A. Pengertian
Neurosis
disebut psikoneurosis dan gangguan jiwa (untuk membedakannya dengan psikosis
atau penyakit jiwa. Menurut Singgih Dirgagunarsa neurosis adalah gangguan yang
terjadi hanya pada sebagian dari kepribadian, sehingga orang yang mengalaminya
masih bisa melakukan pekerjaan-pekerjaan biasa sehari-hari atau masih bisa
belajar, dan jarang memerlukan perawatan khusus di rumah sakit. Neurosis
terbagi manjadi Neurosis
cemas (anxiety neurosis atau
anxiety state) Histeria,
Neurosis fobik, Neurosis obsesif-kompulsif, Neurosis depresif, Neurasthenia.
Neurosa
Depresif adalah suatu ganggguan perasaan dengan ciri-ciri semangat berkurang,
rasa harga diri rendah, menyalahkan diri sendiri, gangguan tidur dan makan.
Gejala-gejala utama gangguan jiwa ini adalah :
1) gejala jasmaniah : senantiasa lelah.
2) gejala
psikologis : sedih, putus asa, cepat lupa, insomnia, anoreksia, ingin
mengakhiri hidupnya, dst.
Gejala-gejala
umum lainnya mencakup :
1. Kehilangan
minat : orang-orang yang merasa depresi kehilangan minat dalam banyak hal,
bahkan dalam hobi-hobi mereka,
2. Kehilangan
energi : dengan hilangnya minat, hilang juga energi segala sesuatu tampak
seperti suatu usaha besar dan terlalu menyusahkan atu menyulitkan , bahkan dalam
hobi-hobi mereka. Mereka tidak mau membaca koran, nonton tv, dan mereka tidak
lagi mempedulikan hobi atau pekerjaan mereka.
3. Kehilangan
konsentrasi
4. Pikiran-
pikiran yang tidak wajar
5. Rasa
bersalah ( menyalahkan diri sendiri)
6. Merasa
tidak berharga
Gejala-gejala fisik dari depresi
mencakup :
1. Kehilangan
selera makan
2. Gangguan
tidur, seperti mengigau, gelisah dan bengun sangat pagi
3. Melambat
secra umum (berjalan dan berbicara mungkin terasa lambat dan sulit)
4. Sembelit
(keadaan melambat dapat mempengaruhi bagian-bagian tubuh yang dikendalikan oleh
alam bawah sadar pikiran,seperti usus)
B. Etiologi
Faktor
penyebab terjadinya neurosis depresif adalah :
Menurut
hasil riset mutakhir sebagaimana dilakukan oleh David D. Burns (1988 : 6),
bahwa depresi tidak didasarkan pada persepsi akurat tentang kenyataan, tetapi
merupakan produk “keterpelesetan’ mental, bahwa depresi bukanlah suatu gangguan
emosional sama sekali, melainkan akibat dari adanya distorsi kognitif atau
pemikiran yang negatif, yang kemudian menciptakan suasana jiwa, terutama
perasaan yang negatif pula.
Burns
berpendapat bahwa persepsi individu terhadap realitas tidak selalu bersifat
objektif. Individu memahami realitas bukan bagaimana sebenarnya realitas
tersebut, melainkan bagaimana realitas tersebut ditafsirkan. Dan penafsiran ini
bisa keliru bahkan bertentangan dengan realitas sebenarnya.
C. Manifestasi Klinis
Gangguan ini ditandai dengan :
perasaan muram, murung, kesedihan, atau
berkurangnya dan tidak adanya minat pada aktivitas. Pasien kadang-kadang dapat
sarkastik, nihilistik, memikirkan hal yang sedih, membutuhkan, dan mengeluh.
Mereka dapat juga tegang, kaku, dan menolak intervensi terapeutik.
Gejala penyerta adalah perubahan
nafsu makan dan pola tidur, harga diri yang rendah, hilangnya energi, retardasi
psikomotor, penurunan dorongan seksual, dan preokupasi obsesi dengan masalah
kesehatan.
D. Penatalaksanaan
Untukmenyembukan depresi, Burns (1988 : 5) telah
mengembang-kan teknik terapi dengan prinsip yang disebut terapi kognitif, yang dilakukan dengan prinsip sebagai berikut.
1) Bahwa semua rasa murung disebabkan oleh kesadaran
atau pemikiran ang bersangkutan.
2) Jika depresi sedang terjadi maka berarti pemikiran
telah dikuasai oleh kekeliruan yang mendalam.
3) Bahwa pemikiran negative menyebabkan kekacauan
emosional.
Terapi kognitif dilakukan dengan cara membetulkan pikiran yang salah, yang
telah menyebabkan terjadinya kekacauan emosional. Selain terapi kognitif, bisa
pula pendrita depresi mendapatkan farmakoterapi.
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
Data yang
perlu dikaji
Setiap
faktor yang mengganggu kebutuhan dasar manusia akan makanan, air, kenyamanan,
dan keamanan.
Situasional
Berhubungan dengan ancaman aktual atau yang dirasakan terhadap konsep diri :
Berhubungan dengan ancaman aktual atau yang dirasakan terhadap konsep diri :
ü Kehilangan
benda-benda yang dimiliki
ü Kegagalan (atau keberhasilan)
ü Perubahan
dalam status atau prestise
ü Kurang
penghargaan dari orang lain
Dilema etik
Berhubungan dengan kehilangan orang terdekat (aktual) :
Berhubungan dengan kehilangan orang terdekat (aktual) :
ü Kematian
ü Perceraian
ü Tekanan
budaya
ü Perpindahan
ü Perpisahan
sementara atau permanen
Berhubungan
dengan ancaman integritas biologis (aktual atau risti) :
ü Menjelang kematian
ü Serangan
ü Penyakit
ü Prosedur
invasive
Berhubungan
dengan perubahan dalam lingkungan (aktual atau risti) :
ü Perawatan
rumah sakit
ü Perpindahan
ü Pensiun
ü Bahaya
terhadap keamanan
ü Polutan
lingkungan
Berhubungan
dengan perubahan status sosioekonomi (aktual atau risti) :
ü Pengangguran
ü Pekerjaan baru
ü Promosi
Berhubungan
dengan ancaman terhadap konsep diri :
ü Perkembangan seksual
ü Perubahan
hubungan dengan teman sebaya
ü Dewasa
Berhubungan
dengan konsep diri :
ü Kehamilan
ü Menjadi
orang tua
ü Perubahan
karir
ü Efek penuaan
ü Lansia
Contoh diagnosa keperawatan
1.
Ketidak efektifan koping individu
Kemungkinan penyebab :
1. Krisis situasional
atau krisis maturasional
2. Riwayat konflik
keluarga dan system pendukung yang tidak adekuat
3. Stress internal yang
berat dari banyak perubahan kehidupan
4. Kerentanan herediter
5. Riwayat prolaps pada
katup mitral atau tirotoksikosis
Batasan karakteristik :
1. Gejala fisik yang
dialami selama serangan
2. Perlaku menghindar
3. Tidak mampu
menyelesaikan masalah
4. Menggunakan zat psikoaktif untuk
bersosialisasi atau untuk menoleransi ketakutan dari serangan panik
5.
Menyatakan secara verbal ketakutannya yang besar akan serangan lainnya.
Tujuan
·
Klien menunjukkan kemampuan untuk mengatasi panik
dengan mengurangi perilaku yang disebabkan oleh keadaan panik.
·
Klien bercerita tentang stressor kehidupan, terutama
yang berhubungan dengan serangan panic dimasa lalu.
Intervensi
dan rasional
1. Dorong klien untuk
mengungkapkan secara verbal perasaan yang begitu kuat, tidak nyaman, khususnya
ansietas, rasa bersalah dan frustasi.
Rasional :
Perasaan sakit yang tidak diakui adalah stressor,
mengungkapkan perasan yang tidak nyaman membantu meredakan stress.
2. Bantu klien
mengidentifikasi stressor internal yang umumnya terjadi sebelum serangan.
Rasional :
Sebelum klien dapat memperoleh kendali terhadap
serangan, stressor yang berhubungan dengan panic harus diidentifikasi.
3. Diskusikan dan
analisa situasi panic dengan klien, berfokus pada stimulus eksternal yang
merangsang serangan.
Rasional :
Analisa stimulus eksternal yang menyertai panic
membantu klien mengantisipasi dan pada akhirnya mengontrol serangan.
4. Diskusikan mekanisme
koping, seperti gerakan fisik dan latihan napas dalam yang lambat dan bagaimana
mekansme ini dapat panik.
Rasional :
Klien perlu mengetahui metode koping lain yang dapat
digunakan untuk mengatasi ansietas yang tidak dapat ditoleransi akibat serangan
panik.
Tujuan
Klien menunjukkan perilaku yang membantu mengontrol
keadaan panic.
Intervensi
dan rasional
1.
Ajari klien strategi untuk mengatasi stressor internal, seperti ketakutan atau
perasaan tidak menentu.
Rasional :
Memiliki pengetahuan tentang cara alternative untuk
menangani stress akan meningkatkan kendali perilaku.
2.
Ajari klien tentang cara berpindah dari keadaan internal ke keadaan eksternal
untuk mengalihkan perhatian klien dari dirinya sendiri.
Rasional :
Keterampilan ini memampukan klien untuk melepaskan
ansietas melalui focus keluar.
3.
Diskusikan hubungan antara ansietas dengan respons fisiologis yang secara khas
di tunjukkan dalam serangan panic
Rasional :
Tindakan ini memfasilitasi daya tolak klien kedalam
hubungan antara ansietas dan gejala fisik akibat serangan panic.
4.
Bantu klien memodifikasi pikiran spontan yang enyertai gejala fisik ketika
ansietas mulai timbul.
Rasional :
Klien perlu mengetahui bahwa gejala fisiologis
ansietas diikuti oleh pikiran spontan yang mengganggu penilaian tentang apa
yang sedang terjadi.
5.
Dorong klien membentuk system pendukung dan mencari bantuan ketika tanda dan
gejala ansietas muncul.
Rasional :
Mengembangkan dan menggunakan system pendukung meningkatkan
tanggung jawab pribadi dan pengakuan pribadi tentang kebutuhan memperoleh
bantuan pada saat stress.
DAFTAR
RUJUKAN
Branca, Albert A. (1965) Psychology :
The Science of Behavior. Boston : Allyn and Bacon, inc.
Burns, David D. (1998) Terapi
Kognitif : Pendekatan Baru Bagi Penanganan Depresi. (Alih Bahasa : Santosa) Jakarta :
Erlangga.
Dirgagunarsa, Singgih. (1988) Pengantar
Psikologi. Jakarta :
BPK Gunung Mulia.
Maramis, W.F. (1980) Ilmu
Kedokteran Jiwa. Surabaya :
Airlangga University.
0 komentar:
Posting Komentar