Senin, 08 Desember 2014

LAPORAN PENDAHULUAN GANGGUAN KEPRIBADIAN PARANOID

Diposting oleh Unknown di 21.23

A.    Definisi
Kepribadian paranoid ialah suatu gangguan kepribadian dengan sifat curiga yang menonjol ; orang eperti ini mungkin agresif dan setiap orang dan setiap orang lain dilihat sebagai seorang agresor terhadapnya, ia harus mempertahankan dirinya. Ia bersikap sebagai pemberontak dan  angkuh untuk menahan harga diri, sering ia mengancam orang lain sebagai akibat proyeksi rasa bermusuhannya sendiri. Dengan demikian ia kehilangan teman-teman dan mendapatka banyak musuh.
Dalam kepribadian paranoid kita menemukan secara berlebihan kecenderungan yang sudah umum, yaitu suka melempar tanggung jawab kepada orang lain, menolak a priorisifat-sifat orang lain yang tidak memenuhi ukuran yang telah dibuatnya sendiri. Untuk mempertahankan rasa harga diri, dibuatnya keterangan yang tidak masuk akal tentang kesalahan-kesalahannya, tetapi yang memuaskan emosinya sendiri. Sering diduganya bahwa orang lainnya yang tidak adil, bermusuhan dan agresif.
B.     Etiologi
Penyebab pasti terjadinya gangguan kepribadian paranoid belum sepenuhnya diketahui namun ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi :
1.      Genetik
Gangguan kepribadian kelompok A (paranoid, skizoid, dan skizotipal) lebih sering ditemukan pada sanak saudara biologis dari pasien skizofrenik. Secara bermakna gangguan kepribadian skizotipal lebih banyak ditemukan dalam riwayat keluarga skizofrenia. Korelasi yang lebih jarang ditemukan pada gangguan kepribadian paranoid atau skizoid dengan skizofrenia.
2.      Tempramental
Gangguan kepribadian tertentu mengkin berasal dari kesesuaian parental yang buruk misalnya kultur yang memaksakan agresi mungkin secara tidak sengaja mendorong dan dengan demikian berperan dalam gangguan kepribadian paranoid.
3.      Disfungsi kognitif
Pada penelitian yang dilakukan oleh Forsell & Henderson yang dilakukan pada oarang lanjut usia menemukan bahwa disfungsi kognitif dapat menjadi faktor resiko terjadinya gejala paranoid. Dengan melakukan pengukuran aliran darah regional, pada pasien dengan gejala paranoid menunjukkan peningkatan aktifitas fungsional terutama pada regio frontal dan menunjukkan penurunan aliran darah pada regio temporal posterior.
4.      Isolasi sosial
Pada penelitian yang sama yang dilakukan oleh Forsell & Handerson mengemukakan bahwa pasien yang mengalami isolasi sosial termasuk di dalamnya akibat perceraian, tidak memiliki teman atau jarang mendapat kunjungan memiliki hubungan dengan terjadinya gejala paranoid.
C.     Klasifikasi
1.      Kelompok  A : orang yang dianggap aneh atau eksentrik.
·         Paranoid
·         Skizoid
·         Skizotipal
2.      Kelompok B : orang dengan perilaku yang terlalu dramatis, emosional atau eratik (tidak menentu)
·         Antisosial
·         Borderline
·         Histrionik
·         Narsistik
3.      Kelompok C : orang yang seringkali tampak cemas atau ketakutan
·         Avoidant
·         Dependen
·         Obsesif Kmpulsif
D.    Manifestasi klinis
Ketidakpercayaan dan kecurigaan yang sangat besar kepada orang lain. Pikiran mereka terus-menerus berisi ide bahwa orang lain akan memainkan tipuan, mengeksploitasi, atau mengakibatkan bahaya. Orang-orang dengan ganggua tersebut selalu berjaga-jaga terhadap bahaya yang dipersepsikan ada di sekeliling mereka. Mereka suka berahasia, terlalu sensitif , cemburuan, suka berargumentasi, dan agresif. Berbagai kesulitan dan hinaan serta cedera yang terus menerus diderita oleh orang-orang ini tidak pernah dimaafkan. Interaksi mereka ditandai dengan kritik berlebihan, kekakuan, sikap defensif, dingin, dan tidak dapat berkompromi. Orang lain menilai bahwa mereka terlalu objektif, terhadap pelepasan emosi. Mereka membuat orang-orang di sekitar mereka merasa tidak nyaman berada dalam situasi sosial, dan mereka kurang memiliki rasa humor. Karena penderita gangguan kepribadian ini cenderung menghindari hubungan intim dan mendemonstrasikan sikap yang berlebihan seakan-akan diri mereka merasa sangat penting dan merasa dirinya cukup, mereka sering sekali kesepian. Mereka mampunyai kesulitan dalam menerima orang lain yang berada dalam posisi berkuasa atau kuat dan sering kali mereka tidak memiliki hubungan dengan teman sebaya dan rekan sekerja. Gangguan kepribadian paranoid lebih sering terjadi pada pria.
E.     Penatalaksanaan Medis
1.      Psikoterapi. Pasien paranoid tidak bekerja baik dalam psikoterapi kelompok, karena itu ahli terapi harus berhadapan langsung dalam menghadapi pasien, dan harus diingat bahwa kejujuran merupakan hal yang sangat penting bagi pasien. Ahli terapi yang terlalu banyak menggunakan interpretasi mengenai perasaan ketergantungan yang dalam, masalah seksual dan keinginan untuk keintiman dapat meningkatkan ketidakpercayaan pasien.
2.      Farmakoterapi. Farmakoterapi berguna dalam menghadapi agitasi dan kecemasan. Pada sebagian besar kasus, obat anti anxietas seperti diazepam dapat digunakan. Pemberian obat anti anxietas di indikasikan atas dasar adanya kecemasan dan kekhawatiran yang dipersepsi sebagai ancaman yang menyebabkan individu tidak mampu beristirahat dengan tenang. Diazepam dapat diberikan secara oral dengan dosis anjuran 10-30 mg/hari dengan 2-3 kali pemberian. Atau mungkin perlu untuk menggunakan anti psikotik, seperti thioridazine  atau haloperidol, dalam dosis kecil dan dalam periode singkat untuk menangani agitasi parah atau pikiran yang sangat delusional. Obat anti psikotik pimozide bisa digunakan untuk menurunkan gagasan paranoid.








KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
A.   PengkajiaN
1.      Faktor Predisposisi
·         Tumbuh kembang : gangguan dalam perkembangan persepsi, berpikir dan hubungan dengan orang lain.
·         Hubungan dalam keluarga : Pola asuh dan interaksi dalam keluarga yang tidak mendukung proses tumbang.
2.      Faktor Presipitasi
·         Perpisahan/ kehilangan : orang berarti dalam waktu sementara/ lama (perceraian, kematian atau dirawat di RS
·         Penyakit kronis dan kecacatan : cenderung isolasi diri sehingga gangguan pola hubungan
·         Sosial budaya : perubahan status sosek ( perusahaan bangkrut tau tinggal di tempat baru)
B.   Perilaku dan Mekanisme Koping

1.      Jenis gangguan Skizoid: mekanisme koping isolasi
2.      Jenis gangguan Histerionik: mekanisme koping disosiasi,menyerang dan mengingkari
3.      Jenis gangguan Narsistik: mekanisme koping manipulasi, intelektualisasi
4.      Jenis gangguan Boderline: mekanisme koping marah, krisis
5.      Jenis gangguan Menarik diri: mekanisme koping isolasi
6.      Jenis gangguan Tergantung: mekanisme koping ketergantungan
7.      Isolasi
8.      Disosiasi, menyerang, mengingkari
9.      Manipulasi, intelektualisasi
10.  Marah, krisis
11.  Ketergantungan
C.   Perilaku Terkait Gangguan Kepribadian
1.      Kepribadian histerionik
Ciri pokok : sebagai suatu pola pervasif dari emosional dan mencari perhatian yang berlebihan.
Gejala : emosional tinggi, mendramatisasi diri, menarik perhatian, manipulatif, toleransi rendah, tidak rasional, tempentantrum, manipulatif, reaksi berlebihan pada stress
2.      Kepribadian narsisitik
Tidak hangat, tidak responsive, terikat pada aturan (tertib, rapi), perfeksionistik, seriously (tidak dapat rileks, tertawa dan menangis ), hubungan sosial terbatas
3.      Kepribadian borderline
Sukar membina hubungan sosial dan personal, depresi, mengeluh perasaan bosan dan hampa, tidak percaya pada orang lain, perasaan sepi, sangat sensitif terhadap penolakan, tidak mampu mengatasi cemas dan frustasi, kontrol diri kurang
4.      Kepribadian tergantung
·         Tidak mandiri, orang lain yang mengambil keputusan tentang dirinya, kurang percaya diri, vitalitas dan mobilitas kurang
5.      Kepribadian Kompulsif
·         Tidak hangat, tidak responsif, terikat pada aturan (tertib,rapi ), perfeksionistik, seriusly ( tidak dapat rileks, ketawa & amp; menangis), hubungan sosial terbatas
6.      Kepribadian menarik diri / menghindar
·         Hiperaktif pada penolakan, menghindari hubungan sosial kecuali dengan jaminan (diterima dan tidak dikritik), menarik diri, temannya terbatas, harga diri rendah, gelisah dan malu jika berbicara dengan orang lain, ingin dikasihani & amp; diterima
7.      Kepribadian pasif-agresif
·         Menolak tuntutan untuk berpenampilan adekuat (sosial, pekerjaan), penolakan tidak diungkapkan dengan langsung (menangguhkan, buang2 waktu dan pelupa)
8.      Kepribadian schizoid
·         Emosi dingin dan tidak peduli, tanpa kehangatan dan kelembutan, tidak dapat membedakan pujian, kritik pada perasaan orang lain, menolak kontak mata, menghindari komunikasi spontan, tidak tertarik dengan lawan jenis, pikiran paranoid, pikiran magis & masalah komunikasi.
D.   Penjelasan Teoritis Gangguan Kepribadian
1.    Pengaruh biologi
2.    pengaruh sosial dan lingkungan
3.    pengaruh keluarga
4.    pengutan respons perilaku

E.    Diagnosa Keperawatan
  1. Kerusakan interaksi sosial : isolasi sosial
  2. Gangguan alam perasaan : depresi
  3. Gangguan hubungan dengan orang lain : dependent
  4. Gangguan hubungan dengan orang lain : manipulatif
  5. Isolasi sosial
  6. Gangguan konsep diri : harga diri rendah
  7. Resti amuk
  8. Resti merusak diri


F.    Intervensi Keperawatan

Tujuan umum :
  1. Mencegah terjadinya gangguan jiwa berat
  2. Membantu mengembangkan kemampuan hubungan sosial
  3. Mendorong partisipasi keluarga dalam merawat klien
G.   Implementasi Keperawatan

1.      Kepribadian Histerik
·         Bekerja sama dengan klien dan keluarga
·         Terapi perilaku untuk membantu pencapaian tumbang
·         Bantu orang tua untuk mendisiplinkan anak
·         Bantu anak beradapatasi dalam kelompok
·         Respon perawat untuk dipengaruhi gender
2.      Kepribadian narsistik
·         Bantu klien mengemembangkan harga diri yang kuat
·         Fasilitasi ledakan rasa marah dan bermusuhan
·         Tanggapi setiap perilaku klien
·         Beri penjelasan singkat, jelas dan terbatas
·         Bantu klien menyadari perasaan, kemampuan dan keterbatasannya
·         Tetapkan harapan yang jelas, konsisten & amp; mantap
·         Bantu klien melepaskan diri dari pengalaman yang menyakitkan
·         Beri umpan balik perilaku klien
·         Libatkan dalam terapi kelompok
·         Lakukan terapi keluarga
3.      Kepribadian Borderline
·         Ciptakan lingkungan yang terapeutik.
·         Kerja sama dengan klien dan keluarga.
·         Lakukan kontrak dengan klien dalam pencapaian tujuan.
·         Hindari tawar menawar.
·         Gunakan contoh peran, teknis re-inforcement.
·         Konfrontasi perilaku klien yang tidak sesuai.
·         Identifikasi perilaku destruktif & amp; pantau perilaku regresi penanganan segera.
·         Identifikasi kebutuhan klien yang membutuhkan.
·         Libatkan dalam terapi kelompok.
·         Berikan terapi dengan tepat
4.      Kepribadian Tergantung
·         Rancang batasan usia yang sesuai dan konsisten.
·         Libatkan keluarga dan orang terdekat.
·         Hindari perilaku balas dendam dan tekankan tanggung jawab terhadap perilaku, pikiran dan perasaan.
·         Beri kesempatan untuk mengontrol kehidupan perilakunya.
·         Tunjukkan penerimaan/ pengakuan terhadap keputusan klien.
·         Tetap beri informasi tentang kegiatan terapi.
·         Arahkan klien pada pemikiran rencana masa depan.
5.      Kepribadian Kompulsif
·         Ekspresif psikoterapi.
·         Diskusikan efek stress dan beri saran.
·         Cegah ketidakjelasan.
·         Beri penekanan pada kebutuhan dengan contoh konkrit.
·         Strategi perilaku dan kognitif sangat berguna.
·         Terapi kelompok untuk orang tua dan keluarga.
6.      Kepribadian Menghindar
·         Bina hubungan saling percaya.
·         Bantu klien menerima kritik orang lain.
·         Bantu klien mengkritik diri sendiri.
·         Bantu klien agar keluar dari lingkaran kritik dengan mengkonfrontasi kesepiannya.
·         Bantu klien untuk sosialisasi dan mendapat teman.
·         Beri re-inforcement akan kemampuan yang telah dimiliki klien.
7.      Kepribadian Pasif – Agresif
·         Beri batasan perilaku dan lingkungan.
·         Beri kesempatan untuk mengungkapkan perasaan secara konstruktif.
·         Beri kesempatan berpengalaman dalam kelompok.
·         Tingkatkan hubungan social.
·         Lakukan terapi perilaku.

8.      Kepribadian Skizoid
·         Lakukan kontrak P – K.
·         Tingkatkan sosialisasi.
·         Hindari isolasi dan perawatan institusional.
·         Libatkan dalam terapi okupasi dan terapi kelompok.
H.   Evaluasi
  1. Klien mampu berhubungan dengan orang lain secara efektif.
  2. Perilaku klien merefleksikan kemampuan dalam hubungan : percaya, terbuka dan kerja sama.
  3. Sumber koping.
DAFTAR RUJUKAN

Copel L. C. 2000. Kesehatan Jiwa dan Psikiatrik.Jakarta: EGC

0 komentar:

Posting Komentar

 

SHARE D' MOMENT Template by Ipietoon Blogger Template | Gadget Review