Senin, 08 Desember 2014

LAPORAN PENDAHULUAN HOMOSEXUALITAS

Diposting oleh Unknown di 21.03


A.  Pengertian Homoseksual
Homoseksual secara umum. Homosekual menurut Soejono adalah hubungan sesama pria. Gejala ini terdapat juga di Indonesia walaupun tidak sebanyak yang kita jumpai di Amerika / Eropa. Homosex di Indonesia dianggap sebagai perbuatan terkutuk dan yang tertangkap diajukan kepengadilan, meskipun petugas-petugas hukum menyadari bahwa perbuatan tersebut diluar keinginan sipelaku dan merupakan penyakit. Biasanya gejala-gejala tersebut dimulai didalam penjara. homoseks dipenjara.
Homoseks sesungguhnya biasanya terdapat dipenjara dan ditempat itu mereka saling mengajak para anggota sekelamin untuk bersetubuh atau merusak moral orang yang belum dewasa. Secara bersama-sama mereka mengambil keuntungan dari penyimpangan fisiknya sehingga membuat kesulitan bagi pegawai-pegawai penjara. Pengawas-pengawas ini rata-rata mempunyai pengetahuan dalam menghadapi orang-orang semacam ini. Mereka biasanya membalas tiap-tiap tindakan individu itu dengan cenderung untuk menghina dan melakukan kekerasan tanpa belas kasihan.
Abnormalitas dalam pemuasan dorongan seksual itu dibagi dalam tiga golongan, yaitu:
1.    Abnormalitas seks disebabkan oleh dorongan seksual abnormal. Termasuk di dalamnya adalah (1) prostitusi pelacuran; (2) promiskuitas; (3) perzinaan atau adultery; (4) seduksi bujukan dan perkosaan; (5) frigiditas atau kebekuab seks; (6) impotensi; (7) ejakulasi premature; (8) coupulatory Impotency dan pshycogenic aspermia, atau pembuangan sperma yang terlalu cepat; (9) nymphomania atau hyperseksualitas; (10) satyriasis atau satiro mania, yaitu hyperseksualitas pada pria; (11) vaginismus atau kontraksi pada vagina; (12) dispareuni yaitu sulit dan merasa sakit sewaktu bersaenggama; (13) anorgasme yaitu ejakulasi atau pengeluaran air mani namun tanpa puncak kepuasaan seksual/orgasme dan (14) kesukaraan coitus pertama.
2.    Abnormalitas seks disebabkan oleh partner seks yang abnormal. Termasuk di dalamnya ialah : (1) homoseksualitas, oral erotisme, anal erotisme, dan interfemoral coitus, (2) lesbianisme, (3) bestialisty atau persetubuhan dengan binatang, (4) zoofilia, bentuk cinta-mesra denagn binatang, (5) nekrofilia yaitu hubungan seksual dengan orang mati,(6) pornografi dan obscenity /dukana, (7) pedofilia atau persetubuhan dengan anak kecil, (8) fathisisme, (9) frottage, yaitu kepuasan seks dengan meraba-raba orang lain, (10) geronto-seksualitas yaitu persetubuhan denagn wanita tua atau berumur lanjut, (11) incest atau relasi seks dalam kaitan kekerabtan/keturunan yang snagta dekat, (12) saliromania, yaitu mendapatkan kepuasan seks dengan mengotori badan wanita, (13) tukar isteri disebut juga sebagai tukar kunci, (14) misofilia, koprofilia dan urofilia, yaitu melakukan coitus yang dibarengi dengan kesenangan pada kotoran, hal-hal yang najis tahi dan air kemih.
3.    Abnormalitas seks dengan cara-cara yang abnormal dalam pemuasan dorongan seksualnya. Termasuk dalam kelompok ini ialah : (1) onani atau masturbasi, (2) sadism, (3) masokhisme dan sadomasokhisme, (4) voyeurism, yaitu mendapatkan kepuasn seks dengan diam-diam melihat orang bersenggama dan telanjang melalui lubang kunci, (5) ekhsibionisme, kepuasan seks dengan memperlihatkan alat kelaminnya, (6) skoptifilia mendapatkan kepuasan seks dengan melihat orang-orang lain bersetubuh, atau melihat alat kelamin orang lain, (7) transvestitisme, yaitu nafsu patologis untuk memakai pakaina dari lawan jenis kelamin, (8) transseksualisme, merasa memiliki seksualitas yang berlawanan dengan struktur fisiknya/banci, (9) triolisme atau melakukan senggama, dengan mengikut sertakan orang lain untuk menonton dirinya.
Homoseksual secara khusus. Ketika seseorang menyebutkan homoseksual, kata-kata homoseksual ini dapat mengacu pada tiga aspek:
1.    Orientasi Seksual / Sexual Orientation
Orientasi seksual - homoseksual yang dimaksud disini adalah ketertarikan / dorongan / hasrat untuk terlibat secara seksual dan emosional terhadap orang yang berjenis kelamin sama. American Psychiatric Association menyatakan bahwa orientasi seksual berkembang sepanjang hidup seseorang. Sebagai informasi tambahan, dalam taraf tertentu, pada umumnya setiap orang cenderung memiliki rasa ketertarikan terhadap sesama jenis. Seperti misalnya saja: pria yang mengidolakan aktor / musisi / tokoh pria tertentu dan juga sebaliknya wanita yang mengidolakan aktris / musisi / tokoh wanita tertentu.
2.    Perilaku Seksual / Sexual Behavior
Homoseksual dilihat dari aspek ini mengandung pengertian perilaku seksual yang dilakukan antara dua orang yang berjenis kelamin sama. Perilaku seksual manusia melingkupi aktivitas yang luas seperti strategi untuk menemukan dan menarik perhatian pasangan, interaksi antar individu, kedekatan fisik atau emosional, dan hubungan seksual. 
3.    Identitas Seksual / Sexual Identity
Sementara homoseksual jika dilihat dari aspek ini mengarah pada identitas seksual sebagai gay atau lesbian. Sebutan gay digunakan pada homoseksual pria, dan sebutan lesbian digunakan pada homoseksual wanita. Tidak semua homoseksual secara terbuka berani menyatakan bahwa dirinya adalah gay ataupun lesbian terutama kaum homoseksual yang hidup di tengah-tengah masyarakat / negara yang melarang keras, mengucilkan, dan menghukum para homoseksual.

B.  Sebab Terjadinya Homoseksual
Dinegara kita dikenal istilah “WADAM”  laki-laki yang suka berdandan sebagai wanita dan mungkin inilah yang suka melayani homosex, namun tidak dibenci oleh masyarakat, karena rupanya masyarakat menyadari bahwa mereka yang mengidap penyakit kelamin (abnormal). sebenarnya patut dikasihani. Homosex di Indonesia sangat tertutup (tersenyum) jarang yang sampai kepengadilan, jumlahnya sulit diketahui. Banyak kaum homoseks yang cerdas dengan caranya sendiri menghasilkan suatu penyesuaian yang memuaskan.
Banyak orang yang bersikap homoseks, seperti terlihat dalam laporan KENSEY dinyatakan bahwa kurang lebih 37 dari pria kulit putih Amerika dihinggap penyakit tersebut. Sebab-sebab penyimpangan ini adalah kompleks. Beberapa orang yang dihinggapi  homoseks disebabkan oleh factor-faktor jasmani misalnya pembawaan sejak lahir, cidera, dan mungkin rangsangan-rangsangan yang mendorong untuk berbuat hal-hal tersebut. Yang lain memasuki kelakuan ini melalui kesalahan-kesalahan dan hal-hal luar biasa dalam hubungan keluarga, kesalahan dalam pendidikan, seks, pengalaman pahit tentang seks, pengalaman seks yang abnormal.
Kecenderungan pada homoseks, muncul akibat tidak adanya dasar-dasar fisik, tetapi mereka tidak dapat  mengendalikan diriniya. Kemudian menjelma menjadi homoseks akibat perubahan phisik atau oleh tipe-tipe khusus dari lingkungan dan pengalamannya. Homoseks yang sesungguhnya banyak kurang dipahami oleh kalangan bukan ahli dan polisi. Masyarakat beranggapan bahwa ia adalah kemerosotan dari suatu generasi lebih dari pada penderitaan suatu kesengsasraan yang bukan karena kesalahannya sendiri. Walaupun banyak diantara kaum homoseks yang baik dan perasa dalam karakternya, namun mereka adalah tidak wajar.
Hampir seluruh kota-kota besar di Amerika dan Eropa memiliki individu-individu semacam itu, baik yang mempunyai pekerjaan tukang batu, tembok untuk produktifitasnya yang abnormal yang tidak merugikan. Tetapi homoseks yang diakibatkan oleh dasar-dasar phisik biasanya kurang bisa disembuhkan walaupun terdapat faedah yang penting dari terapi kelenjar,  terutama apabila  kecenderungan akan homoseks telah terlihat jauh sebelumnya dalam kehidupan seks tersebut. Kaum homoseks mungkin sebagai salah satu yang pasif dimana ia berperan sebagai wanita tanpa memandang sexnya yang sebenarnya apakah ia laki-laki atau,  wanita dapat dianggap sebagai partner yang mempunyai peranan pasif. Dalam tiap persoalan mereka akan saling merangsang disebabkan oleh sifat dan kondisinya.
Homoseks pria bersifat pasif, jika tidak dikekang kebiasaannya akan berpakaian sebagai wanita, memakai lipstick, memakai cutek dan mengeriting rambutnya. Walaupun tak dihalangi hal ini akan berlangsung lama. Wanita homoseks yang bersikap aktif akan merangsang partnernya dengan memiliki celana atau pakaian pria lainnya berlagak dan berperan sebagai laki-laki.
Terdapat tiga garisan besar kemungkinan faktor-faktor yang mempengaruhi terbentuknya homoseksual sebagai berikut:
1.    Biologis
Kombinasi / rangkaian tertentu di dalam genetik (kromosom), otak , hormon, dan susunan syaraf diperkirakan mempengaruhi terbentuknya homoseksual. Deti Riyanti dan Sinly Evan Putra, S.Si mengemukakan bahwa berdasarkan kajian ilmiah, beberapa faktor penyebab orang menjadi homoseksual dapat dilihat dari :
-          Susunan Kromosom
Perbedaan homoseksual dan heteroseksual dapat dilihat dari susunan kromosomnya yang berbeda. Seorang wanita akan mendapatkan satu kromosom x dari ibu dan satu kromosom x dari ayah. Sedangkan pada pria mendapatkan satu kromosom x dari ibu dan satu kromosom y dari ayah. Kromosom y adalah penentu seks pria. Jika terdapat kromosom y, sebanyak apapun kromosom x, dia tetap berkelamin pria. Seperti yang terjadi pada pria penderita sindrom Klinefelter yang memiliki tiga kromosom seks yaitu xxy. Dan hal ini dapat terjadi pada 1 diantara 700 kelahiran bayi. Misalnya pada pria yang mempunyai kromosom 48xxy. Orang tersebut tetap berjenis kelamin pria, namun pada pria tersebut mengalami kelainan pada alat kelaminnya.

-          Ketidakseimbangan Hormon
Seorang pria memiliki hormon testoteron, tetapi juga mempunyai hormon yang dimiliki oleh wanita yaitu estrogen dan progesteron. Namun kadar hormon wanita ini sangat sedikit. Tetapi bila seorang pria mempunyai kadar hormon esterogen dan progesteron yang cukup tinggi pada tubuhnya, maka hal inilah yang menyebabkan perkembangan seksual seorang pria mendekati karakteristik wanita.

-          Struktur Otak
Struktur otak pada straight females dan straight males serta gay females dan gay males terdapat perbedaan. Otak bagian kiri dan kanan dari straight males sangat jelas terpisah dengan membran yang cukup tebal dan tegas. Straight females, otak antara bagian kiri dan kanan tidak begitu tegas dan tebal. Dan pada gay males, struktur otaknya sama dengan straight females, serta pada gay females struktur otaknya sama dengan straight males, dan gay females ini biasa disebut lesbian.

-          Kelainan susunan syaraf
Berdasarkan hasil penelitian terakhir, diketahui bahwa kelainan susunan syaraf otak dapat mempengaruhi perilaku seks heteroseksual maupun homoseksual. Kelainan susunan syaraf otak ini disebabkan oleh radang atau patah tulang dasar tengkorak. Kaum homoseksual pada umumnya merasa lebih nyaman menerima penjelasan bahwa faktor biologis-lah yang mempengaruhi mereka dibandingkan menerima bahwa faktor lingkunganlah yang mempengaruhi.


2.    Lingkungan
Lingkungan diperkirakan turut mempengaruhi terbentuknya homoseksual. Faktor lingkungan yang diperkirakan dapat mempengaruhi terbentuknya homoseksual terdiri atas berikut:
-          Budaya / Adat-istiadat
Dalam budaya dan adat istiadat masyarakat tertentu terdapat ritual-ritual yang mengandung unsur homoseksualitas, seperti dalam budaya suku Etoro yaitu suku pedalaman Papua New Guinea, terdapat ritual keyakinan dimana laki-laki muda harus memakan sperma dari pria yang lebih tua untuk memperoleh status sebagai pria dewasa dan menjadi dewasa secara benar serta bertumbuh menjadi pria kuat. Karena pada dasarnya budaya dan adat istiadat yang berlaku dalam suatu kelompok masyarakat tertentu sedikit banyak mempengaruhi pribadi masing-masing orang dalam kelompok masyarakat tersebut, maka demikian pula budaya dan adat istiadat yang mengandung unsur homoseksualitas  dapat mempengaruhi seseorang.

-          Pola asuh
Cara mengasuh seorang anak juga dapat mempengaruhi terbentuknya homoseksual. Sejak dini seorang anak telah dikenalkan pada identitas mereka sebagai seorang pria atau perempuan. Dan pengenalan identitas diri ini tidak hanya sebatas pada sebutan namun juga pada makna di balik sebutan pria atau perempuan tersebut, meliputi:
       1. Kriteria penampilan fisik : pemakaian baju, penataan rambut, perawatan tubuh
     2. Karakteristik fisik : perbedaan alat kelamin pria dan wanita; pria pada umumnya memiliki kondisi fisik yang lebih kuat dibandingkan dengan wanta, pria pada umumnya tertarik dengan kegiatan-kegiatan yang mengandalkan tenaga / otot kasar sementara wanita pada umumnya lebih tertarik pada kegiatan-kegiatan yang mengandalkan otot halus
     3. Karakteristik sifat : pria pada umumnya lebih menggunakan logika / pikiran sementara wanita pada umumnya cenderung lebih menggunakan perasaan / emosi; pria pada umumnya lebih menyukai kegiatan-kegiatan yang membangkitkan adrenalin, menuntut kekuatan dan kecepatan, sementara wanita lebih menyukai kegiatan-kegiatan yang bersifat halus, menuntut kesabaran dan ketelitian
     4. Karakteristik tuntutan dan harapan : Untuk masyarakat yang menganut sistem paternalistik maka tuntutan bagi para pria adalah untuk menjadi kepala keluarga dan bertanggung jawab atas kelangsungan hidup keluarganya. Dengan demikian pria dituntut untuk menjadi figur yang kuat, tegar, tegas, berani, dan siap melindungi yang lebih lemah. Sementara untuk masyarakat yang menganut sistem maternalistik maka berlaku sebaliknya bahwa wanita dituntut untuk menjadi kepala keluarga. 

-          Figur orang yang berjenis kelamin sama dan relasinya dengan lawan jenis
Dalam proses pembentukan identitas seksual, seorang anak pertama-tama akan melihat pada: orang tua mereka sendiri yang berjenis kelamin sama dengannya: anak laki-laki melihat pada ayahnya, dan anak perempuan melihat pada ibunya; dan kemudian mereka juga melihat pada teman bermain yang berjenis kelamin sama dengannya. Homoseksual terbentuk ketika anak-anak ini gagal mengidentifikasi dan mengasimilasi - apa, siapa, dan bagaimana - menjadi dan menjalani peranan sesuai dengan identitas seksual mereka berdasarkan nilai-nilai universal pria dan wanita.

-          Kekerasan seksual / Penderaan seksual / Sexual abuse dan Pengalaman traumatik
Kekerasan seksual yang dilakukan oleh orang-orang tidak bertanggung jawab terhadap orang lain yang berjenis kelamin sama adalah salah satu faktor yang mempengaruhi terbentuknya homoseksual. Banyak hal yang dapat membuat seseorang melakukan kekerasan seksual semacam ini, antara lain:
                   1. Hasrat seksual / nafsu
                   2. Pelampiasan kemarahan / dendam
3. Ajang ngerjain orang, seperti: perploncoan dari senior kepada yunior, nge-bully teman yang culun, dan sejenisnya
Pada dasarnya semua orang yang melakukan hubungan seksual terhadap orang lain tanpa adanya persetujuan dari orang tersebut sudah termasuk ke dalam kategori melakukan kekerasan seksual. Seperti apa bentuk kekerasan seksual yang dilakukan sangat bervariasi. Mulai dari memegang alat kelamin sesama jenis, menginjak-injak, memaksa untuk melakukan sesuatu hal terhadap alat kelaminnya sendiri maupun alat kelamin si pelaku, hingga menggunakan alat-alat tertentu sebagai media dalam melakukan kekerasan seksual.
Kekerasan seksual seperti ini menempatkan korban dalam sebuah situasi yang sangat ekstrim tidak menyenangkan, mengancam jiwa, tidak aman, meresahkan, kacau, dan membingungkan. Ini menjadi sebuah pengalaman traumatik dalam diri korban. Pengalaman demikian dapat mengganggu kondisi psikologis korban. Ia berusaha untuk menghindari ingatan mengenai kejadian tersebut yang membuatnya sangat tidak nyaman dan sangat terluka / "sakit".  Setiap hal yang memicu ingatannya terhadap kejadian tersebut membuatnya menjadi sangat resah, kadang muncul rasa marah, dan seringkali baik disadari maupun tanpa disadari korban melakukan upaya untuk merusak / "menyakiti" dirinya sendiri. Ini dinamakan trauma psikologis. Pengalaman traumatik tidak hanya terbatas pada mengalami kekerasan seksual, melihat seorang yang melakukan kekerasan seksual ataupun melakukan hubungan homoseksual juga dapat menjadi sebuah pengalaman traumatik bagi seseorang.

3.    Interaksi antara biologis dan lingkungan
Penelitian yang dilakukan tidak pernah secara pasti menyatakan bahwa seseorang dilahirkan sebagai homoseksual. Dalam faktanya, penelitian  yang dilakukan mengindikasikan adanya banyak faktor, termasuk kemungkinan faktor biologis dan lingkungan yang berkontribusi terhadap orientasi homoseksual.


Konsep Asuhan Keperawatan Homosexsualitas


Pengkajian

Berikut ini pedoman wawancara yang baik dalam mengumpulkan data yang berkaitan dengan aspek psikoseksual :
  1. Menggunakan pendekatan yang jujur dan berdasarkan fakta yang menyadari bahwa klien sedang mempunyai pertanyaan atau masalah seksual
  2. Mempertahankan kontak mata dan duduk dekat klien
  3. Memberikan waktu yang memadai untuk membahas masalah seksual, jangan terburu-buru
  4. Menggunakan pertanyaan yang terbuka, umum dan luas untuk mendapatkan informasi mengenai pengetahuan, persepsi dan dampak penyakit berkaitan dengan seksualitas
  5. Jangan mendesak klien untuk membicarakan mengenai seksualitas, biarkan terbuka untuk dibicarakan pada waktu yang akan datang
  6. Masalah citra diri, kegiatan hidup sehari-hari dan fungsi sebelum sakit dapat dipakai untuk mulai membahas masalah seksual
  7. Amati klien selama interaksi, dapat memberikan informasi tentang masalah apa yang dibahas, bigitu pula masalah apa yang dihindari klien
  8. Minta klien untuk mengklarifikasi komunikasi verbal dan nonverbal yang belum jelas
  9. Berinisiatif untuk membahas masalah seksual berarti menghargai kjlien sebagai makhluk seksual, memungkinkan timbulnya pertanyaan tentang masalah seksual.
Perlu dikaji berbagai mekanisme koping yang mungkin digunakan klien untuk mengekspresikan masalah seksualnya, antara lain :
  1. Fantasi, mungkin digunakan untuk meningkatkan kepuasan sekasual
  2. Denial, mungkin digunakan untuk tidak mengakui adanya konflik atau ketidakpuasan seksual
  3. Rasionalisasi, mungkin digunakan untuk memperoleh pembenaran atau penerimaan tentang motif, perilaku, perasaan dan dorongan seksual
  4. Menarik Diri, mungkin dilakukan untuk mengatasi perasaan lemah, perasaan ambivalensi terhadap hubungan intim yang belum terselesaikan secara tuntas
Diagnosa dan Intervensi Keperawatan

1. Disfungsi seksual berhubungan dengan perubahan struktur dan fungsi tubuh, depresi.

Batasan Karakteristik :
  • Tidak adanya hasrat untuk aktivitas seksual lawan jenis
  • Menyukai terhadap sesama jenis
  • Dorongan sexual abnormal
Tujuan Jangka Pendek :
  • Pasien akan mengidentifikasi stresor yang berperan dalam penurunan fungsi seksual dalam 1 minggu
  • Pasien akan mendiskusikan patofisiologi proses penyakitnya yang menimbulkan disfungsi seksual dalam 1 minggu
Tujuan Jangka Panjang :
  • Pasien dapat mempersepsikan dengan baik dengan masalah seksual
Intervensi :
  • Kaji riwayat seksual dan tingkat kepuasan sebelumnya dalam hubungan seksual
  • Kaji persepsi pasien terhadap masalah
  • Bantu pasien menetapkan dimensi waktu yang berhubungan dengan awitan masalah dan diskusikan apa yang terjadi dalam situasi kehidupannya pada waktu itu
  • Kaji alam perasaan dan tingkat energi pasien
  • Tinjau aturan pengobatan, observasi efek samping
  • Dorong pasien untuk menanyakan hal-hal yang berkenaan dengan seksual dan fungsi yang mungkin menyusahkan dirinya
b. Perubahan pola seksualitas berhubungan dengan pilihan sksual yang berbeda, penyesuaian diri terhadap seksual terlambat.

Batasan Karakteristik :
  • Laporan adanya kesukaran, pembatasan atau perubahan dalam perilaku atau aktivitas seksual
  • Laporan bahwa getaran seksual hanya dapat dicapai melalui praktik yang berbeda
  • Hasrat untuk mengalami hubungan seksual yang memuaskan dengan individu lain tanpa butuh getaran melalui praktik yang berbeda
Tujuan Jangka Pendek :
  • Pasien akan mengatakan aspek-aspek seksualitas yang ingin diubah
  • Pasien dan pasangannya akan saling berkomunikasi tentang cara-cara dimana masing-masing meyakini hubungan seksual mereka dapat diperbaiki
Tujuan Jangka Panjang :
  • Pasien akan memperlihatkan kepuasan dengan pola seksualitasnya sendiri
  • Pasien dan pasangannya akan memperlihatkan kepuasan dengan hubungan seksualnya
Intervensi :
  • Ambil riwayat seksual, perhatikan ekspresi area ketidakpuasan pasien terhadap pola seksual
  • Kaji area-area stress dalam kehidupan pasien dan periksa hubungan dengan pasangan seksualnya
  • Catat faktor-faktor budaya, sosial, etnik dan religius yang mungkin menambah konflik yang berkenaan dengan praktik seksual yang berbeda
  • Terima dan jangan menghakimi
  • Bantu therapy dengan perencanaan modifikasi perilaku untuk membantu pasien yang berhasrat untuk menurunkan perilaku-perilaku seksual yang berbeda
  • Jika perubahan pola seksualitas berhubungan dengan penyakit atau pengobatan medis, berikan informasi untuk pasien dan pasangannya berkenaan dengan hubungan antara penyakit dan perubahan seksual



















DAFTAR PUSTAKA
Soejono. 1974. Pathologi Sosial. Bandung: Penerbit Alumni
Kartono Kartini. 1981. Patologi Sosial. Bandung: Rajawali Perss.
Intisari. (December 4, 2003). "Homoseksual!"  Kompas Cyber Media. Data diperoleh dari http://64.203.71.11/kesehatan/news/0312/04/064545.htm
Gunadi, H., Rahman, M., Indra, S., & Sujoko. (September 26, 2003). "Jalan Berliku Kaum Homo Menuju Pelaminan". Gatra, Laporan Utama, Edisi 46. Data diperoleh dari http://www.gatra.com/2003-09-26/versi_cetak.php?id=31335


1 komentar:

Unknown mengatakan...

terima kasih sudah berbagi informasi yg bermanfaat
OBAT KUAT
OBAT KUAT

Posting Komentar

 

SHARE D' MOMENT Template by Ipietoon Blogger Template | Gadget Review