ASUHAN KEPERAWATAN
Pengkajian
1. Identitas Pasien
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, alamat,
tempat/tanggal lahir, NO. MR penanggungjawab, dll.
2. Keluhan utama
Keluhan utama yang sering adalah panas badan
tinggi, koma, kejang dan penurunan kesadaran.
3. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat Penyakit Dahulu
Pengkajian penyakit yang pernah dialami pasien
yang memungkinkan adanya hubungan atau menjadi predisposisi keluhan sekarang
meliputi pernahkah pasien mengalami infeksi jalan napas bagian atas, otitis
media, mastoiditis, tindakan bedah saraf, riwayat trauma kepala dan adanya
pengaruh immunologis pada masa sebelumnya.
Riwayat sakit TB paru perlu ditanyakan pada
pasien terutama apabila ada keluhan batuk produktif dan pernah menjalani
pengobatan obat anti TB yang sangat berguna untuk mengidentifikasi meningitis
tuberculosia.
Pengkajian pemakaian obat obat yang sering
digunakan pasien, seperti pemakaian obat kortikostiroid, pemakaian jenis jenis
antibiotic dan reaksinya (untuk menilai resistensi pemakaian antibiotic).
b. Riwayat kesehatan sekarang
Faktor riwayat penyakit sangat penting
diketahui karena untuk mengetahui jenis kuman penyebab. Disini harus ditanya
dengan jelas tetang gejala yang timbul seperti kapan mulai serangan, sembuh
atau bertambah buruk. Pada pengkajian pasien meningitis biasanya didapatkan
keluhan yang berhubungan dengan akibat dari infeksi dan peningkatan TIK.
Keluhan tersebut diantaranya, sakit kepala dan demam adalah gejala awal yang
sering. Sakit kepala berhubungan dengan meningitis yang selalu berat dan
sebagai akibat iritasi meningen. Demam umumnya ada dan tetap tinggi selama
perjalanan penyakit.
Keluhan kejang perlu mendapat perhatian untuk
dilakukan pengkajian lebih mendalam, bagaimana sifat timbulnya kejang, stimulus
apa yang sering menimbulkan kejang dan tindakan apa yang telah diberikan dalam
upaya menurunkan keluhan kejang tersebut.
Pengkajian lainnya yang perlu ditanyakan
seperti riwayat selama menjalani perawatan di RS, pernahkah mengalami tindakan
invasive yang memungkinkan masuknya kuman ke meningen terutama tindakan melalui
pembuluh darah.
c. Riwayat Kesehatan Keluarga
Biasanya di dapatkan data adanya infeksi yang
dialami ibu pada akhir kehamilan.
PENGKAJIAN FISIK
(1)
Aktivitas
Gejala : Perasaan tidak enak (malaise). Tanda : ataksia, kelumpuhan,
gerakan involunter.
(2)
Sirkulasi
Gejala : Adanya riwayat kardiopatologi :
endokarditis dan PJK. Tanda : tekanan darah meningkat, nadi menurun, dan
tekanan nadi berat, taikardi, disritmia.
(3)
Eliminasi
Tanda : Inkontinensi dan atau retensi.
(4)
Makanan/cairan
Gejala : Kehilangan nafsu makan, sulit menelan. Tanda : anoreksia,
muntah, turgor kulit jelek dan membran mukosa kering.
(5)
Higiene
Tanda : Ketergantungan terhadap semua kebutuhan perawatan diri.
(6)
Neurosensori
Gejala : Sakit kepala, parestesia, terasa kaku pada persarafan yang
terkena, kehilangan sensasi, hiperalgesia, kejang, diplopia, fotofobia,
ketulian dan halusinasi penciuman. Tanda : letargi sampai kebingungan berat
hingga koma, delusi dan halusinasi, kehilangan memori, afasia,anisokor,
nistagmus,ptosis, kejang umum/lokal, hemiparese, tanda brudzinki positif dan
atau kernig positif, rigiditas nukal, babinski positif,reflek abdominal menurun
dan reflek kremastetik hilang pada laki-laki.
(7)
Nyeri/keamanan
Gejala
: sakit kepala(berdenyut hebat, frontal). Tanda : gelisah, menangis.
(8)
Pernafasan
Gejala
: riwayat infeksi sinus atau paru. Tanda : peningkatan kerja pernafasan.
Diagnosa keperawatan
1.
Perubahan perfusi
serebral berhubungan dengan proses inflamasi.
2.
Gangguan pertukaran gas
berhubungan dengan meningkatnya tekanan intra kranial.
3.
Tidak efektif bersihan
jalan nafas berhubungan dengan kelemahan otot-otot pernafasan, ketidakmampuan
untuk batuk, dan penurunan kesadaran.
4.
Tidak efektif pola
nafas berhubungan dengan menurunnya kemampuan untuk bernafas.
5.
Risiko injury
berhubungan dengan disorientasi, kejang, gelisah.
6.
Perubahan proses
berfikir berhubungan dengan perubahan tingkat kesadaran.
7.
Kurangnya volume cairan
berhubungan dengan menurunnya intake cairan, kehilangan cairan yang abnormal.
8.
Kelebihan volume cairan
berhubungan dengan tidak adekuatnya sekresi hormon antidiuretik.
9.
Perubahan nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia, lemah, mual, dan
muntah.
10. Kecemasan berhubungan dengan adanya
situasi yang mengancam.
Intervensi
1.
Anak akan
mempertahankan perfusi serebral yang adekuat
2.
3&4, anak akan
menunjukkan status pernafasan adekuat yang ditandai dengan jalan nafas paten
dan bersih, pola nafas efektif dan pernafasan normal.
3.
Anak tidak akan
mengalami injury
4.
Anak akan
mempertahankan kontak dengan lingkungan sekitar
5.
Anak tidak
memperlihatkan kekurangan volume cairan yang ditandai dengan membran mukusa
lembab dan turgor kulit elastis.
6.
Anak akan
mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit yang adekuat.
7.
Anak akan
mempertahankan kebutuhan nutrisi yang adekuat
8.
Orang tua akan
mengekspresikan ketakutan/kecemasan, dan mengidentifikasi situasi yang mencam,
dan mengatasi kecemasannya.
Implementasi
1.
Mempertahankan perfusi
serebral yang adekuat
·
Pastikan anak tidak
akan mengalami injury
·
Pertahankan anak tetap
kontak dengan lingkungan sekitar
·
Mengobservasi dan
mencatat tingkat kesadaran (kewaspadaan, orientasi, mudah terstimulasi,
letargi, respon yang tidak tepat).
·
Menilai status
neurologi setiap 1-2 jam( gerakan yang simetris, refleks-refleks infantil,
respon pupil, kemampuan mengikuti perintah, kemampuan mengepalkan tangan,
gerakan mata, ketajam penglihatan mata, refleks tendon dalam, kejak, respon
verbal).
·
Memonitor adanya
peningkatan tekanan intra kranial (meningkatnya lingkar kepala, fontanel
menonjol, meningkatnya tekanan darah, menurunnya nadi, pernafasan tidak
beraturan, mudah terstimulasi, mengangis merintih, gelisah, bingung, perubahan
pupil, deficit focal, kejang).
·
Catat setiap kejang
yang terjadi, anggota tubuh yang terkena, lamanya kejang, dan aura.
·
Menyiapkan peralatan
jika terjadi kejang (pinggiran tempat tidur dinaikkan, tempat tidur dalam
posisi rata, peralatan penghisapan lendir, bell mudah dijangkau, peralatan
emergensi, obat anti kejang).
·
Meninggikan bagian
kepala tempat tidur 30°
·
Mempertahankan kepala
dan leher dalam satu garis lurus untuk memudahkan venous return.
·
Memberikan antibiotik
sesuai order, mempertahankan lingkungan yang tenang, dan menghindari rangsangan
yang berlebihan (cahaya lampu tidak terlalu terang, anak dalam posisi yang
nyaman, hindari melalui tindakan yang tidak penting).
·
Mengajarkan kepada anak
untuk menghindari vulsava manuver (mengedan, batuk, bersin) dan jika merubaha
posisi anak lakukan secara perlahan.
·
Melakukan latihan
pasif/aktif (ROM)
·
Hindari dilakukannya
pengikatan jika memungkinkan
·
Memonitor tanda-tanda
septik syok (hipotensi, meningkatnya temperatur, meningkatnya pernafasan,
kebingungan, disorientasi, vasokontriksi perifer).
·
Memonitor hasil analisa
gas darah
·
Meberikan terapi untuk
mengurangi edema otak sesuai order
·
Memberikan oksigen
sesuai order
2. 3 dan 4. Mempertahankan oksigenasi yang adekuat
·
Auskultasi suara
pernapasan setiap 4 jam, laporkan adanya bunyi tambahan (wheezing, crackles).
·
Memonitor frekuensi
pernafasan, pola, inspirasi dan ekspirasi; observasi kulit, kuku, membran
mukosa terhadap adanya sianosis.
·
Memonitor analisis gas
darah terhadap adanya hipoxia
·
Melakukan rontgen dada
untuk mengetahui adanya infiltrat
·
Ganti posisi setiap 2
jam, anjurkan anak untuk melakukan aktivitas yang dapat ditoleransi.
·
Mempertahankan
kepatenan jalan nafas; melakukan pengisapan lendir, dan mengatur posisi tidur
dengan kepala ekstensi.
·
Menilai adanya
hilangnya refleks muntah
·
Memberikan oksigen
sesuia order dan monitor efektifitas pemberian oksigen tersebut.
·
Observasi meningkatnya
kebingungan, mudah terstimulasi, gelisah, laporkan setiap perubahan kepada
dokter.
3. Mencegah injury
·
Kaji tanda-tanda
komplikasi
·
Kaji status neurologis
secara ketat
·
Kaji status pernafasan
·
Hindari peningkatan
tekanan intra kranial; yang dapat menimbulkan vulsava manuver; batuk, bersin,
rangsangan dari prosedur seperti; pengisapan lendir (hati-hati).
4. Mempertahankan fungsi sensori
·
Bertingkah laku tenang,
konsisten, bicara lambat dan jelas untuk meningkatkan pemahaman anak.
·
Mengajak anak berbicara
ketika melakukan tindakan, menggunakan sentuhan terapeutik.
·
Mengorientasikan secara
verbal kepada orang, tempat, waktu, situasi; menyediakan mainan, barang yang
disukai, barang yang dikenel, radio, televisi.
·
Memanggil dengan nama
yang disukai anak, menganurkan orang tua untuk mengunjungi anak.
5. Mempertahankan keseimbangan cairan
dan elektrolit yang adekuat
·
Mengukut tanda vital
paling sedikit 4 jam
·
Memonitor hasil
laboratorium; elektrolit, Bj Urin
·
Mengobservasi
tanda-tanda dehidrasi (membran mukosa kering, meningkatnya nadi, meningkatnya serum
sedium, kehilangan berat badan, meningkatnya Bj Urin, kehilangan cairan yang
besar dibandingkan dengan intake cairan).
·
Mengobservasi adanya
tanda-tanda retensi cairan dan cairan hipotonik yang menunjukkan terjadinya
SIADH (menurunnya output urin, meningkatnya Bj urin, menurunnya konsentrasi
sodium, mudah terstimulasi, anoreksia, mual).
·
Menimbang berat badan
setiap hari dengan skala yang sama dan pada waktu yang sama.
·
Memastikan bahwa jumlah
cairan yang masuk tidak berlebihan
·
Memberikan cairan
dengan sering tetapi dalam jumlah yang kecil untuk mengurangi distensi lambung.
·
Mempertahankan dan
memonitor tekanan vena pusat
6. Mempertahankan kebutuhan nutrisi
yang adekuat
·
Ijinkan anak untuk
memakan makanan yang dapat ditoleransi anak, rencanakan untuk memperbaiki
kualitas gizi pada saat selera makan akan meningkat.
·
Berikan makanan yang
disertai dengan suplemen nutrisi untuk meningkatkan kualitas intake nutrisi.
·
Menganjurkan kepada
orang tua untuk memberikan makanan dengan teknik porsi kecil tetapi sering.
·
Menganjurkan anak untuk
makan secara perlahan, dan menghindar posisi berbaring satu jam setelah makan.
·
Menciptakan lingkungan
yang menyenangkan pada waktu makan (menghilangkan bau yang tidak menyenangkan).
·
Menimbang berat badan
setiap hari pada waktu yang sama dan dengan skala yang sama.
·
Memperthankan
kebersihan mulut anak
·
Menjelaskan pentingnya
intake nutrisi yang adekuat untuk penyembuhan penyakit.
·
Ijinkan keluarga untuk
makan bersama anak jika memungkinkan
·
Membatasi intake cairan
selama makan, yaitu menghindari minum satu jam sebelum dan setelah makan untuk
mengurangi disten lambung.
7. Orang tua akan mengekspresikan
ketakutan/kecemasan terhadap kemungkinan kehilangan anak dan mencari solusi
untuk mengatasinya.
·
Mengkaji perasaan dan
persepsi orang tua terhadap situasi atau masalah yang dihadapi.
·
Memfasilitasi orang tua
untuk untuk mengekspresikan kecemasan dan tentukan hal yang paling membuat
anak/keluarga merasa terancam mendengarkan dengan aktif dan empati.
·
Memberikan dukungan
pada keluarga dan menjelaskan kondisi anak sesuai dengan realita yang ada serta
menjelaskan program pengobatan yang diberikan.
·
Mejarkan teknik
relaksasi yang sederhana (teknik napas dalam)
·
Membantu orang tua
untuk mengembangkan strategi untuk melakukan penyesuaian terhadap krisis akibat
penyakit yang diderita anak.
·
Memberikan dukungan
kepada keluarga untuk mengembangkan harapan terhadap anak.
·
Menganalisa sistem yang
mendukung dan penggunaan sumber-sumber di masyarakat (pengobatan, keuangan,
sosial) untuk membantu proses penyesuaian keluarga terhadap penyakit anak.
0 komentar:
Posting Komentar