A.
PENGERTIAN
Skizofrenia adalah suatu deskripsi sindrom dengan variasi
penyebab (banyak belum diketahui) dan perjalanan penyakit (tak selalu bersifat
kronis) yang luas, serta sejumlah akibat yang tergantung pada pertimbangan
pengaruh genetik, fisik, dan sosial budaya.
Skizofrenia residual adalah skizofrenia yang diawali
dengan gejala positif, namun minimal dalam waktu satu tahun terakhir telah
timbul gejala negatif.
Perilaku pada skizofrenia residual adalah eksentrik, tetapi
gejala-gejala psikosis saat diperiksa/dirawat tidak menonjol. Menarik diri dan
afek yang tidak serasi merupakan karakteristik dari kelainan ini. Pasien
memiliki riwayat paling sedikit satu episode skizofrenia dengan gejala-gejala
yang menonjol.
Orang-orang yang mengalami gangguan skizofrenia residual adalah
orang-orang yang sekurang-kurangnya memiliki riwayat episode psikotik yang
jelas pada masa lampau dan sekarang memperlihatkan beberapa tanda skizofrenia,
seperti emosi yang tumpul, menarik diri dari oranng-orang lain (masyarakat),
bertingkah laku eksentrik, atau mengalami gangguan pikiran, tetapi
simtom-simtomini pada umumnya tidak begitu kuat. Selanjutnya, simtom-simtom
seperti halusinasi dan delusi tidak sering terjadi atau hanya samar-samar
(Holmes, 1991).
Skizofrenia residual, merupakan keadaan skizofrenia dengan
gejala-gejala primernya Bleuler, tetapi tidak jelas adanya gejala-gejala
sekunder. Keadaan ini timbul sesudah beberapa kali serangan skizofrenia,
(Maramis, 2004).
B.
ETIOLOGI
Penyebabnya tidak diketahui dan merupakan suatu tantangan riset
yang dilakukan dan telah banyak faktor predisposisi dan presipitasi yang
diketahui.
Herediter pentingnya faktor genetika dibuktikan secara memungkinkan resiko masyarakat umum 1%, pada orang tua resiko Skizoprenia 5%, pada saudara kandung 8% dan pada anak–anak 10%.
Lingkungan gambaran pada penderita kembar seperti kembar identik 40% sampai 65% berpeluang menderita skizofrenia, sedangkan kembar dizigotik 12%, ini menunjukan bahwa lingkungan juga cukup berperan dalam menampilkan penyakit pada individu yang memiliki predisposisi dari faktor genetika.
Emosi yang diekspresikan, jika keluarga Skizoprenia memperlihatkan emosi yang diekspresikan secara berlebihan, misal klien sedang di omeli atau terlalu banyak dikekang dengan aturan–aturan yang berlebihan maka kemungkinan kambuh lebih besar.
Herediter pentingnya faktor genetika dibuktikan secara memungkinkan resiko masyarakat umum 1%, pada orang tua resiko Skizoprenia 5%, pada saudara kandung 8% dan pada anak–anak 10%.
Lingkungan gambaran pada penderita kembar seperti kembar identik 40% sampai 65% berpeluang menderita skizofrenia, sedangkan kembar dizigotik 12%, ini menunjukan bahwa lingkungan juga cukup berperan dalam menampilkan penyakit pada individu yang memiliki predisposisi dari faktor genetika.
Emosi yang diekspresikan, jika keluarga Skizoprenia memperlihatkan emosi yang diekspresikan secara berlebihan, misal klien sedang di omeli atau terlalu banyak dikekang dengan aturan–aturan yang berlebihan maka kemungkinan kambuh lebih besar.
C.
TANDA GEJALA
Suatu stadium kronis dari skizofrenia yg lebih lanjut ditandai
dengan gejala negatif yg panjang, walaupun belum tentu irreversibel.
Gejala negatif :
1. perlambatan psikomotor
2. aktivitas menurun
3.afek tumpul
4. sikap pasif tak punya inisiatif, tak punya minat dan energi sama sekali
Gejala negatif :
1. perlambatan psikomotor
2. aktivitas menurun
3.afek tumpul
4. sikap pasif tak punya inisiatif, tak punya minat dan energi sama sekali
5.banyak diam
6.perawatan diri buruk
7. kinerja sosial buruk
(Hal ini dapat karena akibat traumatis masa kecil, contohnya seorang anak yang normal tanpa cacat dilidah namun ia mengalami penyiksaan berupa ancaman dijebloskan kesumur oleh orang tuanya. Akhirnya hingga dewasa mengalami kebisuan dan gagu padahal secara medis bagian panca indranya tidak mengalami kerusakan, namun bagian neuroleptikanya memerlukan terapi authisme sehingga dapat kembali berbicara normal, Selain faktor traumatik hal ini juga diakibatkan faktor lingkungan dan faktor sosial yang buruk).
6.perawatan diri buruk
7. kinerja sosial buruk
(Hal ini dapat karena akibat traumatis masa kecil, contohnya seorang anak yang normal tanpa cacat dilidah namun ia mengalami penyiksaan berupa ancaman dijebloskan kesumur oleh orang tuanya. Akhirnya hingga dewasa mengalami kebisuan dan gagu padahal secara medis bagian panca indranya tidak mengalami kerusakan, namun bagian neuroleptikanya memerlukan terapi authisme sehingga dapat kembali berbicara normal, Selain faktor traumatik hal ini juga diakibatkan faktor lingkungan dan faktor sosial yang buruk).
KONSEP ASUHAN
KEPERAWATAN
I.
PENGKAJIAN
Pengkajian dilakukan dengan wawancara dan observasi kepada klien
dan keluarga yang menghantar. Pengkajian pertama kali dilakukan secara lengkap
guna menggali informasi yang dibutuhkan untuk terapi guna kesembuhan klien.
Beberapa hal yang dapat dikaji kepada klien antara lain :
a.
Identitas
Meliputi:
Meliputi:
·
Nama
·
Umur
·
Jenis kelamin
·
Pekerjaan
b.
Alasan masuk
Meliputi:
· Penyebab klien masuk rumah sakit
· Usaha yang sudah dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut dan
hasilnya.
c.
Faktor
Predisposisi
Meliputi
· Riwayat penyakit masa lalu dan hasil pengobatan sebelumnya
· Riwayat penyakit keluarga
· Riwayat trauma yag pernah dialami
· Masalah keperawatan yang muncul
d.
Faktor Fisik
Meliputi:
· Tanda-tanda vital ( tekanan darah, nadi, suhu, RR )
· Tinggi dan berat badan
e.
Faktor
psikososial
Meliputi:
· Genogram
· Menggambarkan hubungan klien dengan keluarga minimal 3 generasi
keatas
· Masalah keperawatan yang muncul
· Konsep diri
Gambaran diri
Identitas diri
Ideal diri
Harga diri
Masalah keperawatan yang muncul
Identitas diri
Ideal diri
Harga diri
Masalah keperawatan yang muncul
· Hubungan social
Orang yang berarti dalam hidupnya
Kelompok yang berarti dalam masyarakat
Keterlibatan klien dalam kelompok tersebut
Kelompok yang berarti dalam masyarakat
Keterlibatan klien dalam kelompok tersebut
· Spirual
Nilai dan
keyakinan
Kegiatan ibadah
Masalah keperawatan yang muncul
Kegiatan ibadah
Masalah keperawatan yang muncul
· Status Mental
Penampilan
Pembicaraan
Aktivitas motorik alam perasaan
Pembicaraan
Aktivitas motorik alam perasaan
Waham
Isi pikir
Tingkat kesadaran
Memori
Tingkat konsentrasi dan berhitung
Isi pikir
Tingkat kesadaran
Memori
Tingkat konsentrasi dan berhitung
· Kebutuhan persiapan pulang
Makan
BAK / BAB
Mandi
Berpakaian
Pemeliharaan kesehatan di dalam rumah
BAK / BAB
Mandi
Berpakaian
Pemeliharaan kesehatan di dalam rumah
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Resiko kekerasan terhadap diri sendiri dan orang lain b.d status emosional.
2. Isolasi sosial b.d kurang rasa percaya diri kepada orang lain, sukar berinteraksi dengan orang lain
3. Perubahan persepsi sensorik (pendengaran) b.d halusinasi, panik, stess berat.
1. Resiko kekerasan terhadap diri sendiri dan orang lain b.d status emosional.
2. Isolasi sosial b.d kurang rasa percaya diri kepada orang lain, sukar berinteraksi dengan orang lain
3. Perubahan persepsi sensorik (pendengaran) b.d halusinasi, panik, stess berat.
DX. 2
Isolasi sosial b.d kurang rasa percaya diri
kepada orang lain, sukar berinteraksi dengan orang lain
Tujuan & Kriteria hasil Tindakan
Keperawatan
Kriteria hasil :
a. Pasien dapat mendemonstrasikan keinginan dan hasrat untuk bersosialisasi dengan orang lain.
b. Pasien dapat mengikuti aktifitas kelompok tanpa di suruh.
c. Pasien melakukan interaksi satu-satu dengan orang lain dengan cara yang sesuai atau dapat diterima.
a. Pasien dapat mendemonstrasikan keinginan dan hasrat untuk bersosialisasi dengan orang lain.
b. Pasien dapat mengikuti aktifitas kelompok tanpa di suruh.
c. Pasien melakukan interaksi satu-satu dengan orang lain dengan cara yang sesuai atau dapat diterima.
INTERVENSI
1.
Dentifikasi
factor signifikan support individu klien dan mendorong mereka untuk
berinteraksi dengan klien, percakapan ditelepon, beraktifitas dan
mengunjunginya.
2. Bantu klien membedakan antara isolasi sosiol dan hasrat untuk mandiri.
2. Bantu klien membedakan antara isolasi sosiol dan hasrat untuk mandiri.
3. Bantu klien menemukan klien lain untuk sosialisasi dengan orang yang memiliki kesukaan yang sama.
4. Perlihatkan sikap menerima dengan cara melakukan kontak yang sering tapi singkat.
5. Perlihatkan penguatan positif pada klien.
6. Temani klien untuk memperlihatkan dukungan selama aktifitas kelompok yang mungkin merupakan hal yang menakutkan atau sukar untuk pasien.
IMPLEMENTASI
1.
Menumbuhkan rasa
berani dan percaya diri pada klien, dan mampu berinteraksi dengan orang lain.
2.
Klien mampu
membedakan antara isolasi sosiol dan hasrat untuk mandiri.
3.
Klien mampu
menemukan klien lain untuk sosialisasi dengan orang yang memiliki kesukaan yang
sama.
4.
Klien mampu
menerima orang lain
5.
Klien mempunyai
rasa percaya pada diri sendiri
6.
Memberi rasa
nyaman pada klien paada lingkungan sekitar
EVALUASI
Setelah dilakukan pengkajian, mengangkat
diagnose, melakukan intervensi sesuai keadaan klien, dan implementasi
diharapkan klien mampu berinteraksi baik dengan orang lain, dan tidak mengalami
ganguuan komunikasi.
DAFTAR RUJUKAN
Townsend. C.M. tahun. Diagnosa Keperawatan Pada Keperawatan Psikiatri. Jakarta.
Penerbit EGC.
0 komentar:
Posting Komentar