LAPORAN PENDAHULUAN FETISHISME
A. DEFINISI
Fatishi berarti sesuatu yang
dipuja. Jadi pada penderita fetishisme, aktivitas seksualnya disalurkan melalui
bermasturbasi dengan BH (breast holder), celana dalam, kaos kaki, atau benda
lain yang dapat meningkatkan hasrat atau dorongan seksual. Sehingga, orang
tersebut mengalami ejakulasi dan mendapatkan kepuasan. Namun, ada juga
penderita yang meminta pasangannya untuk mengenakan benda-benda favoritnya,
kemudian melakukan hubungan seksual yang sebenarnya dengan pasangannya
tersebut. Sering kita mendengar seorang wanita ada saja yang kehilangan pakaian
dalamnya terutama anak-anak kos, dan mungkin pelakunya adalah penderita
fatihisme ini.
Fetishisme adalah kelainan yang dikarakteristikan
sebagai dorongan seksualhebat yang berulang dan secara seksual menimbulkan
khayalan yangdipengaruhi oleh objek yang bukan manusia.
Pada fetishisme, dorongan seksual terfokus pada benda
atau bagian tubuh(seperti, sepatu, sarung tangan, celana dalam, atau stoking)
yang secaramendalam dihubungkan dengan tubuh manusia. Pada penderita
fetishisme,penderita kadang lebih menyukai untuk melakukan aktivitas seksual
denganmenggunakan obyek fisik (jimat), dibanding dengan manusia. Penderita
akanterangsang dan terpuaskan secara seksual jika:
1.Memakai pakaian dalam milik lawan jenisnya
2.Memakai bahan karet atau kulit
3.Memegang, atau menggosok-gosok atau membaui
sesuatu, misalnyasepatu bertumit tinggi.
Objek fetish sering digunakan untuk mendapatkan gairah selama melakukan
masturbasi, dorongan seksual tidak dapat terjadi jika ketidakhadiran dari
objek tersebut. Jika terdapat pasangan seksual, pasangannya ditanya untuk
memakaipakaian atau objek lain sesuai objek fethisnya selama aktivitas seksual.
B.
ETIOLOGI
Menurut beberapa ahli kejiwaan, hasrat fetish bisa timbul karena
pengalamantraumatik dari penderita, misalnya salah satu orang yang sangat dia
sayangmeninggal, dan beberapa tahun kemudian dia bertemu seseorang yangmemiliki
bibir yang sama dengan orang yang dia sayang itu. Namun banyak juga yang mengatakan bahwa
fetishisme itu muncul karena adanya faktoralami
dari otak si penderita yang mengingat terus menerus bagian/objek/ kegiatan
orang yang disayanginnya. Misalnya, seseorang sedang rindu dengankekasihnya,
kemudian dia membayangkannya dalam pikirannya, dan selaluingat saat kekasihnya
tersenyum, tertawa, berjalan, dan akhirnya lamakelamaan berubah menjadi sebuah
fetishisme.
Dari hasil pengamatan menunjukkan
bahwa kebanyakan fetishists cenderung kesepian, tidak tegas,dan menghabiskan
banyak waktu dengan berkhayal, tetapi tidak dijelaskan mengapa fetishist tidak
tertarik pada wanita yang merangsang. Hal ini menunjukkan bahwa mungkin lebih
dari satu faktor yang menyebabkan orangmenjadi fetishist.
Penyebab
dari hubungan antara objek dan dorongan seksual mungkin adalah rasa penasaran
di masa remaja atau sebuah hubungan acak antara objek dan kepuasan seksual.
Hubungan acak ini mungkin tidak disadari atau tidak dihargai sebagai
sebuah kontent seksual ketika pertama kali timbul. Sebagai contoh, seorang
laki-laki mungkin menikmati bentuk atau sensasi sentuhan pakaian dalam wanita
atau stoking. Mula-mula sensasi kepuasan itu muncul secara acak, kemudian
seiring dengan waktu dan pengalaman, perilaku menggunakan pakaian dalam wanita
atau stoking sebagai aktifitas seksual itumemuncak, dan asosiasi antara pakaian
dan dorongan seksual pun terbentuk.orang dengan fetish tidak dapat menentukan
dengan pasti kapan kebiasaanfetishnya dimulai. Seorang fetish dapa dihubungkan
dengan aktivitas yangberhubungan dengan kekerasan seksual.
C.
GAMBARAN KLINIS
Penderita kelainan Fetishisme sering masturbasi sambil memegang
ataumenggosok objek fetish atau mungkin meminta pasangan seksual
untuk memakai objek fetish dalam hubungan seksual mereka. Fetishisme
biasanyadimulai pada masa remaja, meskipun fetish mungkin bisa muncul lebih
awalpada masa anak-anak. Setelah menjadi suatu kebiasaan yang
menetap,fetishisme cenderung kronis. Gejala awal pada penderita
biasanyameningkatkan sentuhan pada benda fetish, dan waktu yang dihabiskan
untuk memikirkan mengenai objek fethish meningkat. Lambat laun, objek
fetishakan menjadi objek yang sangat penting bagi penderita, hal ini akan me
njadisyarat untuk mendapatkan kesenangan dan kepuasan seksual.
D.
DIAGNOSIS
Fetishisme harus didiagnosis hanya apabila fetish merupakan sumber
yangpaling penting dari stimulasi seksual atau esensial untuk respons seksual
yangmemuaskan. Fantasi fetishistik adalah lazim, tetapi tidak menjadi
suatugangguan kecuali apabila menjurus kepada suatu ritual yang begitu
memaksadan tidak semestinya sampai mengganggu hubungan seksual danmenyebabkan
penderitaan pada individu. Fetishisme terbatas hanya khususpada pria. Menurut
Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa diIndonesia III (PPDGJ III),
kode yang sesuai untuk fetishisme adalah F65.0.Pelaku baru didiagnosa menderita
fetishisme apabila memiliki kepuasanseksual terhadap sesuatu sedikitnya 6
bulan. Dalam hal ini pelaku biasanyamengalami tekanan jiwa secara klinis dan
cenderung terisolir dari kehidupansosial, pekerjaan, atau bidang fungsi penting
lainnya dan bisa membahayakanbaik dirinya maupun orang lain.
E.
TERAPI DAN PENGOBATANNYA.
TERAPI
Ada dua perawatan terhadap fetishisme yang mungkin: terapi kognitif
danpsikoanalisis.
1.Terapi
Kognitif
Terapi ini berupaya mengubah perilaku pasien tanpa perlumenganalisis
bagaimana dan penyebab timbulnya fetishisme itu. Halini didasarkan pada gagasan
bahwa fetishisme merupakan hasil kondisiatau penanaman kesan. Terapi ini tidak
mampu mengubah preferensi seks pasien, namun
hanya bisa menekan akibat perilaku yang tak diinginkan. Satu terapi yang
mungkin dilakukan adalah pembentukankondisi aversif, di mana pasien
dikonfrontasikan dengan fetishnya, dansecepat dimulainya rangsangan seks,
dipaparkan pada stimulus yangtidak menyenangkan. Dilaporkan bahwa pada saat
lebih dini, stimulisakit berupa kejutan listrik telah digunakan sebagai
stimulus aversif.Dewasa ini, stimulus aversif yang umum dipakai adalah
foto-foto yangmenggambarkan hal yang tidak menyenangkan seperti menyakiti
alatkelamin. Variasi terapi ini adalah membantu pembentukan kondisiaversif, di
mana pasien dipaksa mengeluarkan gas abdominal (kentut)sebagai stimulus
aversif.
2.Psikoanalisis
Terapi psikoanalisis ini berupaya untuk menempatkan pengalamantrauma
bawah sadar yang menyebabkan awal timbulnya fetishisme.Dengan membawa
pengetahuan bawah sadar pada suara hati, lalumendorong pasien mampu bekerja
dengan traumanya secara rasionaldan emosional, ia akan terbebas dari
masalahnya. Tidak seperti halnyaterapi kognitif, psikoanalisis ini menangani
penyebabnya itu sendiri.Ada berbagai upaya yang dapat dilakukan pada analisis
proses ini,mencakup terapi bicara, analisis mimpi, dan terapi bermain.
Manametode yang akan dipilih tergantung pada permasalahan itu sendiri,sikap dan
reaksi pasien terhadap metode tertentu, dan edukasi danpreferensi ahli terapi.
F.
PENGOBATAN
Perawatan farmasi terdiri dari berbagai jenis obat yang dapat
menghambat jumlah
steroid seks melebihi jumlah testosteron yang dimiliki pria danestrogen yang dimiliki wanita. Dengan memotong
tingkat steroid seks,hasrat seksual berkurang. Dengan demikian, sesuai dengan
teori, pasienbisa mencapai kemampuan mengontrol fetish dan secara masuk akal
memproses pemikirannya tanpa terganggu oleh
rangsangan seksual. Juga,penerapan ini bisa melegakan pasien dalam kehidupan
sehari-hari, denganmembantu si pasien untuk bisa mengabaikan fetishnya dan
kembali kerutinitas sehari-hari. Penelitian lain mengasumsikan bahwa fetish
bisaberupa cacat obsesif-kompulsif (godaan yang sangat mengganggu, pent.),dan
memandang penggunaan obat-obatan psikiatri (serotoninmencerdaskan penghambat
dan pemblokir dopamin) untuk pengontrolanparafilia yang mengganggu kemampuan
seseorang untuk berfungsi.Meskipun riset berkelanjutan menunjukkan hasil
positif dalam studi kasustunggal dengan sebagian obat, misalnya topiramate,
belum ada satupunpengobatan yang dapat menangani fetishisme itu sendiri. Karena
itu,perawatan fisik hanya cocok untuk mendukung salah satu metodepsikologi.
ASUHAN KEPERAWATAN
I.
PENGKAJIAN
·
Kesadaran diri perawat
Elemen yang paling penting agar mampu memberikan konseling
pada pasien tentang seksualitas adalah kesadaran perawat akan perasaan dan
nilai yang dianutnya sendiri. Tingkat kesadaran diri perawat mempunya dampak
langsung yerhadap kemampuannya untuk memberikan intervensi pasien secara
efektif
Respon adaptif Respons
Maladaptif
Gangguan perilaku seksual oleh ansietas
sebagai akibat dari penilaian personal atau seksual
|
Perilaku seksual yang membahayakan,
pemaksaan, tidak privasi, atau bukan antara dua orang dewasa
|
Disfungsi performa seksual
|
Perilaku seksual yang memeuaskan yang
menghargai hak orang lain
|
·
Perilaku
Ada banyak cara ekspresi seksual. Pada tahun 1948 Kinsey
mengguanakan skala nilai tujuh poin dalam memeriksa preferensi seksual dimana 0
menunjukkan pengalaman heteroseksual saja, 6 menunjukkan pengalaman homoseksual
saja, dan 2, 3, atau 4 menunujukkan biseksualitas. Ia menyatakan bahwa
kebanyakan individu tidak heteroseksual atau homoseksual saja. Definisi berikut
ini merupakan istilah yang sering digunakan:
1. Homoseksual : individu dengan sangat
erotic tertarik terhadap kelompok jenis kelamin yang sama dan menjalin hubungan
seksual dengan mereka.
2. Biseksual : individu yang tertarik
secara seksual dengan kedua jenis kelamin baik dalam aktivitas homoseksual
maupun heteroseksual.
3. Transvestite : individu yang
mengenakan pakaian berlawanan dengan jenis kelaminnya
4. Transseksual : individu yang secara
genetic dan anatomis adalah pria atau wanita, tetapi mengekspresikan dirinya
dengan pikiran dan persaan dari jenis yang kelamin berlawanan dan berusaha mengubah
jenis kelaminnya secara legal melalui pengobatan hormional dan pembedahan.
·
Faktor Predisposisi
Sampai saat ini tidak ada satu teoripun yang dapat secara
adekuat menjelaskan mengenai proses perkembngan seksual yang maladaptif.
Banyak teori yang telah dikemukakan, meliputi:
1. Faktor biologis. Merupakan awal yang
menentukan perkembangan gender yaitu, apakah seseorang secara genetic
ditentukan sebagai pria atau wanita.
2. Pandangan psikoanalitik. Freud
memandang seksualitas sebagai swalah satu kunci kekuatan dalam kehidupan
manusia.
3. Pandangan perilaku. Perspektif ini
memandang perilaku seksual sebagai suatu respons yang dapat diukur baik dengan
komponen fisiologik maupun psikologik terhadap stimulus yang dipelajari atau
kejadian yang mendukung.
·
Faktor Pencetus
Identitas seksual tidak dapat dipisahkan dari konsep diri
atau citra tubuh seseorang. Oleh karena itu, apabila terjadi suatu perubahan
pada tubuh atau emosi individu, akan menyebalkan suatu perubahan dalam respons
seksual individu pula. Stresor pencetus utama meliputi:
1. Penyakit fisik dan emosional
2. Efek sampingtan dari beberapa jenis
obat
3. Cedera atau pemebedahan
4. Perubahan karena proses penuaan.
·
Sumber Koping
Sumber-sumber koping dapat meliputi pengetahuan meliputi
pengetahuan individu tentang seksualitas, pengalaman masa lalu pasien yang
positif tentang seksual, adanya individu yang mendukung termasuk pasangan seksual,
dan norma social atau budaya yang mendorong ekspresi seksual yang sehat.
·
Mekanisme Koping
·
Berbagai mekanisme koping yang mungkin dugunakan untuk
mengekspresikan respons seksual individu:
1. Fantasi mungkin digunakan untuk
meningkatkan pengalaman seksual
2. Denial mungkin digunakan untuk
menolak pengakuan terhadap konflik atau ketidakpuasan seksual
3. Rasionalisasi mungkin digunakan
untuk mendapatkan pembenaran atau penerimaan tentang motif, perilaku, perasaan
dan impuls seksual.
4. Menarik diri mungkin dilakukan untuk
mengatasi perasaan lemah, perasaan ambisius terhadap hubungan intim yang belum
terealisasikansecara tuntas.
II.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa
keperawatan primer menurut NANDA adalah perubahan pola seksualitas, yang
meliputi kurang kepuasan seksual dan konflik antara peran seka dan nilai, serta
disfungsi seksual, yang mencakup keterbatasan fisik yang actual
III.
PERENCANAAN
Penyuluhan
merupakan metode utama yang dugunakan dalam pencegahan primer untuk
masalah-masalah dan isu-isu seksual. Rencana penyuluhan pasien untuk
mengajarkan tentang respons seksual setelah mengalami penyakit organik.
IV.
IMPLEMENTASI
Hambatan dalam penyuluhan Kesehatan
Sebelum
melakukan penyuluhan kesehatan atau konseling, perawat harus memeriksa nilai
dan keyakinannya sendiri tentang pasien yang berperilaku seksual yang mungkin
berbeda. Hal ini dapat difasilitasi dengan menggali mitos tertentu mengenai
seksualitas manusia yang dianut oleh masyarakat.
Hambatan dalam Respons Seksual dalam
Hubungan Perawat-Pasien
Perasaan
tertarik secara seksual dan fantasi seksual merupakan bagian dari pengalaman
manusia dan perawat perlu memperhatikannya. Dua aspek tersebut meliputi daya
pikat seksual perawat terhadap pasien dan tindak kekerasan pasien atau pasien
menunjukkan perilaku merayu terhadap perawat. Pasien mungkin juga mengalami
respons seksual yang maladaptive karena penyakit fisik dan emosiona, preferensi
seksual, identitas gender atau disfungsi siklus respons seksual.
V.
EVALUASI
1. Apakah perasaan dan nilai yang
dianut perawat sendiri tentang seksualitas telah digali dan diatasi dengan
benar dalam memberikan asuhan keperawatan?
2. Apakah pengkajian keperawatan
tentang seksualitas pasien telah lengkap, akurat dan dilakukan secara
professional?
3. Apakah pasien merasakan perbaikan
selama terapi ?
4. Apakah pasien pernah mengalami
difungsional, apakah kemampuan fungsionalnya telah meningkat atau pulih
kembali?
5. Apakah penyuluhan kesehatan tentang
berbagai ekspresi seksual telah dilakuakan ddenga benar?
6. Apakah hubungan interpersonal pasien
telah meningkat?
7. Apakah pasien berfikir bahwa suahan
yang diberiakan membantu pemenuhan tujuan pelayanan kesehatan?
8. Apakah rujukan pada profesi
kesehatan lain atau institusi lain diperlukan bagi pasien?
DAFTAR RUJUKAN
Stuart,
G, E., Sundeen, S, J. 1998. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC.
0 komentar:
Posting Komentar