Senin, 08 Desember 2014

LAPORAN PENDAHULUAN PARANOID SKIZOFRENIA

Diposting oleh Unknown di 20.51

A.    Pengertian
Paranoid adalah ajektiva, kata sifat, untuk penderita paranoia. Paranoia didefinisikan sebagai penyakit mental di mana seseorang meyakini bahwa orang lain ingin membahayakan dirinya. Sedang dalam kamus Webster, paranoia didefinisikan sebagai gangguan mental yang ditandai dengan kecurigaan yang tidak rasional/logis.Dikatakan sebagai bentuk gangguan bila perilaku tersebut sifatnya menetap, mengganggu dan membuat tertekan (distressing). Akan tetapi, perilaku ini tidak disebut sebagai bentuk gangguan kepribadian bila kemunculan perilaku tersebut disebabkan oleh skizofrenia paranoid, gangguan mood (seperti depresi berat) dengan gejala psikotik, atau gangguan psikotik lainnya (faktor neurologi), atau sebab-sebab yang diakibatkan oleh kondisi medis.Paranoid schizophreniaadalah salah satu subtipe schizophrenia, kondisi kejiwaan di mana penderitanya kehilangan interaksi dengan realita. Paranoid schizophrenia ditunjukkan dengan delusi dan halusinasi yang dialami penderitanya. Tapi, penderitanya juga memiliki kemampuan berpikir dan beraktivitas yang lebih baik dibandingkan penderita subtipe schizophrenia lain.Kondisi ini membutuhkan perawatan seumur hidup. Tapi, dengan penanganan yang tepat, penderitanya bisa hidup membaur dan gejalanya akan terkontrol.
B.     Etiologi
Paranoid schizophrenia merupakan bentuk kelainan otak. Faktor genetis dan lingkungan berperan dalam menyebabkan kondisi ini. penyebab gangguan kepribadian ini disebabkan oleh respon pertahanan psikologis (mekanisme pertahanan diri) yang berlebihan terhadap berbagai stress atau konflik terhadap egonya dan biasanya sudah terbentuk sejak usia muda.





C.    Manifestasi Klinis
·      Gejala paranoid schizophrenia mencakup:
·      Halusinasi pendengaran, seperti mendengar suara-suara. Penderita mungkin mendengar suara-suara yang mengritik kemampuan mereka, atau memerintahkan mereka melakukan hal-hal tertentu.
·      Delusi, misalnya berpikir bahwa orang-orang ingin melukai kita atau percaya kita bisa terbang. Delusi bisa berujung pada perilaku agresif atau kekerasan, jika penderitanya merasa terancam.
·      Kecemasan berlebih atau anxiety.
·      Tampak tidak memiliki emosi.
·      Penuh dengan kemarahan.
·      Bersikap kasar.
·      Selalu berargumen.
·      Merasa diri paling penting atau bersikap memerintah.
·      Memiliki keinginan atau usaha bunuh diri.
Halusinasi pendengaran dan delusi merupakan dua karakter utama subtipe schizophrenia ini. Penderita paranoid schizophrenia juga jarang sekali terganggu dengan masalah suasana hati (mood), cara atau proses berpikir, konsentrasi, maupun perhatian.
Faktor Risiko
Beberapa hal yang meningkatkan risiko munculnya paranoid schizophrenia, yaitu:
·      Riwayat schizophrenia di keluarga.
·      Terpapar virus ketika di dalam rahim.
·      Kurang asupan nutrisi saat di dalam rahim.
·      Stres.
·      Jarak umur dengan orang tua yang cukup jauh.
·      Menggunakan obat-obatan psikoaktif saat remaja.
Gejala-gejala ini umumnya berkembang antara usia remaja hingga pertengahan 30-an.
Komplikasi
Paranoid schizophreniayang tidak ditangani dengan benar dapat menyebabkan komplikasi berikut:
§  Keinginan atau usaha bunuh diri.
§  Perilaku merusak diri sendiri.
§  Depresi.
§  Penyalahgunaan alkohol, obat-obatan terlarang, maupun obat yang diresepkan.
§  Kemiskinan dan tuna wisma.
§  Pengurungan, misalnya oleh keluarga.
§  Konflik keluarga.
§  Tidak mampu bekerja atau bersekolah.
§  Masalah kesehatan akibat penggunaan obat antipsikosis.
§  Menjadi pelaku ataupun korban kejahatan.
§  Terkena penyakit jantung atau paru-paru.
D.    Penatalaksanaan
Penanganan semua subtipe schizophrenia sebenarnya serupa. Tapi, tiap penderita mungkin menjalani perawatan yang berbeda, bergantung pada tingkat keparahan gejala dan kondisi penderitanya masing-masing. Bentuk penanganan paranoid schizophrenia berupa penggunaan obat-obatan, psikoterapi (konseling), rawat inap di rumah sakit, electroconvulsive therapy (ECT), dan pelatihan kemampuan vokasional.Penderita paranoid schizophrenia harus selalu mengonsumsi obat sesuai resep, tahu cara mengontrol gejala, serta menghindari alkohol dan obat-obatan terlarang.


KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
1.     Pengkajian
Simtomatologi ( Data Subjektif dan Objektif ) pada klien dengan Skizofrenia, Delusi dan kelainan-kelainan yang berhubungan dengan Psikosis didapatkan
a. Autisme
Merupakan suatu keadaan yang berfokus pada batiniah (inner side ). Seseorang mungkin saja menciptakan dunia sendiri. Kata-kata  dan kejadian-kejadian tertentu mungkin mempunyai arti yang khusus untuk orang psikosis, arti suatu simbolik alamiah yang hanya mengerti oleh individu tersebut.
b. Ambivalensi emosi
Kekuatan emosai cinta, benci dan takut menghasilkan banyak konflik dalam diri seseorang. Setiap kali terjadi kecenderungan untuk mengimbangi orang lain sampai netralisasi emosional terjadi dan akibatnya individu tersebut akan mengalami kelesuan atau rasa acuh tak acuh.
c. Afek tak sesuai
Afeknya datar, tumpul dan seringkali tidak sesuai (misalnya pasien tertawaa saat menceritakan kematian salah seorang orang tuanya).
d. Kehilangan Asosiatif
Istilah ini menggambarkan disorganisasi pikiran yang amat sangat dan bahasa verbal dari orang yang psikosis. Pikirannya sangat cepat , disertai dengan perpindahaan ide dari suatu pernyataan kepernyataan berikut.
e. Ekolalia
Orang yang psikosis seringkali mengulangi kata-kata yang didengarnya.
f. Ekopraksia
Orang yang psikosis seringkali mengulangi gerakan orang lain yang dilihatnya (Ekolalia dan ekopraksia adalah hasil dari  batas ego seseorang yang sangat lemah).
g. Neologisme
Orang yang psikosis  seringkali mengulangi kata-kata yang didengarnya.
h. Pikiran konkrit
Orang psikosis memiliki kesukaran untuk berpikir abstrak dan mengartikan hanya secara harafiah aspek-aspek yang ada dilingkungannya.
i.Asosiasi gema / clang
Orang psikosis menggunakan kata-kata bersajak dengan suaatu pola yang menyimpang dari ketentuan yang sebenarnya.
j.  Kata-kata tak beraturan
Orang yang psikosis akan memakai kata-kata bersama-sama secara acak dan tak beraturan tanpa hubungaan yang logis.
k.  Delusi
Istilah ini menunjukkan adanya ide-ide atau keyakinan-keyakinan yang salah. Jenis-jenis waham ini mencakup :
(1)   Kebesaran
Seseorang memiliki suatu perasaan berlebihan dalam kepentingan atau kekuasaan.
(2)   Curiga
Seseorang merasa terancam dan yakin bahwa orang lain bermaksud untuk membahayakan atau mencurigai dirinya.
Semua kejadian dalam lingkungan sekitarnya diyakini merujuk/terkait kepada dirinya.
(3)   Kontrol
Seseorang percaya bahwa obyek atau orang tertentu mengontrol perilakunya.
l. Halusinasi
Istilah ini menggambarkan persepsi sensori yang salah yang mungkin meliputi salah satu dari kelima pancaindra. Halusinasi pendengaran dan penglihatan yang paling umum terjadi, halusinasi penciuman, perabaan, dan pengecapan juga dapat terjadi.
m. Regresi
Suatu mekanisme pertahanan ego yang paling mendasar yang digunakan oleh seseorang psikosis. Perilaku seperti anak-anak dan tehnik-tehnik yang dirasa aman untuk dirinya digunakan. Perilaku sosial yang tidak sesuai dapat terlihat dengan jelas.


n.  Religius
Orang psikosis menjadi penuh dengaaan ide religius, pikiran mekanisme pertahanan yang digunakan dalam suatu usaha untuk menstabilkan dan memberikan struktur bagi pikiran dan perilaku disorganisasi.

Diagnosa Keperawatan dan Perencanaan

1. Resiko tinggi menciderai diri sendiri, orang lain dan lingkungan sekitar          berhubungan dengan :
§  Kurang rasa percaya : kecurigaan terhadap orang lain
§  Panik
§  Rangsangan katatonik
§  Reaksi kemarahan/amok
§  Instruksi dari halusinaasi
§  Pikiran delusional
§  Berjalan bolak balik
§   Peningkatan aktifitas motorik, langkah kaki, rangsangan, mudah tersinggung, kegelisahan.
Perencanaan :
Tujuan  :
Tujuan Umum:
Pasien tidak akan menciderai  dirinya, orang lain dan lingkungan.
Tujuan khusus:
Dalam 2 minggu pasien dapat mengenal tanda-tanda peningkatan ansietas dan kegelisahan dan melaporkan kepada perawat agar diberikan intervensi sesuai kebutuhan
 Intervensi dan rasional :
(a)     Pertahankan agar lingkungan pasien pada tingkat stimulus yang rendah (penyinaran rendah, sedikit orang, dekorasi yang sederhana, tingkat kebisingan rendah ).


Rasional :
Tingkat ansietas akan meningkat dalam lingkungan yang penuh stimulus. Individu yang ada mungkin dirasakan sebagai suatu ancaman karena mencurigakan, sehingga akhirnya membuat pasien agitasi.
(b)   Observasi secara ketat perilaku pasien (setiap 15 menit). Kerjakan hal ini sebagai suatu kegiatan yang rutin untuk menghindari timbulnya kecurigaan dalam diri pasien.
Rasional :
Observasi ketat merupakan hal yang penting, karena dengan demikian intervensi yang tepat dapat diberikan segera dan untuk selalu memastikan bahwa pasien berada dalam keadaan aman.
(c)    Singkirkan semua benda-benda yang dapat membahayakan dari lingkungan sekitar pasien,
Rasional:
Jika pasien berada dalam keadaan gelisah, bingung, pasien tidak akan menggunakan benda-benda tersebut untuk membahayakan diri sendiri maupun orang lain.
(d)   Coba salurkan perilaku merusak diri ke kegiatn fisik untuk menurunkan ansietas pasien (mis,memukuli karung pasir).
Rasional :
Latihan fisik adalah suatu cara yang aman dan efektf untuk menghilangkan ketegangan yang terpendam.
(e)    Staf harus mempertahankan dan menampilkan perilaku yang tenang terhadap pasien.
Rasional :
Ansietas menular dan dapat ditransfer dari perawat kepada pasien.
(f)    Miliki cukup staf yang kuat secara fisik yang dapat membantu mengamankan pasien jika dibutuhkan.
Rasional :
Hal ini dibutuhkan untuk mengontrol situasi dan juga memberikan keamanan fisik kepada staf.
(g)  Berikan obat-obatan tranquilizer sesuai program terapi pengobatan. Pantau keefektifan obat-obatan dan efek sampingnya.
Rasional :
Cara mencapai “ batasan alternatif yang paling sedikit “ harus diseleksi ketika merencanakan intervensi untuk psikiatri.
(h)  Jika pasien tidak menjadi tenang dengan cara “ mengatakan sesuatu yang lebih penting daripada yang dikatakan oleh pasien (menghentikan pembicaraan) “  atau dengan obat-obatan, gunakan alat-alat pembatasan gerak ( fiksasi ). Pastikan bahwa anda memiliki cukup banyak staf untuk membantu. Ikuti protokol yang telah ditetapkan oleh institusi. Jika pasien mempunyai riwayat menolak obat-obatan, berikan obat setelah fiksasi dilakukan.
(i)  Observasi pasien yang dalam keadaan fiksasi setiap 15 menit (sesuai kebijakan institusi). Pastikan bahwa sirkulasi pasien tidak terganggu (periksa suhu, warna dan denyut nadi pada ekstremitaas pasien). Bantu pasien untuk memenuhi, kebutuhannya untuk nutrisi, hidrasi dan eliminasi. Berikan posisi yang memberikan rasa nyaman untuk pasien dan dapat mencegah mencegah aspirasi.
Rasional :
Keamanan klien merupakan prioritas keperawatan.
(j) Begitu kegelisahan menurun, kaji kesiapan pasien untuk dilepaskan dari fiksasi. Lepaskan satu persatu fiksasi pasien atau dikurangi secara bertahap, jangan sekaligus, sambil terus mengkaji respons pasien.
Rasional :
Meminimalkan resiko kecelakaan bagi pasien dan perawat.

Kriteria hasil :
(a) Ansietas dipertahankan pada tingkat dimana pasien tidak menjadi agresif
(b) Pasien memperlihatkan rasa percaya kepada oraang lain disekitarnya
(c) Pasien mempertahankan orientasi realitanya.



2.  Koping Individu tak efektif berhubungan dengan :
§  Ketidakmampuan untuk percaya kepada orang lain
§  Panik
§  Kesensitifan ( kerentanan ) seseorang
§  Rendah diri
§  Contoh peraan negatif
§  Menekan rasa takut
§  Sistem pendukung tidak adekuat
§  Ego kurang berkembang
§  Kemungkinan faktor heriditer
§  disfungsi sistem keluarga.
Batasan Karakteristik :
§  kelainan daalam partisipasi sosial
§  ketidakmampuan memenuhi kebutuhan dasar
§  penggunaan mekanisme pertahanan diri tidak sesuai
Perencanaan
Tujuan
Tujuan umum
Pasien dapat menggunakan koping adaptif, yang dibuktikan oleh adanya kesesuaian antara interaksi dan keinginan untuk berpartisipasi dalam masyarakat.
Tujuan khusus :
Pasien akan mengembangkan rasa percaya kepada orang lain,
pasien tidak mudah panik
pasien  dapat mengontrol rasa takut dan rendah diri
Intervensi dan rasional :
(a)  Dorong perawat yang sama untuk bekerjasama dengan pasien sebanyak mungkin
Rasional :
Mempermudah perkembangan hubungan saling percaya.
(b) Hindari kontak fisik
Rasional
Pasien yang curiga mungkin mengartikan sentuhaan sebagai bahasa tubuh yang mengisyaratkan ancaman.
(c)  Hindari tertawa, berbisik-bisik, atau bicara pelan-pelan didekat pasien sehingga pasien daapat melihat hal tersebut namun tak dapat mendengar apa yang dibicarakan.
Rasional
Pasien curiga seringkali yakin bahwa orang lain sedang membicarakan dirinya, dan sikap yang serba rahasia akan mendukung munculnya rasa curiga.
(d) Jujur dan selalu tepati janji.
Rasional
Kejujuran rasa membutuhkan orang lain akan mendukung munculnya suatu hubungan saling percaya.
(e) Kemungkinan besar dibutuhkan pendekataaan yang kreatif untuk mendukung masukan makanan ( misalnya makanan kaleng, makanan milik pribadi atau makanan khas keluarga yang akan memberikan kesempatan lebih besar untuk hal ini ).
Rasional
Pasien curiga sering yakin bahwa mereka akan diuracuni sehingga pasien menolak untuk makan makanan yang disiapkan oleh seseorang dalam piringnya.
(f)  Periksa mulut pasien setelah minum obat
Rasional
Meyakinkan bahwa pasien telah menelan obatnya dan tidak mencoba obat tersebut.
(g)   Jangan berikan kegiatan yang bersifat kompetitif. Kegiatan yang mendukung adanya hubungan interpersonal ( satu-satu ) dengan perawat atau terapis adalah kegiatan yang terbaik.
Rasional
Kegiatan kompetitif merupakan kegiatan yang sangat mengancam paasien-pasien curiga.
(h)   Motivasi pasien untuk mengatakan perasaan yang sebenarnya. Perawat harus menghindari sikap penolakan tehadap perasaan maraah yang ditujukan pasien langsung kepada diri perawat.
Rasional
Mengungkapkan perasaan secara verbal dalam suatu lingkungan yang tidak mengancam mungkin akan menolong pasien untuk sampai kepada saat tertentu dimana pasien dapat mencurahkan perasaan yang telah lama terpendam.
(i)     Sikap asertif, sesuai kenyataan, pendekatan yang bersahabat akan menjadi hal yang tidak mengancam pasien yang curiga.
Rasional
Pasien curiga tidak memiliki kemampuan untuk berhubungaan dengan sikap yang bersahabat atau yang ceria sekali.
Kriteria Hasil :
(a) Pasien dapaat menilai situasi secara realistik daan tidak melakukan tindakan projeksi perasaannya dalam lingkungan tersebut.
(b) Pasien dapat mengakui dan mengklarifikasi kemungkinan salah interpretasi terhadap perilaku dan perkataan orang lain
(c) Pasien makan makanan dari piring Rumah Sakit dan minum obat tanpa memperlihatkan rasa tidak percaya
(d) Pasien dapat berinteraksi secara tepat / sesuai dengan kooperatif dengan perawat dan rekan-rekannya.

3.  Perubahan persepsi sensori : Pendengaran/penglihatan berhubungan dengan :
§  panik
§  menarik diri
§  stress berat, mengancam ego yang lemah.
Batasan karakteristik :
§  berbicara dan tertawa sendiri
§  bersikap seperti mendengarkaan sesuatu ( memiringkan kepala kesatu sisi seperti jika seseorang sedang mendengarkan sesuatu ).
§  Berhenti berbicara ditengah-tengah kalimat unutk mendengarkaan sesuatu
§  Disorientasi
§  Konsentrasi rendah
§  Pikiran cepat berubah-ubah
§  Kekacauan alur fikiran
§  Respon yang tidak sesuai
Perencanaan :
Tujuan
Tujuan umum
Pasien dapat mendefinisikan dan memeriksa realitas, mengurangi terjadinya halusinasi.
Tujuan khusus :
Pasien dapat mendiskusikan isi halusinasinya dengan perawat dalaam waaktu 1 minggu.
Intervensi dan rasional :
(a)  Observasi pasien dari tanda-tanda halusinasi ( sikap seperti mendengarkan sesuatu, bicara atau tertawa sendiri, terdiam ditengah-tengah pembicaraan ).
Rasional :
Intervensi awal akan mencegaah respons agresif yang diperintah dari   halusinasinyaa.
(b)   Hindari menyentuh pasien sebelum mengisyaratkan kepadanya bahwa kita juga tidak apa-apa diperlakukan seperti itu
Rasional :
Pasien dapat saja mengartikan sentuhan sebagaai suatu ancaman dan berespons dengan cara yang agresif.
(c)    Sikap menerima akan mendorong pasien untuk menceritakan isi halusinaasinya dengan perawat.
Rasional
Penting untuk mencegah kemungkinan terjadinya cedera terhadap pasien atau orang lain karena adanya perintah dari halusinasi.
(d)   Jangan dukung halusinasi. Gunakan kata-kata “suara tersebut” daripada kata-kata “mereka” yang secara tidak langsung akan memvalidasi hal tersebut. Biarkan pasien tahu bahwa perawat tidak sedang membagikaan persepsi. Katakan “meskipun saya menyadari bahwa suara-suara tersebut nyata untuk anda, saya sendiri tidak mendengarkan suara-suara yang berbicara apapun.”
 Rasional
Perawat harus jujur kepada pasien sehingga pasien menyadari bahwa halusinasi    tersebut adalah tidak nyata.
(e)    Coba untuk menghubungkan waktu terjadinya halusinasi dengan waktu meningkatnmya ansietas. Bantu pasien untuk mengerti hubungaan ini.
Rasional :
Jika pasien dapat belajar untuk menghentikan peningkatan ansietas, halusinasi dapat dicegah.
(f)    Coba untuk mengalihkan pasien dari halusinasinya.
Rasional
Keterlibatan pasien dalam kegiatan-kegiataan interpersonal dan jelaskan tentang situasi kegiatan tersebut, hal ini akan menolong pasien untuk kembali kepada realita.
Kriteria hasil
(a) Pasien dapat mengakui bahwa halusinasi terjadi pada saat ansietas meningkat secara ekstrem.
(b)  Pasien dapat mengatakan tanda-tanda peningkatan ansietas dan menggunakan tehnik-tehnik tertentu untuk memutus ansietas tersebut.
 Evaluasi
Hasil yang diharapkan pada klien dengan perilaku paranoid :
1.    Dapat berfikir dan realitas
2.    Dapat mengekspresikan perasaanya
3.    Klien dapat mengembangkan persepsi diri positif
4.    Klien dapat berhubungan dengan lingkungannya dapat berinteraksi dengan baik.




DAFTAR RUJUKAN
Dirgagunarsa, Singgih. (1988) Pengantar Psikologi. Jakarta : BPK Gunung Mulia.
Maramis, W.F. (1980) Ilmu Kedokteran Jiwa. Surabaya : Airlangga University.



0 komentar:

Posting Komentar

 

SHARE D' MOMENT Template by Ipietoon Blogger Template | Gadget Review