LAPORAN PENDAHULUAN
ISOLASI SOSIAL
·
KONSEP DASAR
Isolasi adalah keadaan dimana individu atau kelompok
mengalami atau merasakan kebutuhan atau keinginan untuk meningkatkan
keterlibatan dengan orang lain tetapi tidak mampu untuk membuat kontak (
Carpenito, 1998 )
Isolasi sosial adalah suatu keadaan kesepian yang
dialami oleh seseorang karena orang lain menyatakan sikap yang negatif dan
mengancam (Towsend,1998)
Seseorang dengan perilaku menarik diri akan
menghindari interaksi dengan orang lain. Individu merasa bahwa ia kehilangan
hubungan akrab dan tidak mempunyai kesempatan untuk membagi perasaan, pikiran
dan prestasi atau kegagalan. Ia mempunyai kesulitan untuk berhubungan secara
spontan dengan orang lain, yang dimanivestasikan dengan sikap memisahkan diri,
tidak ada perhatian dan tidak sanggup membagi pengalaman dengan orang lain
(DepKes, 1998).
II. FAKTOR
PREDISPOSISI DAN PRESIPITASI
Faktor predisposisi terjadinya perilaku menarik diri
adalah kegagalan perkembangan yang dapat mengakibatkan individu tidak percaya
diri, tidak percaya orang lain, ragu takut salah, putus asa terhadap hubungan
dengan orang lain, menghindar dari orang lain, tidak mampu merumuskan keinginan
dan meresa tertekan.
Sedangkan faktor presipitasi dari faktor
sosio-cultural karena menurunnya stabilitas keluarga dan berpisah karena
meninggal dan fakto psikologis seperti berpisah dengan orang yang terdekat atau
kegagalan orang lain untuk bergantung, merasa tidak berarti dalam keluarga
sehingga menyebabkan klien berespons menghindar dengan menarik diri dari
lingkungan (Stuart and sundeen, 1995).
III. TANDA DAN
GEJALA
Observasi yang dilakukan pada klien akan ditemukan (data objektif) :
1.
Apatis,
ekspresi, afek tumpul.
2. Menghindar
dari orang lain (menyendiri) klien tampak memisahkan diri
dari orang lain.
3. Komunikasi
kurang atau tidak ada. Klien tidak tampak bercakap-cakap dengan klien lain atau
perawat.
4.
Tidak ada
kontak mata, klien lebih sering menunduk.
5.
Berdiam diri
di kamar/tempat berpisah – klien kurang mobilitasnya.
6. Menolak
hubungan dengan orang lain – klien memutuskan percakapan atau pergi jika
diajak bercakap-cakap.
7. Tidak
melakukan kegiatan sehari-hari, artinya perawatan diri dan kegiatan rumah
tangga sehari-hari tidak dilakukan.
Data subjektif sukar didapat jika klien menolak
berkomunikasi, beberapa data subjektif adalah menjawab dengan singkat kata-kata
“tidak”, “ya”, “tidak tahu”.
IV. KAREKTERISTIK
PERILAKU
- Gangguan pola makan : tidak nafsu makan atau
makan berlebihan.
- Berat badan menurun atau meningkat secara
drastis.
- Kemunduran secara fisik.
- Tidur berlebihan.
- Tinggal di tempat tidur dalam waktu yang lama.
- Banyak tidur siang.
- Kurang bergairah.
- Tidak memperdulikan lingkungan.
- Kegiatan menurun.
- Immobilisasai.
- Mondar-mandir (sikap mematung, melakukan gerakan
berulang).
- Keinginan
seksual menurun.
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
KESEHATAN JIWA PADA KLIEN DENGAN GANGGUAN ISOLASI SOSIAL : MENARIK DIRI.
I. Deskripsi
Tanggapan atau deskripsi tentang isolasi yaitu suatu
keadaan kesepian yang dialami oleh seseorang karena orang lain menyatakan sikap
yang negatif dan mengancam (towsend, 1998).
Seseorang dengan perilaku menarik diri akan
menghindari interaksi dengan orang lain.
II. Pengkajian
Pengelompokan data pada pengkajian kesehatan jiwa
berupa faktor presipitasi, penilaian stressor , suberkoping yang dimiliki
klien. Setiap melakukan pengajian ,tulis tempat klien dirawat da
tanggal dirawat isi pengkajian meliputi :
a. Identitas
Klien
Meliputi nama klien , umur , jenis kelamin , status
perkawinan, agama, tangggal MRS , informan, tangggal pengkajian, No Rumah klien
dan alamat klien.
b. Keluhan
Utama
Keluhan biasanya berupa menyediri (menghindar dari
orang lain) komunikasi kurang atau tidak ada , berdiam diri dikamar
,menolak interaksi dengan orang lain , tidak melakukan kegiatan sehari –
hari , dependen.
c.
Faktor predisposisi
kehilangan , perpisahan , penolakan orang tua ,harapan
orang tua yang tidak realistis ,kegagalan / frustasi berulang , tekanan dari
kelompok sebaya; perubahan struktur sosial.
Terjadi trauma yang tiba tiba misalnya harus
dioperasi , kecelakaan dicerai suami , putus sekolah ,PHK, perasaan malu
karena sesuatu yang terjadi ( korban perkosaan , tituduh kkn, dipenjara tiba –
tiba) perlakuan orang lain yang tidak menghargai klien/ perasaan negatif
terhadap diri sendiri yang berlangsung lama.
d. Aspek fisik
/ biologis
Hasil pengukuran tada vital (TD, Nadi, suhu,
Pernapasan , TB, BB) dan keluhafisik yang dialami oleh klien.
e. Aspek Psikososial
1. Genogram
yang menggambarkan tiga generasi
2. Konsep diri
a)
citra tubuh
:
Menolak melihat dan menyentuh bagian tubuh
yang berubah atau tidak menerima perubahan tubuh yang telah terjadi
atau yang akan terjadi.
Menolak penjelasan perubahan tubuh , persepsi
negatip tentang tubuh .
Preokupasi dengan bagian tubuh yang hilang ,
mengungkapkan keputus asaan, mengungkapkan ketakutan.
b) Identitas diri
Ketidak pastian memandang diri , sukar menetapkan
keinginan dan tidak mampu mengambil keputusan .
c) Peran
Berubah atau berhenti fungsi peran yang disebabkan
penyakit , proses menua , putus sekolah, PHK.
d) Ideal diri
Mengungkapkan keputus asaan karena penyakitnya :
mengungkapkan keinginan yang terlalu tinggi.
e) Harga diri
Perasaan malu terhadap diri sendiri , rasa bersalah
terhadap diri sendiri , gangguan hubungan sosial , merendahkan martabat ,
mencederai diri, dan kurang percaya diri.
3. Klien
mempunyai gangguan / hambatan dalam melakukan hubunga sosialdengan orang
lain terdekat dalam kehidupan, kelempok yang diikuti dalam masyarakat.
4. kenyakinan
klien terhadap tuhan dan kegiatan untuk ibadah ( spritual)
f. Status Mental
Kontak mata klien kurang /tidak dapat mepertahankan kontak mata , kurang
dapat memulai pembicaraan , klien suka menyendiri dan kurang mampu berhubungan
denga orang lain , Adanya perasaan keputusasaan dan kurang berharga dalam
hidup.
g. Kebutuhan persiapan pulang.
1. Klien mampu menyiapkan dan membersihkan alat makan
2. Klien mampu BAB dan BAK, menggunakan dan
membersihkan WC, membersikan dan merapikan pakaian.
3. Pada observasi mandi dan cara berpakaian
klien terlihat rapi
4. Klien dapat melakukan istirahat
dan tidur , dapat beraktivitas didalam dan diluar rumah
5. Klien dapat menjalankan program pengobatan
dengan benar.
H. Mekanisme Koping
Klien apabila mendapat masalah takut atau tidak mau
menceritakan nya pada orang orang lain( lebih sering menggunakan koping menarik
diri)
I. Aspek Medik
Terapi yang diterima klien bisa berupa therapy
farmakologi ECT, Psikomotor,therapy okopasional, TAK , dan rehabilitas.
III. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa Keperawatan adalah identifikasi atau
penilaian pola respons baik aktual maupun potensial (Stuart and Sundeen,
1995)
Masalah keperawatan yang sering muncul yang dapat
disimpulkan dari pengkajian adalah sebagai berikut :
*. Isolasi sosial : menarik diri
*. Gangguan konsep diri: harga diri rendah
*. Resiko perubahan sensori persepsi
*. Koping individu yang efektif sampai
dengan ketergantungan pada orang lain .
*. Gangguan komunikasi verbal, kurang komunikasi
verbal.
*. Intoleransi aktifitas.
*. Kekerasan resiko tinggi.
IV. Pohon Masalah dan Diagnosa Keperawatan
Resiko perubahan sensori
Isolasi sosial : menarik diri
Gangguan harga diri : harga diri rendah
Tidak efektifnya koping individu; koping defensif
Diagnosa Keperawatan
1. Resiko
perubahan sensori persepsi berhubungan dengan menarik diri.
2. Isolasi
sosial : menarik diri berhubungan dengan harga diri rendah
3.
Gangguan harga diri : harga diri rendah berhubungan dengan tidak
efektifnya koping individu : koping defensif.
V. Tindakan keperawatan
Tindakan keperawatan dalam
asuhan keperawatan jiwa berbeda dengan tindakan keperawatan untuk klien dengan
penyakit fisik di RS dalam perawatan kesehatan jiwa. Perawat melakukan
tindakan yang bertujuan untuk mengatasi penyebab dari masalah dan daftar
masalah diatas dapat diambil salah satu. Contoh masalah keperawatan yaitu :
resiko perubahan sensori persepsi berhubungan dengan isolasi sosial : menarik
diri.
VI. Rencana
Intervensi
Rencana tindakan keperawatan terdiri
3 asfek utama yaitu :
a. tujuan umum
berfokus pada penyelesaian permasalahan dari diagnosa.
Tujuan umum dapat dicapai jika serangkaia tujuan khusus dapat dicapai.
b. tujuan khusus
berfokus pada penyelesaian etiologi dari
diagnosa. Tujuan khusus merupakan rumusan kemampuan klien yang perlu dicapai
atau dimiliki klien .umumnya kemampuan pada tujuan khusus dapat dibagi
menjadi 3 aspek (stuart & sundeen ,1995) yaitu : kemampuan kognitif
yang diperlukan untuk menyelesaikan etiologi dari diagnosa keperawatan ,kemampuan
psikomotor yang diperlukan agar etiologi dapat selesai dan kemampuan
afektif yang perlu dimiliki agar klien percaya akan kemampuan
menyelesaiakan masalah.
c. Rencana tindakan keperawatan
Tindakan keperawatan merupakan serangkaian tindakan yang
dapat mencapai tujuan khusus. tindakan keperawatan menggambarkan tindakan
keperawatan mandiri, kerjasama dengan klien, keluarga, kelompok dan kolaborasi
dengan tim kesehatan jiwa lainnya.
VII. Kriteria Evaluasi keperawatan
Kriteria evaluasi dibuat berdasarkan pada tujuan
khusus yang terdiri dari beberapa tujuan , masing tujuan tersebut ada kriteria
evaluasinya .
Daftar Pustaka
Carpenito,
lynda Juall. 1998. Buku Saku Buku
Kedokteran. EGC : Jakarta.
Short, G.W
dan Sandra, J. Sunden. 1998. Buku Saku
Keperawatan Jiwa Edisi 3. penerbit
buku
kedokteran EGC: Jakarta.
Towsend,
Mary C. 1998. Buku saku Diagnosa
keperawatan psikiatri untuk pembuatan rencana keperawatan, Edisi 3. Penerbit
buku kedokteran EGC: Jakarta.
-----------,
1998. Buku Standart keperawatan Kesehatan
Jiwa dan penerapan asuhan keperawatan pada kasus di Rumah Sakit Ketergantungan
obat. Direktorat kesehatan jiwa Direktorat Jenderal Pelayanan medik Dep-kes
RI : Jakarta.
Maramis, Wf. 1995. Ilmu
Kedokteran Jiwa. Airlangga University press : Surabaya.
0 komentar:
Posting Komentar