diri dengan fobianya.
c.
Bantu klien mengidentifikasikan dan mendiskusikan pikiran
dan perasaan yang turut menimbulkan rasa takut.
Rasional :
Pengungkapan
pikiran dan perasaan memungkinkan klien untuk menggali isu-isu yang mungkin
ditekan (secara sadar mematikan kesadarannya) atau belum terselesaikan.
d.
Identifikasi apakah klien mengalami depresi dan atasi
Rasional :
Klien depresi
sulit berkonsentrasi dan tidak mampu berfokus pada strategi untuk mengatasi
respon fobia.
e.
Ajari klien bahwa fobia adalah sebuah gambaran simbolik dari
ansietas.
Rasional :
Kesadaran
bahwa fobia timbul dari kecemasan membantu klien untuk tidak berhubungan dengan
respon fobik dan memfokuskan perhatian pada masalah yang menyebabkan ansieas.
ü Tujuan jangka pendek 2
Klien
berpartisipasi dalam program densitiasi ( pengurangan sensitivitas) dan
memperagakan cara-cara koping untuk mengatasi fobia.
Intervensi
dan rasional
a) Sebelum program desentitisasi
dimulai, yakinkan klien bahwa keamanannya terjamin
Rasional :
Klien
perlu merasa terlindungi dan aman untuk meneruskan program.
b) Diskusikan fobia secara mendetil,
ajarkan keterampilan koping seperti asertif tekhnik berhenti berfikir dan
teknik menyelesaikan masalah
Rasional :
Dapat
mebentuk koping efektif
c) Minta klien mempelajari dan
mempraktekkan latihan relaksasi dan imajinasikan terpimpin.
Rasional :
Strategi
ini membantu mengurangi tingkat ansietas klien.
d) Bersama klien, esplorasi pikiran,
perasaan atau peristiwa yang dapat mencetuskan respons fobik.
Rasional :
Kesadaran
akan apa yang mencetuskan reaksi fobik dapat memampukan klien untuk mempelajari
cara alternative untuk menangani ansietas.
DAFTAR
RUJUKAN
Kartono, Kartini. 1986. “Patologi Social
3 : gangguan-gangguan kejiwaan”. Jakarta : Rajawali.
Maramis, W.F. 1995. Catatan ilmu kedokteran jiwa. Surabaya: Airlangga University press.
0 komentar:
Posting Komentar