Senin, 08 Desember 2014

LAPORAN PENDAHULUAN GANGGUAN ANXIETAS FOBIK

Diposting oleh Unknown di 21.22
LAPORAN PENDAHULUAN
GANGGUAN ANXIETAS FOBIK

KONSEP DASAR
1.      Pengertian
Neurosis fobik merupakan gangguang jiwa dengan gejala utamanya fobia, yaitu rasa takut yang hebat yang bersifat irasional, terhadap suatu benda atau keadaan. Fobia dapat menyebabkan timbulnya perasaan seperti akan pingsan, rasa lelah, mual, panik, berkeringat, dst. Ada bermacam-macam fobia yang nama atau sebutannya menurut faktor yang menyebabkan ketakutan tersebut, misalnya :
·   Hematophobia : takut melihat darah
·   Hydrophobia : takut pada air
·   Pyrophibia : takut pada api
·   Acrophobia : takut berada di tempat yang tinggi
·         Menurut  Pedoman Penggolongan Diagnose Gangguan Jiwa ke-1 (PPDGJ-1) nerosa fobik ”ditandai oleh rasa takut yang hebat sekali terhadap suatu benda atau keadaan yang oleh individu sebenarnya disadari sebagai bukan ancaman”. Rasa takut ini dapat mengakibatkan perasaan seperti akan pingsan, rasa lelah, palpitasi, berkeringat, mual, tremor dan panic.
·         Gangguan ini ditandai dengan adanya anxietas yang dicetuskan oleh adanya situasi atau objek yang jelas (dari luar individu itu sendiri). Yang sebenarnya pada saat kejadian ini tidak membahayakan. Sebagai akibatnya objek atau situasi tersebut dihindari tau dihadapi dengan perasaan terancam yang termasuk kedalam anxietas fobik adalah agoraphobia, fobia social, dan fobia khas (terisolasi).

2.      Etiologi
Penelitian melaporkan bahwa 2/3 sampai ¾ pasien yang terkena memiliki sekurangnya memiliki satu sanak saudara derajat pertama dengan fobia spesifik dengan fobia tipe yang sama. Neurotransmitter utama yang terlibat adalah norepenefrin, serotonin dan GABA (gammaaminobutric acyd). Dibatang otak, kemungkinan korteks prafrontalis bertanggung jawab untuk menghindari terjadinya fobik. Pada tomografi emisi positron (PET) ditunjukan oleh suatu disregulasi pembuluh darah serebral. Gangguan ini memiliki komponen genetic yang jelas. Fobia menggambarkan interaksi antara diatesis genetika konvensional dan stressor lingkungan. Pada gejala fobik kelemahan respon terhadap stimulus fobik yang dibiasakan tidak terjadi. Freud memandang fobia sebagai akibat komplik yang berpusat pada situasi oedipal masa anak – anak yang tidak terpisahkan. Pada agoraphobia teori psikoanalitik menekankan kematian orang tua pada masa anak – anak dan suatu riwayat kecemasan perpisahan. Sendirian didepan public menghidupkan kembali masa anak – anak tentang ditelantarkan.

3.      Manifestasi klinis
Secara subjektif, fisiologik, dan tampilan prilaku anxietas fobik tidak berbeda dari anxietas lain dan dapat dalam bentuk yang ringan sampai berat (serangan panic). Anxietas fobik sering kali bersamaan depresi.

4.      Perjalanan penyakit dan prognosis
Suatu episode depresi sering kali memburuk keadaan anxietas fobik yang sudh ada sebelumnnya. Agoraphobia tanpa riwayat gangguan panic seringkali membaik dengan perjalanan waktu. Gangguan depresi dan ketergantungan terhadap alcohol seringkali mempersulit.

5.      Diagnosis
Diagnosis pasti ketiga kelompok gangguan anxietas fobik harus memenuhi criteria sebagai berikut :
1.      Gejala psikologis prilaku atau otonom yang timbul harus merupakan manifestasi primer dari anxietasnya dan bukan sekunder seperti waham atau pikiran obsesi.
2.      Anxietas yang timbul harus terbatas, untuk agoraphobia, pada (terutama terjadi dalam hubungan dengan) setidaknya dua dari situasi berikut : banyak orang atau keramaian, tempat umum, berpergian keluar rumah, dan berpergian sendiri. Untuk fobia social, pada situaasi social tertentu. Untuk fobia yang khas, pada adanya objek atau situasi fobik tertentu.
3.      Menghindari fobik harus ada atau sudah merupakan gejala yang menonjol.

6.      Penatalaksanaan
Terapi yang paling efektif adalah kombinasi farmakoterapi dan terapi kognitif prilaku. Untuk farmakoterapi dapat digunakan obat – obat seperti yang digunakan untuk mengatasi gangguan panic. Teknik terapi yang dapat dilakukan untuk penderita neurosis fobik adalah:
·   Psikoterapi suportif, upaya untuk mengajar penderita memahami apa yang sebenarnya dia alami beserta psikodinamikanya.
·   Terapi perilaku dengan deconditioning, yaitu setiap kali penderita merasa takut dia diberi rangsang yang tidak menyenangkan.
·   Terapi kelompok.
·   Manipulasi lingkungan.

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Ansietas
I.Identitas Klien
a. Initial                  : Ansietas lebih rentan terjadi pada wanita (69%) daripada laki-laki (31%).
b. Umur                  : toddler-lansia
c. Pekerjaan            : yang mempunyai tingkat stressor yang besar (politikus,
d. Pendidikan           : orang yang mempunyai tingkat pendidikan yang rendah lebih rentan  mengalami ansietas
II. Alasan Masuk
Sesuai diagnosa awal klien ketika pertama kali masuk rumah sakit.
III. Faktor Predisposisi
v  Bahwa individu yang terbiasa sejak kecil dihadapkan kepada ketakutan yang berlebihan lebih sering menunjukkan ansietas pada kehidupan selanjutnya. Ahli teori konflik memandang ansietas sebagai pertentangan antara dua kepentingan yang berlawanan. Mereka meyakini adanya hubungan timbal balik antara konflik dan ansietas: konflik menimbulkan ansietas, dan ansietas menimbulkan perasaan tidak berdaya, yang ada gilirannya meningkatkan konflik yang dirasakan.
v  Terjadinya ansietas berhubungan erat dengan hal masalah anak (30%), hubungan antar manusia (27%), persoalan suami/istri dalam perkawinan (23%) dan masalah dalam pekerjaan (21%). (Mujaddid, 2001:706)
v  Ansietas juga berhubungan dengan perkembangan trauma tertentu yang buruk (misalnya, pengalaman berperang, perkosaan, kecelakaan yang serius, penyikasaan yang buruk perpisahan dan kehilangan, yang menimbulkan kerentanan tertentu. Individu dengan harga diri rendah terutama rentan mengalami ansietas yang berat.
v  Kesehatan umum individu dan riwayat ansietas pada keluarga memiliki efek nyata sebagai predisposisi ansietas.
v  Pernah mengalami gangguan jiwa di masa lalu serta pengobatan sebelumnya tidak berhasil.

Masalah Keperawatan:
1.  Resiko perilaku kekerasan (pada diri sendiri, orang lain dan lingkungan).
2.         Risiko bunuh diri

IV. Pemeriksaan Fisik
  1. Tanda vital:
TD : meningkat, palpitasi, berdebar-debar bahkan sampai pingsan.
N   : menurun
S    :  normal (36˚C- 37,5˚C )    , ada juga yang mengalami hipotermi tergantung respon individu dalam menangania ansietasnya
P    : pernafasan ­, nafas pendek, dada sesak, nafas dangkal, rasa tercekik terengah- engah
  1. Ukur    : TB dan BB: normal (tergantung pada klien)
  1. Keluhan Fisik    : ­ refleks, terkejut, mata berkedip-kedip, insomnia, tremor, kaku, gelisah, wajah tegang, kelemahan umum, gerakan lambat, kaki goyah.
Masalah Keperawatan: Ansietas sedang/berat/panik
V. Psikososial:
a. Konsep diri:
v  Gambaran diri : wajah tegang, mata berkedip-kedip, tremor, gelisah, keringat berlebihan.
v  Identitas: gangguan ini menyerang wanita daripada pria serta terjadi pada seseorang yang bekerja dengan sressor yang berat.
v  Peran: menarik diri dan menghindar dalam keluarga / kelompok / masyarakat.
v  Ideal diri: berkurangnya toleransi terhadap stress, dan kecenderungan ke arah lokus eksternal dari keyakinan kontrol.
v  Harga diri: klien merasa harga dirinya rendah akibat ketakutan yang tidak rasional terhadap objek, aktivitas atau kejadian tertentu.
Masalah Keperawatan: 1. Gangguan konsep diri: Harga Diri Rendah
                                          2. Isolasi sosial: menarik diri                                           
b. Hubungan Sosial:
  • Orang yang berarti: keluarga
  • Peran serta dalam kegiatan kelompok/masyarakat: kurang berperan dalam kegiaran kelompok atau masyarakat serta menarik diri dan menghindar dalam keluarga / kelompok / masyarakat.
  • Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain: +
Masalah keperawatan: Kerusakan interaksi sosial

c. Spiritual:
  • Nilai dan keyakinan
  • Kegiatan ibadah
VI. Status Mental:
  1. Penampilan: pada orang yang mengalami ansietas berat dan panik biasanya penampilannya tidak rapi.
  2. Pembicaraan:   bicara cepat dan banyak, gagap dan kadang-kadang keras.
  3. Aktivitas motorik:       lesu, tegang, gelisah, agitasi, dan tremor.
-          Subyektif : Klien mengatakan susah tidur,  Klien menyatakankan resah, Klien mengatakan banyak pikiran
-          Obyektif : Penurunan produktifitas, Kewaspadaan dan menatap, Kontak mata buruk, Gelisah, Pandangan sekilas, Pergerakan yang tidak bermakna (jalan menyeret, geraktangan dan kaki), Ekspresi yang mendalam terhadap perubahan hidup
  1. Alam perasaan: sedih, putus asa, ketakutan dan khawatir.
  1. Afek:   labil
-             Subyektif : Klien menyatakan rasa penyesalan, Klien mengatakan takut pada sesuatu, Klien bengatakan tidak mempu melakukan sesuatu
-             Obyektif  : Iritabel, Kesedihan yang mendalam, Ketakutan, Gugup, Mudah tersinggung, Nyeri hebat, persisten bertambah. Rasa tidak menentu, Kewaspadaan meningkat, Fokus pada diri sendiri, Perasaan tidak mampu, Distress, Khawatir, Cemas
  1. Interaksi selama wawancara: tidak kooperatif, mudah tersingung dan mudah curiga, kontak mata kurang.
  2. Persepsi: berhalusinasi, lapang persepsi sangat sempit dan tidak mampu menyelesaikan masalah.
Masalah Keperawatan: Gangguan persepsi sensori: halusinasi (pendengaran, penglihatan, pengecap, peraba, penghidu)
  1. Proses pikir: persevarsi
Masalah Keperawatan : Gangguan proses pikir
  1. Isi pikir: obsesi, phobia dan depersonalisasi
  2. Tingkat kesadaran: bingung dan tidak bisa berorietansi terhadap waktu, tempat dan orang (ansietas berat)
  3. Memori: pada klien yang mengalami OCD (Obsessive Compulsif  Disorder) akan terjadi gangguan daya ingat saat ini bahkan sampai gangguan daya ingat jangka pendek.
  4. Tingkat konsentrasi dan berhitung: tidak mampu berkonsentrasi
  5. Kemampuan penilaian: gangguan kemampuan penilaian ringan
  1. Subyektif        :
-           Klien menyatakan bingung
-           Klien sering mengatak lupa
-           Klien sering menanyakan pertanyaan yang sama
  1. Obyektif          :
-           Bloking
-           Keasikan
-           Merenung
-           Kerusakan perhatian
-           Penurunan lapang persepsi
-           Ketakutan terhadap hal yang tidak jelas
-           Kecenderungan untuk menyalahkan orang lain
-           Sulit berkonsentrasi
-           Penurunan kemampuan belajar, menyelasaikan masalah
-           Gejala kewaspadaan fisiologis
  1. Daya titik diri: menyalahkan hal-hal diluar dirinya: menyalahkan orang lain/ lingkungan yang menyebabkan kondisi saat ini.
VII. Kebutuhan Persiapan Pulang
  1. Kemampuan klien memenuhi/ menyediakan kebutuhan makanan, keamanan, tempat tinggal, dan perawatan.
  2. Kegiatan hidup sehari-hari: kurang mandiri tergantung tingkat ansietas
  • Perawatan diri
  • Nutrisi
  • Tidur
Masalah Keperawatan : Defisit perawatan diri
  1. Kemampuan klien dalam:
  • mengantisipasi kebutuhan sendiri
  • membuat keputusan berdasarkan keinginan sendiri
  • mengatur penggunaan obat
  1. Klien memiliki sistem pendukung  (keluarga, terapis, teman, kelompok sosial)
  2. Klien dapat menikmati saat bekerja, kegiatan yang menghasilkan atau hobi
VIII. Mekanisme Koping: adaptif ( ansietas ringan ) dan maladaptif (ansietas sedang, berat dan panik).
   Masalah Keperawatan: Mekanisme koping tidak efektif
IX. Masalah Psikososial dan Lingkungan
  • Masalah dengan dukungan kelompok: klien kurang berperan dalam kegiaran kelompok atau masyarakat serta menarik diri dan menghindar dalam keluarga/ kelompok/ masyarakat.
  • Masalah berhubungan dengan lingkungan: lingkungan dengan tingkat stressor yang tinggi akan memicu timbulnya ansietas.
  • Masalah dengan pendidikan: seseorang yang pernah gagal dalam menempuh pendidikan,  tidak ada biaya untuk melanjutkan jenjang pendidikan berikutnya.
  • Masalah dengan pekerjaan: mengalami PHK, target kerja tidak tercapai.
  • Masalah dengan perumahan: pasien kehilangan tempat tinggalnya karena bencana alam, pengusuran dan kebakaran.
  • Masalah ekonomi: pasien tidak mempunyai kemampuan finansial dalam mencukupi kebutuhannya sehari-hari dan keluarganya.
  • Masalah dengan pelayanan kesehatan: kurang percaya dengan
X. Pengetahuan Kurang Tentang
Pasien kurang mempunyai pengetahuan tentang faktor presipitasi, koping, obat-obatan, dan masalah lain tentang ansietas
XI. Aspek medik
Diagnosa Medik:
  1.   Adanya perasaan cemas atau khawatir yang tidak realistic terhadap dua atau lebih hal yang dipersepsi sebagai ancaman perasaan ini menyebabkan individu tidak mampu istirahat dengan tenang (inability to relax)
  2.   Terdapat paling sedikit 6 dari 18 gejala-gejala berikut:
Ketegangan Motorik:
  1. Kedutan otot atau rasa gemetar
  2. Otot tegang/kaku/pegel linu
  3. Tidak bisa diam
  4. Mudah menjadi lelah
Hiperaktivitas Otonomik:
  1. Nafas pendek/ terasa berat
  2. Jantung berdebar-debar
  3. Telapak tangan basah dingin
  4. Mulut kering
  5. Kepala pusing/rasa melayang
  6. Mual, mencret, perut tidak enak
  7. Muka panas/ badan menggigil
  8. Buang air kecil lebih sering
  9. Sukar menelan/rasa tersumbat
Kewaspadaan berlebihan dan Penangkapan Berkurang
  1. Perasaan jadi peka/ mudah ngilu
  2. Mudah terkejut/kaget
  3. Sulit konsentrasi pikiran
  4. Sukar tidur
  5. Mudah tersinggung
  1.   Hendaya dalam fungsi kehidupan sehari-hari, bermanifestasi dalam gejala: penurunan kemampuan bekerja, hubungan social, dan melakukan kegiatan rutin.
Terapi Medik:
Benzodiazepine: Diazepam, Chlordiazepoxide, Lorazepam, Clobazam, Bromazepam Oxazolam, Clorazepate, Alprazolam, Razepam.
Non-Benzodiazepine : Sulpiride, Buspirone, Hydroxizine.
XII. Daftar Masalah Keperawatan
  1. Resiko perilaku kekerasan (pada diri sendiri, orang lain dan lingkungan).
  2. Risiko bunuh diri
  3. Ansietas sedang/berat/panic
  4. Gangguan konsep diri: Harga Diri Rendah
  5. Isolasi sosial: menarik diri
  6. Kerusakan interaksi sosial
  7. Gangguan persepsi sensori: halusinasi (pendengaran, penglihatan, pengecap, peraba, penghidu)
  8. Gangguan proses pikir
  9. Defisit perawatan diri
  10. Mekanisme koping tidak efektif

2. Diagnosa keperawatan
a. Anxietas berhubungan dengan Koping individu tidak efektif
b. Anxietas berhubungan dengan Tidak efektifnya koping keluarga
c. Resiko gangguan pesepsi sensorik dan audiotori : Halusinasi berhubungan dengan Ansietas.
d. Resiko gangguan isi fikir : Waham berhubungan dengan Anxietas
3.Rencana keperawatan
Diagnosa
Perencanaan
Intervensi

Keperawatan
Tujuan (Umum dan Khusus)

Berhubungan dengan ansietas sedang
TUM :TUK 1
Klien dapat menjalin dan membina hubungan saling percaya
1.      jadilah pendengar yang hangat dan responsif2.      beri waktu yang cukup pada klien untuk berespon
3.      beri dukungan pada klien untuk mengekspresikan perasaannya
4.      identifikasi pola prilaku klien atau pendekatan yang dapat menimbulkan perasaan negatif
5.      bersama klien mengenali perilaku dan respon sehingga cepat belajar dan berkembang

TUK 2Klien dapat mengenal ansietasnya
1.      bantu klien untuk mengidentifikasi dan menguraikan perasaannya2.      hubungkan perilaku dan perasaannya
3.      validasi kesimpulan dan asumsi terhadap klien
4.      gunakan pertanyaan terbuka untuk mengalihkan dari topik yang mengancam ke hal yang berkaitan dengan konflik
5.      gunakan konsultasi


TUK 3Klien dapat memperluas kesadarannya terhadap perkembangan ansietas
1.      bantu klien mernjelaskan situasi dan interaksi yang dapat segera menimbulkan ansietas2.      bersama klien meninjau kembali penilaian klien terhadap stressor yang dirasakan mengancam dan menimbulkan konflik
3.      kaitkan pengalaman yang baru terjadi dengan pengalaman masa lalu yang relevan

TUK 4Klien dapat menggunakan mekanisme koping yang adaptif
1.      gali cara klien mengurangi ansietas di masa lalu
2.      tunjukkan akibat mal adaptif dan destruktif dari respons koping yang digunakan
3.      dorong klien untuk menggunakan respons koping adaptif yang dimilikinya
4.      bantu klien untuk menyusun kembali tujuan hidup, memodifikasi tujuan, menggunakan sumber dan menggunakan koping yang baru
5.      latih klien dengan menggunakan ansietas sedang
6.      beri aktivitas fisik untuk menyalurkan energinya
7.      libatkan pihak yang berkepentingan sebagai sumber dan dukungan sosial dalam membantu klien menggunakan koping adaptif yang baru

TUK 5Klien dapat menggunakan teknik relaksasi
  1. ajarkan klien teknik relaksasi untuk meningkatkan kontrol dan rasa percaya diri
  2. dorong klien untuk menggunakan relaksasi dalam menurunkan tingkat ansietas



DAFTAR RUJUKAN

Ifan. 2010. Gangguan Anxietas Fobik, (http://ifan050285.wordpress.com/2010/02/12/gangguan-anxietas-fobik-2/), diakses tanggal 10 Desember 2013.

Maramis, W.F. 1980. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Surabaya: Airlangga University Press.
Carpenito, L.J., !998. Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Edisi 6. Alih Bahasa : Yasmin Asih. Editor Monica Aster, Jakarta : EGC.
Nophienov. 2012, (http://nophienov.wordpress.com/kumpulan-laporan-pendahuluan-askep/), diakses tanggal 24 Desember 2013.




0 komentar:

Posting Komentar

 

SHARE D' MOMENT Template by Ipietoon Blogger Template | Gadget Review