LAPORAN
PENDAHULUAN
GANGGUAN
ANXIETAS FOBIK
KONSEP DASAR
1. Pengertian
Neurosis
fobik merupakan gangguang jiwa dengan gejala utamanya fobia, yaitu rasa takut
yang hebat yang bersifat irasional, terhadap suatu benda atau keadaan. Fobia
dapat menyebabkan timbulnya perasaan seperti akan pingsan, rasa lelah, mual,
panik, berkeringat, dst. Ada bermacam-macam fobia yang nama atau sebutannya
menurut faktor yang menyebabkan ketakutan tersebut, misalnya :
·
Hematophobia : takut melihat darah
·
Hydrophobia : takut pada air
·
Pyrophibia : takut pada api
·
Acrophobia : takut berada di tempat yang tinggi
·
Menurut Pedoman Penggolongan Diagnose Gangguan Jiwa
ke-1 (PPDGJ-1) nerosa fobik ”ditandai oleh rasa takut yang hebat sekali
terhadap suatu benda atau keadaan yang oleh individu sebenarnya disadari
sebagai bukan ancaman”. Rasa takut ini dapat mengakibatkan perasaan seperti
akan pingsan, rasa lelah, palpitasi, berkeringat, mual, tremor dan panic.
·
Gangguan ini ditandai dengan adanya anxietas yang dicetuskan
oleh adanya situasi atau objek yang jelas (dari luar individu itu sendiri).
Yang sebenarnya pada saat kejadian ini tidak membahayakan. Sebagai akibatnya
objek atau situasi tersebut dihindari tau dihadapi dengan perasaan terancam
yang termasuk kedalam anxietas fobik adalah agoraphobia, fobia social, dan
fobia khas (terisolasi).
2. Etiologi
Penelitian
melaporkan bahwa 2/3 sampai ¾ pasien yang terkena memiliki sekurangnya memiliki
satu sanak saudara derajat pertama dengan fobia spesifik dengan fobia tipe yang
sama. Neurotransmitter utama yang terlibat adalah norepenefrin, serotonin dan
GABA (gammaaminobutric acyd). Dibatang otak, kemungkinan korteks prafrontalis
bertanggung jawab untuk menghindari terjadinya fobik. Pada tomografi emisi
positron (PET) ditunjukan oleh suatu disregulasi pembuluh darah serebral.
Gangguan ini memiliki komponen genetic yang jelas. Fobia menggambarkan
interaksi antara diatesis genetika konvensional dan stressor lingkungan. Pada
gejala fobik kelemahan respon terhadap stimulus fobik yang dibiasakan tidak
terjadi. Freud memandang fobia sebagai akibat komplik yang berpusat pada
situasi oedipal masa anak – anak yang tidak terpisahkan. Pada agoraphobia teori
psikoanalitik menekankan kematian orang tua pada masa anak – anak dan suatu
riwayat kecemasan perpisahan. Sendirian didepan public menghidupkan kembali
masa anak – anak tentang ditelantarkan.
3. Manifestasi klinis
Secara
subjektif, fisiologik, dan tampilan prilaku anxietas fobik tidak berbeda dari
anxietas lain dan dapat dalam bentuk yang ringan sampai berat (serangan panic).
Anxietas fobik sering kali bersamaan depresi.
4. Perjalanan penyakit dan prognosis
Suatu
episode depresi sering kali memburuk keadaan anxietas fobik yang sudh ada
sebelumnnya. Agoraphobia tanpa riwayat gangguan panic seringkali membaik dengan
perjalanan waktu. Gangguan depresi dan ketergantungan terhadap alcohol
seringkali mempersulit.
5. Diagnosis
Diagnosis
pasti ketiga kelompok gangguan anxietas fobik harus memenuhi criteria sebagai
berikut :
1. Gejala psikologis prilaku atau
otonom yang timbul harus merupakan manifestasi primer dari anxietasnya dan
bukan sekunder seperti waham atau pikiran obsesi.
2. Anxietas yang timbul harus terbatas,
untuk agoraphobia, pada (terutama terjadi dalam hubungan dengan) setidaknya dua
dari situasi berikut : banyak orang atau keramaian, tempat umum, berpergian
keluar rumah, dan berpergian sendiri. Untuk fobia social, pada situaasi social
tertentu. Untuk fobia yang khas, pada adanya objek atau situasi fobik tertentu.
3. Menghindari fobik harus ada atau
sudah merupakan gejala yang menonjol.
6. Penatalaksanaan
Terapi
yang paling efektif adalah kombinasi farmakoterapi dan terapi kognitif prilaku.
Untuk farmakoterapi dapat digunakan obat – obat seperti yang digunakan untuk
mengatasi gangguan panic. Teknik terapi yang dapat dilakukan untuk penderita
neurosis fobik adalah:
·
Psikoterapi suportif, upaya untuk mengajar penderita
memahami apa yang sebenarnya dia alami beserta psikodinamikanya.
·
Terapi perilaku dengan deconditioning, yaitu setiap kali
penderita merasa takut dia diberi rangsang yang tidak menyenangkan.
·
Terapi kelompok.
·
Manipulasi lingkungan.
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
Asuhan Keperawatan Klien Dengan
Gangguan Ansietas
I.Identitas Klien
a.
Initial
: Ansietas lebih rentan terjadi pada wanita (69%) daripada
laki-laki (31%).
b. Umur
:
toddler-lansia
c. Pekerjaan
: yang mempunyai tingkat stressor yang besar (politikus,
d. Pendidikan
: orang yang mempunyai tingkat pendidikan yang rendah lebih rentan
mengalami ansietas
II. Alasan Masuk
Sesuai diagnosa awal klien ketika pertama kali masuk rumah sakit.
III. Faktor Predisposisi
v Bahwa individu yang terbiasa sejak kecil dihadapkan kepada
ketakutan yang berlebihan lebih sering menunjukkan ansietas pada kehidupan
selanjutnya. Ahli teori konflik memandang ansietas sebagai pertentangan antara
dua kepentingan yang berlawanan. Mereka meyakini adanya hubungan timbal balik
antara konflik dan ansietas: konflik menimbulkan ansietas, dan ansietas
menimbulkan perasaan tidak berdaya, yang ada gilirannya meningkatkan konflik
yang dirasakan.
v Terjadinya ansietas berhubungan erat dengan hal masalah anak
(30%), hubungan antar manusia (27%), persoalan suami/istri dalam perkawinan
(23%) dan masalah dalam pekerjaan (21%). (Mujaddid, 2001:706)
v Ansietas juga berhubungan dengan perkembangan trauma
tertentu yang buruk (misalnya, pengalaman berperang, perkosaan, kecelakaan yang
serius, penyikasaan yang buruk perpisahan dan kehilangan, yang menimbulkan
kerentanan tertentu. Individu dengan harga diri rendah terutama rentan
mengalami ansietas yang berat.
v Kesehatan umum individu dan riwayat ansietas pada keluarga
memiliki efek nyata sebagai predisposisi ansietas.
v Pernah mengalami gangguan jiwa di masa lalu serta pengobatan
sebelumnya tidak berhasil.
Masalah Keperawatan:
1. Resiko perilaku kekerasan (pada diri sendiri, orang lain
dan lingkungan).
2. Risiko bunuh diri
IV. Pemeriksaan Fisik
- Tanda
vital:
TD : meningkat, palpitasi, berdebar-debar bahkan sampai pingsan.
N : menurun
S : normal (36˚C- 37,5˚C )
, ada juga yang mengalami hipotermi tergantung respon individu dalam menangania
ansietasnya
P : pernafasan , nafas pendek, dada sesak, nafas
dangkal, rasa tercekik terengah- engah
- Ukur
: TB dan BB: normal (tergantung pada klien)
- Keluhan
Fisik : refleks, terkejut, mata berkedip-kedip,
insomnia, tremor, kaku, gelisah, wajah tegang, kelemahan umum, gerakan
lambat, kaki goyah.
Masalah Keperawatan: Ansietas sedang/berat/panik
V. Psikososial:
a. Konsep diri:
v Gambaran diri : wajah tegang, mata berkedip-kedip, tremor,
gelisah, keringat berlebihan.
v Identitas: gangguan ini menyerang wanita daripada pria serta
terjadi pada seseorang yang bekerja dengan sressor yang berat.
v Peran: menarik diri dan menghindar dalam keluarga / kelompok
/ masyarakat.
v Ideal diri: berkurangnya toleransi terhadap stress, dan
kecenderungan ke arah lokus eksternal dari keyakinan kontrol.
v Harga diri: klien merasa harga dirinya rendah akibat
ketakutan yang tidak rasional terhadap objek, aktivitas atau kejadian tertentu.
Masalah Keperawatan: 1. Gangguan konsep diri: Harga Diri Rendah
2. Isolasi sosial: menarik
diri
b. Hubungan Sosial:
- Orang
yang berarti: keluarga
- Peran
serta dalam kegiatan kelompok/masyarakat: kurang berperan dalam kegiaran
kelompok atau masyarakat serta menarik diri dan menghindar dalam keluarga
/ kelompok / masyarakat.
- Hambatan
dalam berhubungan dengan orang lain: +
Masalah keperawatan: Kerusakan interaksi sosial
c. Spiritual:
- Nilai
dan keyakinan
- Kegiatan
ibadah
VI. Status Mental:
- Penampilan:
pada orang yang mengalami ansietas berat dan panik biasanya penampilannya
tidak rapi.
- Pembicaraan:
bicara cepat dan banyak, gagap dan kadang-kadang keras.
- Aktivitas
motorik: lesu, tegang, gelisah, agitasi,
dan tremor.
- Subyektif :
Klien mengatakan susah tidur, Klien menyatakankan resah, Klien mengatakan
banyak pikiran
- Obyektif :
Penurunan produktifitas, Kewaspadaan dan menatap, Kontak mata buruk, Gelisah,
Pandangan sekilas, Pergerakan yang tidak bermakna (jalan menyeret, geraktangan
dan kaki), Ekspresi yang mendalam terhadap perubahan hidup
- Alam
perasaan: sedih, putus asa, ketakutan dan khawatir.
- Afek:
labil
-
Subyektif : Klien menyatakan rasa penyesalan, Klien
mengatakan takut pada sesuatu, Klien bengatakan tidak mempu melakukan sesuatu
-
Obyektif : Iritabel, Kesedihan yang mendalam,
Ketakutan, Gugup, Mudah tersinggung, Nyeri hebat, persisten bertambah. Rasa
tidak menentu, Kewaspadaan meningkat, Fokus pada diri sendiri, Perasaan tidak
mampu, Distress, Khawatir, Cemas
- Interaksi
selama wawancara: tidak kooperatif, mudah tersingung dan mudah curiga,
kontak mata kurang.
- Persepsi:
berhalusinasi, lapang persepsi sangat sempit dan tidak mampu menyelesaikan
masalah.
Masalah Keperawatan: Gangguan persepsi sensori: halusinasi
(pendengaran, penglihatan, pengecap, peraba, penghidu)
- Proses
pikir: persevarsi
Masalah Keperawatan : Gangguan proses pikir
- Isi
pikir: obsesi, phobia dan depersonalisasi
- Tingkat
kesadaran: bingung dan tidak bisa berorietansi terhadap waktu, tempat dan
orang (ansietas berat)
- Memori:
pada klien yang mengalami OCD (Obsessive Compulsif Disorder)
akan terjadi gangguan daya ingat saat ini bahkan sampai gangguan daya
ingat jangka pendek.
- Tingkat
konsentrasi dan berhitung: tidak mampu berkonsentrasi
- Kemampuan
penilaian: gangguan kemampuan penilaian ringan
- Subyektif
:
- Klien
menyatakan bingung
- Klien
sering mengatak lupa
- Klien
sering menanyakan pertanyaan yang sama
- Obyektif
:
-
Bloking
-
Keasikan
-
Merenung
-
Kerusakan perhatian
-
Penurunan lapang persepsi
-
Ketakutan terhadap hal yang tidak jelas
-
Kecenderungan untuk menyalahkan orang lain
- Sulit
berkonsentrasi
-
Penurunan kemampuan belajar, menyelasaikan masalah
- Gejala
kewaspadaan fisiologis
- Daya
titik diri: menyalahkan hal-hal diluar dirinya: menyalahkan orang lain/
lingkungan yang menyebabkan kondisi saat ini.
VII. Kebutuhan Persiapan Pulang
- Kemampuan
klien memenuhi/ menyediakan kebutuhan makanan, keamanan, tempat tinggal,
dan perawatan.
- Kegiatan
hidup sehari-hari: kurang mandiri tergantung tingkat ansietas
- Perawatan
diri
- Nutrisi
- Tidur
Masalah Keperawatan : Defisit perawatan diri
- Kemampuan
klien dalam:
- mengantisipasi
kebutuhan sendiri
- membuat
keputusan berdasarkan keinginan sendiri
- mengatur
penggunaan obat
- Klien
memiliki sistem pendukung (keluarga, terapis, teman, kelompok
sosial)
- Klien
dapat menikmati saat bekerja, kegiatan yang menghasilkan atau hobi
VIII. Mekanisme Koping: adaptif ( ansietas ringan ) dan maladaptif
(ansietas sedang, berat dan panik).
Masalah Keperawatan: Mekanisme koping tidak efektif
IX. Masalah Psikososial dan Lingkungan
- Masalah
dengan dukungan kelompok: klien kurang berperan dalam kegiaran kelompok
atau masyarakat serta menarik diri dan menghindar dalam keluarga/
kelompok/ masyarakat.
- Masalah
berhubungan dengan lingkungan: lingkungan dengan tingkat stressor yang
tinggi akan memicu timbulnya ansietas.
- Masalah
dengan pendidikan: seseorang yang pernah gagal dalam menempuh
pendidikan, tidak ada biaya untuk melanjutkan jenjang pendidikan
berikutnya.
- Masalah
dengan pekerjaan: mengalami PHK, target kerja tidak tercapai.
- Masalah
dengan perumahan: pasien kehilangan tempat tinggalnya karena bencana alam,
pengusuran dan kebakaran.
- Masalah
ekonomi: pasien tidak mempunyai kemampuan finansial dalam mencukupi
kebutuhannya sehari-hari dan keluarganya.
- Masalah
dengan pelayanan kesehatan: kurang percaya dengan
X. Pengetahuan Kurang Tentang
Pasien kurang mempunyai pengetahuan tentang faktor presipitasi,
koping, obat-obatan, dan masalah lain tentang ansietas
XI. Aspek medik
Diagnosa Medik:
-
Adanya perasaan cemas atau khawatir yang tidak realistic terhadap dua atau
lebih hal yang dipersepsi sebagai ancaman perasaan ini menyebabkan
individu tidak mampu istirahat dengan tenang (inability to relax)
-
Terdapat paling sedikit 6 dari 18 gejala-gejala berikut:
Ketegangan Motorik:
- Kedutan
otot atau rasa gemetar
- Otot
tegang/kaku/pegel linu
- Tidak
bisa diam
- Mudah
menjadi lelah
Hiperaktivitas Otonomik:
- Nafas
pendek/ terasa berat
- Jantung
berdebar-debar
- Telapak
tangan basah dingin
- Mulut
kering
- Kepala
pusing/rasa melayang
- Mual,
mencret, perut tidak enak
- Muka
panas/ badan menggigil
- Buang
air kecil lebih sering
- Sukar
menelan/rasa tersumbat
Kewaspadaan berlebihan dan Penangkapan Berkurang
- Perasaan
jadi peka/ mudah ngilu
- Mudah
terkejut/kaget
- Sulit
konsentrasi pikiran
- Sukar
tidur
- Mudah
tersinggung
-
Hendaya dalam fungsi kehidupan sehari-hari, bermanifestasi dalam gejala:
penurunan kemampuan bekerja, hubungan social, dan melakukan kegiatan
rutin.
Terapi Medik:
Benzodiazepine: Diazepam, Chlordiazepoxide,
Lorazepam, Clobazam, Bromazepam Oxazolam, Clorazepate, Alprazolam, Razepam.
Non-Benzodiazepine : Sulpiride,
Buspirone, Hydroxizine.
XII. Daftar Masalah Keperawatan
- Resiko
perilaku kekerasan (pada diri sendiri, orang lain dan lingkungan).
- Risiko
bunuh diri
- Ansietas
sedang/berat/panic
- Gangguan
konsep diri: Harga Diri Rendah
- Isolasi
sosial: menarik diri
- Kerusakan
interaksi sosial
- Gangguan
persepsi sensori: halusinasi (pendengaran, penglihatan, pengecap, peraba,
penghidu)
- Gangguan
proses pikir
- Defisit
perawatan diri
- Mekanisme
koping tidak efektif
2. Diagnosa keperawatan
a. Anxietas berhubungan dengan Koping individu tidak efektif
b. Anxietas berhubungan dengan Tidak efektifnya koping keluarga
c. Resiko gangguan pesepsi sensorik dan audiotori : Halusinasi
berhubungan dengan Ansietas.
d. Resiko gangguan isi fikir : Waham berhubungan dengan Anxietas
3.Rencana keperawatan
Diagnosa
|
Perencanaan
|
Intervensi
|
||||
Keperawatan
|
Tujuan (Umum dan Khusus)
|
|||||
Berhubungan dengan
ansietas sedang
|
TUM :TUK 1
Klien dapat menjalin dan membina hubungan saling
percaya
|
1.
jadilah pendengar yang hangat dan responsif2.
beri waktu yang cukup pada klien untuk berespon
3. beri dukungan pada
klien untuk mengekspresikan perasaannya
4. identifikasi pola
prilaku klien atau pendekatan yang dapat menimbulkan perasaan negatif
5. bersama klien
mengenali perilaku dan respon sehingga cepat belajar dan berkembang
|
||||
TUK 2Klien dapat
mengenal ansietasnya
|
1.
bantu klien untuk mengidentifikasi dan menguraikan
perasaannya2. hubungkan perilaku dan
perasaannya
3. validasi kesimpulan
dan asumsi terhadap klien
4. gunakan pertanyaan
terbuka untuk mengalihkan dari topik yang mengancam ke hal yang berkaitan dengan
konflik
5. gunakan konsultasi
|
|||||
TUK 3Klien dapat
memperluas kesadarannya terhadap perkembangan ansietas
|
1.
bantu klien mernjelaskan situasi dan interaksi yang dapat segera menimbulkan
ansietas2. bersama klien meninjau kembali
penilaian klien terhadap stressor yang dirasakan mengancam dan menimbulkan
konflik
3. kaitkan pengalaman
yang baru terjadi dengan pengalaman masa lalu yang relevan
|
|||||
TUK 4Klien dapat
menggunakan mekanisme koping yang adaptif
|
1. gali cara klien
mengurangi ansietas di masa lalu
2. tunjukkan akibat
mal adaptif dan destruktif dari respons koping yang digunakan
3. dorong klien untuk
menggunakan respons koping adaptif yang dimilikinya
4. bantu klien untuk
menyusun kembali tujuan hidup, memodifikasi tujuan, menggunakan sumber dan
menggunakan koping yang baru
5. latih klien dengan
menggunakan ansietas sedang
6. beri aktivitas fisik
untuk menyalurkan energinya
7. libatkan pihak yang
berkepentingan sebagai sumber dan dukungan sosial dalam membantu klien
menggunakan koping adaptif yang baru
|
|||||
TUK 5Klien dapat
menggunakan teknik relaksasi
|
|
|||||
DAFTAR RUJUKAN
Ifan. 2010. Gangguan Anxietas Fobik,
(http://ifan050285.wordpress.com/2010/02/12/gangguan-anxietas-fobik-2/), diakses tanggal 10 Desember 2013.
Maramis, W.F. 1980. Catatan Ilmu
Kedokteran Jiwa. Surabaya: Airlangga University Press.
Carpenito,
L.J., !998. Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Edisi 6. Alih Bahasa : Yasmin
Asih. Editor Monica Aster, Jakarta : EGC.
Nophienov.
2012, (http://nophienov.wordpress.com/kumpulan-laporan-pendahuluan-askep/),
diakses tanggal 24 Desember 2013.
0 komentar:
Posting Komentar