Sabtu, 06 Desember 2014

ASKEP GASTRITIS

Diposting oleh Unknown di 02.12

BAB I
PENDAHULUAN
11   Latar Belakang

        Salah satu masalah kesehatan yang kita hadapi sekarang ini adalah penyakit saluran pencernaan seperti gastitis. Masyarakat pada umumnya mengenal gastritis dengan sebutan penyakit maag yaitu penyakit yang menurut mereka bukan suatu masalah yang besar, misalnya jika merasakan nyeri perut maka mereka akan langsung mengatasinya dengan makan nasi, kemudian nyerinya hilang. Penyakit gastritis ini bila tidak di atasi dengan cepat maka dapat menimbulkan perdarahan (hemorha gastritis) sehingga banyak darah yang keluar dan berkumpuldi lambung, selain itu juga dapat menimbulkan tukak lambung, kanker lambung sehingga dapat menyebabkan kematian (Harison, 2000:1550, dalam, Hastuti:2007).

Indonesia terus berupaya melakukan pembangunan Nasional, salah satunya dibidang kesehatan yaitu MDGs.  Komitmen Negara terhadap rakyat Indonesia dan Komitmen Indonesia kepada masyarakat global yang merupakan suatu kesepakatan dan kemitraan global untuk memperbaiki kesejahteraan masyarakat ditunjukkan oleh paket berisi tujuan yang mempunyai batas waktu dan target terukur. Komitmen Indonesia mencapai MDGs adalah komitmen meningkatkan kesejahteraan rakyat Indonesia (DKK Padang, 2011).
Permasalahan dalam sistem pencernaan tidak boleh diabaikan. Masalah pencernaan yang paling umum terutama maag pada remaja adalah penyakit meningkatknya asam lambung atau gastro-esophageal reflux, sebagian besar dikenal sebagai penyakit maag. Gangguan ini harus diberi perlakuan khusus karena dapat menimbulkan masalah yang lebih serius yang dapat mempengaruhi sistem pernapasan. Pola makan adalah berbagai informasi yang memberikan gambaran dan jumlah bahan makanan yang dimakan tiap hari guna untuk mendapatkan kebutuhan zat gizi yang cukup untuk kelangsungan hidup, pemulihan setelah sakit, beraktivitas, pertumbuhan dan perkembangan. Apabila pola makan tidak sehat akan terjadi gangguan pola makan seperti timbulnya gastritis. Maka perlu diperhatikan frekuensi, waktu dan jenis makanan dan pada remeja yang paling rawan terserang penyakit ini  ( Erna:http://repository.unand.ac.id/id/eprint/18360 ).


3
Penyakit gastritis terjadi karena dua hal, yaitu gangguan fungsional dari lambung yang tidak baik dan terdapat gangguan struktur anatomi. Gangguan fungsional berhubungan dengan adanya gerakan dari lambung yang berkaitan dengan sistem saraf di lambung atau hal-hal yang bersifat psikologis. Gangguan suktur anatomi bisa berupa luka erosi atau juga tumor. Faktor kejiwaan atau stres juga terhadap timbulnya serangan ulang penyakit gastritis (Sukarmin, 2011).
Badan penelitian kesehatan dunia WHO mengadakan tinjauan terhadap beberapa negara dunia dan mendapatkan hasil persentase dari angka kejadian gastritis di dunia, diantaranya Inggris 22%, China 31%, Jepang 14,5%, Kanada 35%, dan Perancis 29,5%. Di dunia, insiden gastritis sekitar 1,8-2,1 juta dari jumlah penduduk setiap tahun. Insiden terjadinya gastritis di Asia Tenggara sekitar 583.635 dari jumlah penduduk setiap tahunnya. Prevalensi gastritis yang dikonfirmasi melalui endoskopi pada populasi di Shanghai sekitar 17,2% yang secara substantial lebih tinggi daripada populasi di barat yang berkisar 4,1% dan bersifat asimptomatik. Gastritis biasanya dianggap sebagai suatu hal yang remeh namun gastritis merupakan awal dari sebuah penyakit yang dapat menyusahkan kita. Persentase dari angka kejadian gastritis di Indonesia menurut WHO adalah 40,8%. Angka kejadian gastritis pada beberapa daerah di Indonesia cukup tinggi dengan prevalensi 274,396 kasus dari 238,452,952 jiwa penduduk ( Kurnia, Rahmi:2011).

Sedangkan di Indonesia sudah pernah di lakukan penelitian kuman Helicobacter Pylori tetapi belum dalam skala besar pada pasien gastritis yang dapat menimbulkan ulkus lambung namun dari pemeriksaan yang dilakukan pada pasien gastritis sekitar 60-70% ditemukan kuman (Harison, 2000:1551, dalam Hastuti:2007).

1.2   Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Gastritis?
2. Apa tanda dan gejala Gastritis?
3. Bagaimana patofisiologi Gastritis?
4. Bagaimana penatalaksanaan Gastritis?
5. Bagaimana proses asuhan keperawatan Gastritis?
4
1.3   Tujuan Penelitian
1. Mengetahui apa yang dimaksud dengan Gastritis.
2. Mengetahui apa tanda dan gejala Gastritis.
3. Mengetahui bagaimana patofisiologi Gastritis.
4. Mengetahui bagaimana penatalaksanaan Gastritis.
5. Mengetahui bagaimana proses asuhan keperawatan Gastritis.

1.4   Manfaat Penelitian

1.4.1       Bagi peneliti
Sebagai aplikasi ilmu yang diperoleh terutama riset keperawatan dan dapat menambah pengetahuan dan keterampilan penulis dalam melakukan penelitian serta menambah wawasan tentang gastritis.
1.4.2       Bagi Institusi
Hasil penelitian diharapkan dapat sebagai data dasar bagi peneliti lainya yang ingin melanjutkan penelitian dengan lingkup yang sama.










5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
ASUHAN KEPERAWATAN GASTRITIS
Definisi
Gastritis adalah peradangan mukosa lambung. Gastritis bisa akut, kronik, atrofi atau hipertrofi. Gastritis (inflamasi mukosa lambung) sering diakibatkan karena diet yang tidak wajar. Klien yang mengalami gastritis disebabkan makan makanan yang terlalu berbumbu atau mengandung mikroorganisme penyebab penyakit. Penyebab lain dari gastritis akut mencakup alkohol, aspirin, refluks empedu atau terapi radiasi.
Bentuk terberat dari gastritis akut disebabkan oleh mencerna asam atau alkali kuat, yang dapat menyebabkan mukosa menjadi gangren atau perforasi. Pembentukan jaringan parut dapat terjadi, yang mengakibatkan obstruksi pilorus. Gastritis juga merupakan tanda pertama dari infeksi sistemik akut.
Gastritis kronis adalah inflamasi lambung yang lama dapat disebabkan oleh ulkus benigna atau maligna dari lambung, atau oleh bakteri Helycobacter Pylori (H.Pylori)
Tanda dan Gejala
Gastritis akut :
·           Dapat mengalami ketidaknyamanan
·           Sakit kepala
·           Malas
·           Mual
·           Anoreksia
·           Sering disertai dengan muntah dan cegukan
·           Beberapa pasien, asimtomatik
Gastritis kronik  :
·           Pasien dengan gastritis tipe A secara khusus asimtomatik kecuali untuk gejala defisiensi vitamin B12
6
·           Pada gastritis tipe B, pasien mengeluh anoreksia (nafsu makan buruk) nyeri ulu hati setelah makan, kembung, rasa asam di mulut, atau mual dan muntah.

Patofisiologi
            Gastritis akut :
Membran mukosa lambung menjadi edema dan hiperemi (kongesti dengan jaringan, cairan, dan darah) dan mengalami erosi superfisial, bagian ini mensekresi sejumlah getah lambung, yang mengandung sangat sedikit asam tetapi banyak mukus. Ulserasi superfisial dapat terjadi dan dapat menimbulkan hemoragi. Mukosa lambung mampu memperbaiki diri sendiri setelah mengalami gastritis. Kadang-kadang, hemoragi memerlukan intervensi bedah. Bila makanan pengiritasi tidak dimuntahkan tetapi mencapai usus, dapat mengakibatkan kolik dan diare. Biasanya, pasien sembuh kira-kira sehari, meskipun nafsu makan mungkin menurun selama 2 atau 3 hari kemudian.
            Gastritis kronis :
Dapat diklasifikasikan sebagai tipe A atau tipe B. Tipe A (sering disebut sebagai gastritis autoimun) diakibatkan dari perubahan sel parietal, yang menimbulkan atrofi dan infiltrasi seluler. Hal ini dihubungkan dengan penyakit autoimun seperti anemia perniseosa dan terjadi pada fundus atau korpus dari lambung. Tipe B (kadang disebut sebagai gastritis H.pylori) mempengaruhi antrum dan pylorus (ujung bawah lambung dekat duodenum). Ini dihubungkan dengan bakteri H.pylori; faktor diet seperti minum panas atau pedas; penggunaan obat - obatan dan alkohol; merokok; atau refluks isi usus ke dalam lambung.
Penatalaksanaan
Gastritis akut :
Diatasi dengan menginstruksikan pasien untuk menghindari alkohol dan makanan sampai gejala berkurang. Bila pasien mampu makan melalui mulut, diet mengandung gizi dianjurkan. Bila gejala menetap, cairan perlu diberikan secara parenteral. Bila perdarahan terjadi, maka penatalaksanaannya serupa dengan prosedur yang dilakukan untuk hemoragi saluran gastrointestinal atas.
7
Bila gastritis diakibatkan oleh mencerna makanan yang sangat asam atau alkali, pengobatan terdiri dari pengenceran dan penetralisasian agen penyebab.
·           Untuk menetralisasi asam, digunakan antasida umum (mis. Aluminium hidroksida). Untuk menetralisasi alkali, digunakan jus lemon encer atau cuka encer.
·           Bila korosi luas atau berat,  emetik dan lavase dihindari karena bahaya perforasi.
Terapi pendukung mencakup intubasi, analgesic dan sedatif, antacida, serta cairan intravena. Endoskopi fiber optik mungkin diperlukan. Pembedahan darurat mungkin diperlukan untuk mengangkat gangren atau cairan perforasi. Gastro jejunustomi atau reseksi lambung mungkin diperlukan untuk mengatasi obstruksi pilorus.
            Gastritis kronis :
Diatasi dengan memodifikasi diet pasien, meningkatkan istirahat, mengurangi stress, dan memulai farmakoterapi. H. pylori  dapat diatasi dengan antibiotik (seperti tetrasiklin atau amoksisilin) dan garam bismut (Pepto-Bismol). Pasien dengan gastritis A biasanya mengalami malabsorpsi vitamin B12 yang disebabkan oleh adanya antibodi terhadap faktor intrinsik.









8
BAB III
PEMBAHASAN
PROSES KEPERAWATAN
Pengkajian
Riwayat Kesehatan
Perawat mulai dengan mengambil riwayat lengkap, memfokuskan pada gejala – gejala umum disfungsi gastrointestinal. Gejala – gejala dimana pengkajian difokuskan mencakup nyeri, indigesti, gas usus, serta mual dan muntah.
Nyeri. Nyeri dapat menjadi gejala utama dari penyakit gastritis. Karakter, durasi, pola, frekuensi, dan waktu nyeri sangat bervariasi, tergantung pada penyebab dasar, yang juga mempengaruhi lokasi dan distribusi penyebaran nyeri. Faktor lain, seperti makanan, istirahat, defekasi, dan gangguan vaskuler, dapat mempengaruhi secara langsung nyeri ini.
Indigesti. Indigesti dapat diakibatkan oleh gangguan kontrol saraf lambung atau gangguan saluran GI atau bagian lain tubuh. Makanan berlemak cenderung menyebabkan ketidaknyamanan karena lemak tetap berada di dalam lambung lebih lama dari protein atau karbohidrat. Sayuran kasar dan makanan sangat berbumbu dapat juga menyebabkan penyakit berat.
Ketidaknyamanan atau distres abdomen atas yang berhubungan dengan makan merupakan keluhan paling umum dari pasien dengan disfungsi gastrointestinal. Dasar dari distres abdomen ini mungkin gerakan peristaltik lambung pasien sendiri.
Gas Usus (Sendawa dan Flatulens). Akumulasi gas di dalam saluran gastrointestinal dapat mengakibatkan sendawa, pengeluaran gas dari lambung melalui mulut, atau flatulens, pengeluaran gas dari rektum. Sendawa terjadi bila menelan udara yang dengan cepat dikeluarkan bila mencapai lambung. Biasanya, gas di usus halus melewati kolon dan dikeluarkan sebagai flatus. Pasien sering mengeluh kembung, distensi, atau merasa “penuh dengan gas”.

9
Mual dan Muntah. Kerja involunter muntah adalah gejala utama lain penyakit gastrointestinal . Muntah biasanya didahului dengan mual, yang dapat dicetuskan oleh bau, aktivitas, atau masukan makanan. Muntah dapat bervariasi isi dan warnanya. Muntah dapat berisi partikel makanan yang tidak tercerna atau darah (hematemesis). Bila ini terjadi segera setelah perdarahan, muntah berwarna merah terang. Bila darah telah tertahan dalam lambung, akan berubah menjadi warna kopi karena kerja enzim pencernaan.

Pemeriksaan Fisik
Temuan fisik kemudian dikaji untuk memastikan data subjektif yang didapat dari pasien . Abdomen diinspeksi , diauskultasi, dipalpasi, dan diperkusi. Pasien ditempatkan pada posisi supine. Kontur dan simetrisitas dari abdomen dapat dilihat dengan diidentifikasi penonjolan lokal, distensi, atau gelombang peristaltik. Auskultasi dilakukan sebelum perkusi dan palpasi (yang dapat meningkatkan motilitas usus dan dengan demikian merubah bising usus). Karakter, lokasi, dan frekuensi bising usus dicatat. Timpani atau pekak dicatat selama perkusi. Palpasi digunakan untuk mengidentifikasi massa abdomen atau area nyeri tekan. Adanya temuan abnormal harus dicatat sesuai dengan garis tanda permukaan (prosesus xifoideus, margin kostal, spina iliaka anterior, dan simfisis pubis) atau empat kuadran secara umum digunakan untuk menggambarkan abdomen (KkaA – kuadran kanan atas, KkaB- kuadran kanan bawah, KkiA-kuadran kiri atas, dan KkiB-kuadran kiri bawah).

Selama mengumpulkan riwayat, perawat menanyakan tentang tanda dan gejala pada pasien. Di antaranya adalah :
·           Apakah pasien mengalami nyeri ulu hati, tidak dapat makan, mual, atau muntah ?
·           Apakah gejala terjadi pada waktu kapan saja, sebelum atau sesudah makan, setelah mencerna makanan pedas atau pengiritasi, atau setelah mencerna obat tertentu atau alkohol ?
·           Apakah gejala berhubungan dengan ansietas, stress, alergi, makan atau minum terlalu banyak, atau makan terlalu cepat ?


10
·           Bagaimana gejala hilang ?
·           Adakah riwayat penyakit lambung sebelumnya atau pembedahan lambung ?
Riwayat diet ditambah jenis diet yang baru dimakan selama 72 jam, akan membantu. Riwayat lengkap sangat penting dalam membantu perawat untuk mengidentifikasi apakah kelebihan diet atau diet tidak wajar yang diketahui, berhubungan dengan gejala saat ini, apakah orang lain pada lingkungan pasien mempunyai gejala serupa, apakah pasien memuntahkan darah, dan apakah elemen penyebab yang dketahui telah tertelan.
Tanda yang diketahui selama pemeriksaan fisik mencakup nyeri tekan abdomen, dehidrasi (perubahan turgor kulit, membran mukosa kering), dan bukti adanya gangguan sistemik dapat menyebabkan gejala gastritis. Lamanya waktu dimana gejala saat ini hilang dan metode yang digunakan oleh pasien untuk mengatasi gejala, serta efek – efeknya, juga diidentifikasi.
Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan semua data pengkajian, diagnosa keperawatan utama mencakup sebagai berikut :
·           Ansietas berhubungan dengan pengobatan.
·           Perubahan nutrisi, kurang dari kebutuhan tubuh, berhubungan dengan masukan nutrien yang tidak adekuat.
·           Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan masukan cairan tidak cukup dan kehilangan cairan berlebihan karena muntah.
·           Kurang pengetahuan tentang penatalaksanaan diet dan proses penyakit.
·           Nyeri berhubungan dengan mukosa lambung teriritasi.

Intervensi Keperawatan
Tujuan
Tujuan utama mencakup mengurangi ansietas, menghindari makanan pengiritasi dan menjamin masukan nutrien adekuat, mempertahankan keseimbangan cairan, meningkatkan
11
kesadaran tentang penatalaksanaan diet, dan menghilangkan nyeri.
Mengurangi ansietas. Bila pasien mencerna asam atau alkali, maka tindakan darurat diperlukan. Terapi pendukung diberikan pada pasien dan keluarga selama pengobatan dan setelah mencerna asam atau alkali yang telah dinetralisasi atau diencerkan. Pasien perlu disiapkan untuk pemeriksaan diagnostik (endoskopi) atau pembedahan. Ansietas karena nyeri dan modalitas pemgobatan biasanya timbul, demikian juga rasa takut terhadap kerusakan permanen pada esofagus. Perawat menggunakan pendekatan untuk mengkaji pasien dan menjawab semua pertanyaan selengkap mungkin. Semua prosedur dan pengobatan dijelaskan sesuai dengan minat dan tingkat pemahaman pasien.
Meningkatkan nutrisi. Untuk gastritis akut, dukungan fisik dan emosi diberikan dan pasien dibantu untuk menghadapi gejala, yang dapat mencakup mual, muntah, sakit ulu hati, dan kelelahan. Makanan dan cairan tidak diijinkan melalui mulut selama beberapa jam atau beberapa hari sampai gejala akut berkurang. Bila terapi intravena diperlukan, pemberiannya dipantau dengan teratur, sesuai dengan nilai elektrolit serum. Bila gejala berkurang, pasien diberikan es batu diikuti dengan cairan jernih. Makanan padat diberikan sesegera mungkin untuk memberikan nutrisi oral, menurunkan kebutuhan terhadap terapi intravena, dan meminimalkan iritasi pada mukosa lambung. Bila makanan diberikan, adanya gejala yang menunjukkan berulangnya episode gastritis dievaluasi dan dilaporkan.
            Masukan minuman mengandung kafein adalah stimulan sistem syaraf pusat yang meningkatkan aktivitas lambung dan sekresi lambung. Merokok juga perlu dihindari karena nikotin akan mengurangi sekresi bikarbonat pankreas dan akan menghambat netralisasi asam lambung dalam duodenum. Nikotin juga meningkatkan stimulasi parasimpatis, yang meningkatkan aktivitas otot dalam usus  dan dapat menimbulkan mual dan muntah.
Meningkatkan keseimbangan cairan. Masukan dan keluaran cairan setiap hari dipantau untuk mendeteksi tanda-tanda awal dehidrasi (keluaran urine minimal 30ml/jam, masukan minimal 1,5 L/hari) bila makanan dan minuman ditunda, cairan intravena (3L/hari) biasanya diberikan. Masukan cairan ditambah nilai kalori diukur  (1L 5% dektrosa dalam air = 170 kalori karbohidrat). Nilai elektrolit (natrium kalium klorida) dapat dikaji setiap 24 jam untuk mendeteksi indikator awal ketidakseimbangan.

12
            Perawat harus selalu waspada terhadap adanya indikator gastritis hemoragi : (hematemesis atau muntah darah), takikardia, dan hipotensi. Bila ini terjadi, dokter diwaspadakan, dan tanda vital dipantau sesuai  kebutuhan kondisi pasien.
Menghilangkan nyeri. Pasien diintruksikan untuk menghindari makanan dan minuman yang dapat mengiritasi mukosa lambung. Perawat mengkaji tingkat nyeri dan kenyamanan pasien setelah penggunaaan obat-obatan dan menghindari zat pengiritasi.
Pendidikan pasien dan pertimbangan perawatan di rumah. Pengetahuan pasien tentang gastritis dievaluasi sehingga rencana penyuluhan dapat bersifat individual. Diet diresepkan dan disesuaikan dengan jumlah kebutuhan kalori harian pasien, makanan yang disukai dan pola makan.
            Pasien diberi daftar zat-zat untuk dihindari (mis. kafein; nikotin; bumbu pedas; pengiritasi; atau makanan sangat merangsang; alkohol). Antibiotik, garam bismut, obat-obatan untuk menurunkan sekresi lambung, dan obat-obatan untuk melindungi sel-sel mukosal dari sekresi lambung diberikan sesuai resep. Pasien dengan anemia permisiosa diberi instruksi tentang kebutuhan terhadap injeksi vitamin B12.
Evaluasi
Hasil yang Diharapkan
1.      Menunjukkan berkurangnya ansietas.
2.      Menghindari makan makanan pengiritasi atau minuman yang mengandung kafein atau alkohol.
3.      Mempertahankan keseimbangan cairan.
a.       Mentoleransi terapi intravena sedikitnya 1,5 L setiap hari.
b.      Minum 6 sampai 8 gelas air setiap hari.
c.       Mempunyai haluaran urin kira – kira 1L setiap hari.
d.      Menunjukkan turgor kulit yang adekuat.
4.      Mematuhi program pengobatan
a.       Memilih makanan dan minuman bukan pengiritasi.
b.      Menggunakan obat – obatan sesuai resep.
5.      Melaporkan nyeri berkurang.

13
BAB IV
PENUTUP
Kesimpulan
Gastritis adalah suatu proses inflamasi pada lapisan mukosa dan submukosa lambung dan secara hispatologi dapat dibuktikan dengan adanya infiltrasi sel-sel radang pada  daerah tersebut.
Gastritis bukan merupakan penyakit tunggal, tetapi terbentuk dari beberapa kondisi yang kesemuanya itu mengakibatkan peradangan pada lambung. Biasanya, peradangan tersebut merupakan akibat dari infeksi oleh bakteri yang sama dengan bakteri yang dapat mengakibatkan borok di lambung yaitu Helicobacter pylori. Tetapi faktor-faktor lain seperti trauma fisik dan pemakaian secara terus menerus beberapa obat penghilang sakit dapat juga menyebabkan gastritis. Walaupun banyak kondisi yang dapat menyebabkan gastritis, gejala dan tanda – tanda penyakit ini sama antara satu dengan yang lainnya.
Saran
Tenaga Keperawatan
Diharapkan mampu memahami tentang penatalaksanaan pada pasien dengan gastritis.
Mahasiswa
Diharapkan mampu menambah wawasan dan pengetahuan bagi semua mahasiswa tentang asuhan keperawatan pada pasien dengan gastritis.








14
DAFTAR PUSTAKA
Sumber : Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah , Brunner & Suddarth Ed. 8 Penerbit Buku Kedokteran EGC 2001




















15

0 komentar:

Posting Komentar

 

SHARE D' MOMENT Template by Ipietoon Blogger Template | Gadget Review