Senin, 08 Desember 2014

LAPORAN PENDAHULUAN FETISHISME

Diposting oleh Unknown di 21.11

LAPORAN PENDAHULUAN FETISHISME
A.     DEFINISI
Fatishi berarti sesuatu yang dipuja. Jadi pada penderita fetishisme, aktivitas seksualnya disalurkan melalui bermasturbasi dengan BH (breast holder), celana dalam, kaos kaki, atau benda lain yang dapat meningkatkan hasrat atau dorongan seksual. Sehingga, orang tersebut mengalami ejakulasi dan mendapatkan kepuasan. Namun, ada juga penderita yang meminta pasangannya untuk mengenakan benda-benda favoritnya, kemudian melakukan hubungan seksual yang sebenarnya dengan pasangannya tersebut. Sering kita mendengar seorang wanita ada saja yang kehilangan pakaian dalamnya terutama anak-anak kos, dan mungkin pelakunya adalah penderita fatihisme ini.
Fetishisme adalah kelainan yang dikarakteristikan sebagai dorongan seksualhebat yang berulang dan secara seksual menimbulkan khayalan yangdipengaruhi oleh objek yang bukan manusia.
Pada fetishisme, dorongan seksual terfokus pada benda atau bagian tubuh(seperti, sepatu, sarung tangan, celana dalam, atau stoking) yang secaramendalam dihubungkan dengan tubuh manusia. Pada penderita fetishisme,penderita kadang lebih menyukai untuk melakukan aktivitas seksual denganmenggunakan obyek fisik (jimat), dibanding dengan manusia. Penderita akanterangsang dan terpuaskan secara seksual jika:
1.Memakai pakaian dalam milik lawan jenisnya
2.Memakai bahan karet atau kulit
3.Memegang, atau menggosok-gosok atau membaui sesuatu, misalnyasepatu bertumit tinggi.
Objek fetish sering digunakan untuk mendapatkan gairah selama melakukan masturbasi, dorongan seksual tidak dapat terjadi jika ketidakhadiran dari objek tersebut. Jika terdapat pasangan seksual, pasangannya ditanya untuk memakaipakaian atau objek lain sesuai objek fethisnya selama aktivitas seksual.

B.     ETIOLOGI
Menurut beberapa ahli kejiwaan, hasrat fetish bisa timbul karena pengalamantraumatik dari penderita, misalnya salah satu orang yang sangat dia sayangmeninggal, dan beberapa tahun kemudian dia bertemu seseorang yangmemiliki bibir yang sama dengan orang yang dia sayang itu. Namun banyak  juga yang mengatakan bahwa fetishisme itu muncul karena adanya faktoralami dari otak si penderita yang mengingat terus menerus bagian/objek/ kegiatan orang yang disayanginnya. Misalnya, seseorang sedang rindu dengankekasihnya, kemudian dia membayangkannya dalam pikirannya, dan selaluingat saat kekasihnya tersenyum, tertawa, berjalan, dan akhirnya lamakelamaan berubah menjadi sebuah fetishisme.
Dari hasil pengamatan menunjukkan bahwa kebanyakan fetishists cenderung kesepian, tidak tegas,dan menghabiskan banyak waktu dengan berkhayal, tetapi tidak dijelaskan mengapa fetishist tidak tertarik pada wanita yang merangsang. Hal ini menunjukkan bahwa mungkin lebih dari satu faktor yang menyebabkan orangmenjadi fetishist.
            Penyebab dari hubungan antara objek dan dorongan seksual mungkin adalah rasa penasaran di masa remaja atau sebuah hubungan acak antara objek dan kepuasan seksual. Hubungan acak ini mungkin tidak disadari atau tidak dihargai sebagai sebuah kontent seksual ketika pertama kali timbul. Sebagai contoh, seorang laki-laki mungkin menikmati bentuk atau sensasi sentuhan pakaian dalam wanita atau stoking. Mula-mula sensasi kepuasan itu muncul secara acak, kemudian seiring dengan waktu dan pengalaman, perilaku menggunakan pakaian dalam wanita atau stoking sebagai aktifitas seksual itumemuncak, dan asosiasi antara pakaian dan dorongan seksual pun terbentuk.orang dengan fetish tidak dapat menentukan dengan pasti kapan kebiasaanfetishnya dimulai. Seorang fetish dapa dihubungkan dengan aktivitas yangberhubungan dengan kekerasan seksual.

C.    GAMBARAN KLINIS
Penderita kelainan Fetishisme sering masturbasi sambil memegang ataumenggosok objek fetish atau mungkin meminta pasangan seksual untuk memakai objek fetish dalam hubungan seksual mereka. Fetishisme biasanyadimulai pada masa remaja, meskipun fetish mungkin bisa muncul lebih awalpada masa anak-anak. Setelah menjadi suatu kebiasaan yang menetap,fetishisme cenderung kronis. Gejala awal pada penderita biasanyameningkatkan sentuhan pada benda fetish, dan waktu yang dihabiskan untuk memikirkan mengenai objek fethish meningkat. Lambat laun, objek fetishakan menjadi objek yang sangat penting bagi penderita, hal ini akan me njadisyarat untuk mendapatkan kesenangan dan kepuasan seksual.


D.    DIAGNOSIS
Fetishisme harus didiagnosis hanya apabila fetish merupakan sumber yangpaling penting dari stimulasi seksual atau esensial untuk respons seksual yangmemuaskan. Fantasi fetishistik adalah lazim, tetapi tidak menjadi suatugangguan kecuali apabila menjurus kepada suatu ritual yang begitu memaksadan tidak semestinya sampai mengganggu hubungan seksual danmenyebabkan penderitaan pada individu. Fetishisme terbatas hanya khususpada pria. Menurut Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa diIndonesia III (PPDGJ III), kode yang sesuai untuk fetishisme adalah F65.0.Pelaku baru didiagnosa menderita fetishisme apabila memiliki kepuasanseksual terhadap sesuatu sedikitnya 6 bulan. Dalam hal ini pelaku biasanyamengalami tekanan jiwa secara klinis dan cenderung terisolir dari kehidupansosial, pekerjaan, atau bidang fungsi penting lainnya dan bisa membahayakanbaik dirinya maupun orang lain.

E.     TERAPI DAN PENGOBATANNYA.
 TERAPI
Ada dua perawatan terhadap fetishisme yang mungkin: terapi kognitif danpsikoanalisis.
1.Terapi Kognitif 
Terapi ini berupaya mengubah perilaku pasien tanpa perlumenganalisis bagaimana dan penyebab timbulnya fetishisme itu. Halini didasarkan pada gagasan bahwa fetishisme merupakan hasil kondisiatau penanaman kesan. Terapi ini tidak mampu mengubah preferensi seks pasien, namun hanya bisa menekan akibat perilaku yang tak diinginkan. Satu terapi yang mungkin dilakukan adalah pembentukankondisi aversif, di mana pasien dikonfrontasikan dengan fetishnya, dansecepat dimulainya rangsangan seks, dipaparkan pada stimulus yangtidak menyenangkan. Dilaporkan bahwa pada saat lebih dini, stimulisakit berupa kejutan listrik telah digunakan sebagai stimulus aversif.Dewasa ini, stimulus aversif yang umum dipakai adalah foto-foto yangmenggambarkan hal yang tidak menyenangkan seperti menyakiti alatkelamin. Variasi terapi ini adalah membantu pembentukan kondisiaversif, di mana pasien dipaksa mengeluarkan gas abdominal (kentut)sebagai stimulus aversif.
2.Psikoanalisis
Terapi psikoanalisis ini berupaya untuk menempatkan pengalamantrauma bawah sadar yang menyebabkan awal timbulnya fetishisme.Dengan membawa pengetahuan bawah sadar pada suara hati, lalumendorong pasien mampu bekerja dengan traumanya secara rasionaldan emosional, ia akan terbebas dari masalahnya. Tidak seperti halnyaterapi kognitif, psikoanalisis ini menangani penyebabnya itu sendiri.Ada berbagai upaya yang dapat dilakukan pada analisis proses ini,mencakup terapi bicara, analisis mimpi, dan terapi bermain. Manametode yang akan dipilih tergantung pada permasalahan itu sendiri,sikap dan reaksi pasien terhadap metode tertentu, dan edukasi danpreferensi ahli terapi.

F.     PENGOBATAN
Perawatan farmasi terdiri dari berbagai jenis obat yang dapat menghambat jumlah steroid seks melebihi jumlah testosteron yang dimiliki pria danestrogen yang dimiliki wanita. Dengan memotong tingkat steroid seks,hasrat seksual berkurang. Dengan demikian, sesuai dengan teori, pasienbisa mencapai kemampuan mengontrol fetish dan secara masuk akal memproses pemikirannya tanpa terganggu oleh rangsangan seksual. Juga,penerapan ini bisa melegakan pasien dalam kehidupan sehari-hari, denganmembantu si pasien untuk bisa mengabaikan fetishnya dan kembali kerutinitas sehari-hari. Penelitian lain mengasumsikan bahwa fetish bisaberupa cacat obsesif-kompulsif (godaan yang sangat mengganggu, pent.),dan memandang penggunaan obat-obatan psikiatri (serotoninmencerdaskan penghambat dan pemblokir dopamin) untuk pengontrolanparafilia yang mengganggu kemampuan seseorang untuk berfungsi.Meskipun riset berkelanjutan menunjukkan hasil positif dalam studi kasustunggal dengan sebagian obat, misalnya topiramate, belum ada satupunpengobatan yang dapat menangani fetishisme itu sendiri. Karena itu,perawatan fisik hanya cocok untuk mendukung salah satu metodepsikologi.

ASUHAN KEPERAWATAN
I.       PENGKAJIAN
·         Kesadaran diri perawat
Elemen yang paling penting agar mampu memberikan konseling pada pasien tentang seksualitas adalah kesadaran perawat akan perasaan dan nilai yang dianutnya sendiri. Tingkat kesadaran diri perawat mempunya dampak langsung yerhadap kemampuannya untuk memberikan intervensi pasien secara efektif

RENTANG RESPON SEKSUAL

Respon adaptif                                                                                    Respons Maladaptif
Gangguan perilaku seksual oleh ansietas sebagai akibat dari penilaian personal atau seksual
Perilaku seksual yang membahayakan, pemaksaan, tidak privasi, atau bukan antara dua orang dewasa
Disfungsi performa seksual
Perilaku seksual yang memeuaskan yang menghargai hak orang lain
 













·         Perilaku
Ada banyak cara ekspresi seksual. Pada tahun 1948 Kinsey mengguanakan skala nilai tujuh poin dalam memeriksa preferensi seksual dimana 0 menunjukkan pengalaman heteroseksual saja, 6 menunjukkan pengalaman homoseksual saja, dan 2, 3, atau 4 menunujukkan biseksualitas. Ia menyatakan bahwa kebanyakan individu tidak heteroseksual atau homoseksual saja. Definisi berikut ini merupakan istilah yang sering digunakan:
1.      Homoseksual : individu dengan sangat erotic tertarik terhadap kelompok jenis kelamin yang sama dan menjalin hubungan seksual dengan mereka.
2.      Biseksual : individu yang tertarik secara seksual dengan kedua jenis kelamin baik dalam aktivitas homoseksual maupun heteroseksual.
3.      Transvestite : individu yang mengenakan pakaian berlawanan dengan jenis kelaminnya
4.      Transseksual : individu yang secara genetic dan anatomis adalah pria atau wanita, tetapi mengekspresikan dirinya dengan pikiran dan persaan dari jenis yang kelamin berlawanan dan berusaha mengubah jenis kelaminnya secara legal melalui pengobatan hormional dan pembedahan.

·         Faktor Predisposisi
Sampai saat ini tidak ada satu teoripun yang dapat secara adekuat menjelaskan mengenai proses perkembngan seksual yang maladaptif.
Banyak teori yang telah dikemukakan, meliputi:
1.      Faktor biologis. Merupakan awal yang menentukan perkembangan gender yaitu, apakah seseorang secara genetic ditentukan sebagai pria atau wanita.
2.      Pandangan psikoanalitik. Freud memandang seksualitas sebagai swalah satu kunci kekuatan dalam kehidupan manusia.
3.      Pandangan perilaku. Perspektif ini memandang perilaku seksual sebagai suatu respons yang dapat diukur baik dengan komponen fisiologik maupun psikologik terhadap stimulus yang dipelajari atau kejadian yang mendukung.


·         Faktor Pencetus
Identitas seksual tidak dapat dipisahkan dari konsep diri atau citra tubuh seseorang. Oleh karena itu, apabila terjadi suatu perubahan pada tubuh atau emosi individu, akan menyebalkan suatu perubahan dalam respons seksual individu pula. Stresor pencetus utama meliputi:
1.      Penyakit fisik dan emosional
2.      Efek sampingtan dari beberapa jenis obat
3.      Cedera atau pemebedahan
4.      Perubahan karena proses penuaan.

·         Sumber Koping
Sumber-sumber koping dapat meliputi pengetahuan meliputi pengetahuan individu tentang seksualitas, pengalaman masa lalu pasien yang positif tentang seksual, adanya individu yang mendukung termasuk pasangan seksual, dan norma social atau budaya yang mendorong ekspresi seksual yang sehat.

·         Mekanisme Koping
·         Berbagai mekanisme koping yang mungkin dugunakan untuk mengekspresikan respons seksual individu:
1.      Fantasi mungkin digunakan untuk meningkatkan pengalaman seksual
2.      Denial mungkin digunakan untuk menolak pengakuan terhadap konflik atau ketidakpuasan seksual
3.      Rasionalisasi mungkin digunakan untuk mendapatkan pembenaran atau penerimaan tentang motif, perilaku, perasaan dan impuls seksual.
4.      Menarik diri mungkin dilakukan untuk mengatasi perasaan lemah, perasaan ambisius terhadap hubungan intim yang belum terealisasikansecara tuntas.

II.    DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan primer menurut NANDA adalah perubahan pola seksualitas, yang meliputi kurang kepuasan seksual dan konflik antara peran seka dan nilai, serta disfungsi seksual, yang mencakup keterbatasan fisik yang actual


III. PERENCANAAN
Penyuluhan merupakan metode utama yang dugunakan dalam pencegahan primer untuk masalah-masalah dan isu-isu seksual. Rencana penyuluhan pasien untuk mengajarkan tentang respons seksual setelah mengalami penyakit organik.

IV. IMPLEMENTASI
Hambatan dalam penyuluhan Kesehatan
Sebelum melakukan penyuluhan kesehatan atau konseling, perawat harus memeriksa nilai dan keyakinannya sendiri tentang pasien yang berperilaku seksual yang mungkin berbeda. Hal ini dapat difasilitasi dengan menggali mitos tertentu mengenai seksualitas manusia yang dianut oleh masyarakat.
Hambatan dalam Respons Seksual dalam Hubungan Perawat-Pasien
Perasaan tertarik secara seksual dan fantasi seksual merupakan bagian dari pengalaman manusia dan perawat perlu memperhatikannya. Dua aspek tersebut meliputi daya pikat seksual perawat terhadap pasien dan tindak kekerasan pasien atau pasien menunjukkan perilaku merayu terhadap perawat. Pasien mungkin juga mengalami respons seksual yang maladaptive karena penyakit fisik dan emosiona, preferensi seksual, identitas gender atau disfungsi siklus respons seksual. 

V.    EVALUASI
1.      Apakah perasaan dan nilai yang dianut perawat sendiri tentang seksualitas telah digali dan diatasi dengan benar dalam memberikan asuhan keperawatan?
2.      Apakah pengkajian keperawatan tentang seksualitas pasien telah lengkap, akurat dan dilakukan secara professional?
3.      Apakah pasien merasakan perbaikan selama terapi ?
4.      Apakah pasien pernah mengalami difungsional, apakah kemampuan fungsionalnya telah meningkat atau pulih kembali?
5.      Apakah penyuluhan kesehatan tentang berbagai ekspresi seksual telah dilakuakan ddenga  benar?
6.      Apakah hubungan interpersonal pasien telah meningkat?
7.      Apakah pasien berfikir bahwa suahan yang diberiakan membantu pemenuhan tujuan pelayanan kesehatan?
8.      Apakah rujukan pada profesi kesehatan lain atau institusi lain diperlukan bagi pasien?




 DAFTAR RUJUKAN
Stuart, G, E., Sundeen, S, J. 1998. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC.


0 komentar:

Posting Komentar

 

SHARE D' MOMENT Template by Ipietoon Blogger Template | Gadget Review