BAB
I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Infark miokard adalah suatu keadan
ketidakseimbangan antara suplai & kebutuhan oksigen miokard sehingga
jaringan miokard mengalami kematian. Infark menyebabkan kematian jaringan yang
ireversibel. Infark tidak statis dan dapat berkembang secara progresif.
Infark miokard apabila tidak segera ditangani atau dirawat dengan cepat dan
tepat dapat menimbulkan komplikasi seperti CHF, disritmia, syok kardiogenik
yang dapat menyebabkan kematian, dan apabila sembuh akan terbentuk jaringan
parut yang menggantikan sel-sel miokardium yang mati. Apabila jaringan parut cukup
luas maka kontraktilitas jantung menurun secara permanent, jaringan parut
tersebut lemah sehingga terjadi ruptur miokardium atau anurisma, maka
diperlukan tindakan medis dan tindakan keperawatan yang cepat dan tepat untuk
mencegah komplikasi yang tidak diinginkan.
Hal ini dapat dicapai melalui
pelayanan maupun perawatan yang cepat dan tepat. Untuk memberikan pelayanan
tersebut diperlukan pengetahuan serta keterampilan yang khusus dalam mengkaji,
dan mengevaluasi status kesehatan klien dan diwujudkan dengan pemberian asuhan
keperawatan tanpa melupakan usaha promotif, preventif, kuratif dan
rehabilitatif.
Adapun gambaran
distribusi, umur, geografi, jenis kelamin dan faktor resiko IMA sesuai dengan
angina pektoris atau Penyakit Jantung Koroner pada umumnya. IMA merupakan
penyebab kematian tersering di AS. Di Indonesia sejak sepuluh tahun terakhir
IMA lebih sering ditemukan, apalagi dengan adanya fasilitas diagnostik dan
unit-unit perawatan penyakit jantung koroner intensif yang semakin tersebar
merata. Kemajuan dalam pengobatan IMA di unit perawatan jantung koroner intensif
yang semakin tersebar merata. Kemajuan dalam pengobatan IMA di unit perawatan
jantung koroner intensif berhasil makin menurunkan angka kematian IMA.
1.2
Rumusan Masalah
Bagaimanakah
asuhan keperawatan pada klien Infark Myocard ?
1
1.3
Tujuan Penulisan
A. Tujuan
Umum
Penulis mampu menyusun serta
melakukan manajemen asuhan keperawatan
secara langsung pada klien dengan
Infark Myocard.
B. Tujuan
Khusus
a. Mampu
melakukan pengkajian keperawatan pada klien dengan Infark Myocard.
b. Mampu
menetapkan diagnosa keperawatan pada klien dengan Infark Myocard.
c. Mampu membuat rencana asuhan keperawatan pada klien dengan
Infark
Myocard.
d. Mampu
melakukan pelaksanaan keperawatan pada klien dengan Infark Myocard.
e. Mampu
melaksanakan evaluasi keperawatan pada klien dengan Infark Myocard.
1.4
Manfaat Penulisan
A.
Bagi Peningkatan Kualitas Asuhan Keperawatan
Laporan
studi asuhan keperawatan “Asuhan
Keperawatan Infark Myocard” ini diharapkan dapat digunakan sebagai acuan
dalam peningkatan kualitas asuhan keperawatan
serta perkembangan ilmu praktek keperawatan.
B.
Bagi Ilmu Pengetahuan dan Teknologi ( IPTEK )
Diharapkan dengan adanya laporan studi kasus Infark
Myocard ini, diharapkan dapat turut serta dalam meningkatkan perkembangan dan
peningkatan ilmu pengetahuan serta manajemen asuhan keperawatan dalam kasus
ini.
C. Bagi
Institusi Layanan Pendidikan
Sebagai
tolak ukur tingkat kemampuan mahasiswa dalam penguasaan materi dan kasus Infark
Myocard. Penguasaan proses keperawatan, perkembangan penyakit serta manajemen
dalam tatalaksana kasus ini sangat menjadi pertimbangan kemampuan pencapaian
kompetensi.
2
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
2.1 Definisi
Infark Miokard Akut (IMA) adalah
terjadinya nekrosis miokard yang cepat disebabkan oleh karena ketidakseimbangan
yang kritis antara aliran darah dan kebutuhan darah miokard. (M. Widiastuti
Samekto, 13 : 2001)
Infark miokardium mengacu pada
proses rusaknya jaringan jantung akibat suplai darah yang tidak adekuat
sehingga aliran darah koroner berkurang. (Smetzler Suzanne C & Brenda G.
Bare, 768 : 2002)
Infark Miokard Akut (IMA) adalah
nekrosis miokard akibat aliran darah ke otot jantung terganggu. (Noer H. M
Sjaifullah, 1999 : 1008)
Infark myokardium merupakan blok
total yang mendadak dari arteri koroner besar atau cabang-cabangnya. Lamanya
kerusakan myocardial bervariasi dan bergantung kepada besar daerah yang
diperfusi oleh arteri yang tersumbat. Infark myocardium dapat berakibat
nekrosis karena parut atau fibrosis, dan mendatangkan kematian mendadak.
(Barbara C. Long, 568 : 1996)
Acute Myocard Infark (AMI) adalah nekrosis miokard
akibat gangguan aliran darah ke otot jantung ( Kapita Selekta
Kedokteran, 2000 : 437)
Acute Myocard Infark (AMI) adalah iskemia yang lebih berat, disertai
kerusakan sel (Brunner dan Sudarth)
Infark Miokard Akut adalah penurunan aliran darah
melalui satu atau lebih arteri koroner, mengakibatkan iskemia miokard dan
nekrosis.( Doengoes, Moorhouse, Geissler, 1999 : 83 )
Infark Miocard Akut adalah kematian jaringan miokard diakibatkan oleh
kerusakan aliran darah koroner miokard (penyempitan atau sumbatan arteri
koroner diakibatkan oleh aterosklerosis atau penurunan aliran darah akibat syok
atau perdarahan (Carpenito L.J. , 2000)
Dari beberapa pengertian di atas
maka dapat disimpulkan bahwa Akut Miokard Infark (AMI) merupakan suatu keadaan
dimana terjadi kerusakan atau kematian otot jantung yang
3
disebabkan oleh karena berkurangnya atau terhambatnya
aliran darah koroner secara tiba-tiba atau secara tiba-tiba kebutuhan oksigen
meningkat tanpa disertai perfusi arteri koroner yang cukup.
2.2 Etiologi
A. Faktor penyebab
a. Suplai oksigen ke
miocard berkurang yang disebabkan oleh 3 faktor :
1.
Faktor pembuluh darah :
-
Aterosklerosis.
-
Spasme
-
Arteritis
2.
Faktor sirkulasi :
-
Hipotensi
-
Stenosos aurta
-
Insufisiensi
3.
Faktor darah :
-
Anemia
-
Hipoksemia
-
Polisitemia
b. Curah jantung yang
meningkat :
- Aktifitas berlebihan
4
- Emosi
- Makan terlalu banyak
- Hypertiroidisme
c. Kebutuhan oksigen
miocard meningkat pada :
- Kerusakan miocard
- Hypertropimiocard
- Hypertensi diastolic
B. Faktor predisposisi :
a. Faktor
resiko yang dapat dimodifikasi
Merupakan faktor resiko yang bisa
dikendalikan sehingga dengan intervensi tertentu sehingga bisadihilangkan.
Termasuk dalam kelompok ini diantaranya:
1) Merokok
Peran rokok
dalam penyakit jantung koroner ini antara lain : menimbulkan aterosklerosis;
peningkatan trombogenesis dan vasokontriksi; peningkatan tekanan darah; pemicu
aritmia jantung, meningkatkan kebutuhan oksigen jantung, dan penurunan
kapasitas pengangkutan oksigen. Merokok 20 batang rokok atau lebih dalam sehari
bisa meningkatkan resiko 2-3 kali dibanding yang tidak merokok.
2) Konsumsi
alcohol
Meskipun ada
dasar teori mengenai efek protektif alcohol dosis rendah hingga moderat, dimana
ia bisa meningkatkan trombolisis endogen, mengurangi adhesi platelet, dan
meningkatkan kadar HDL dalam sirkulasi, akan tetapi semuanya masih
controversial. Tidak semua literature mendukung konsep ini, bahkan peningkatan
dosis alcohol dikaitkan dengan peningkatan mortalitas cardiovascular karena
aritmia, hipertensi sistemik dan kardiomiopati dilatasi.
5
3)
Infeksi
Infeksi Chlamydia pneumoniae, organisme gram negative
intraseluler dan penyebab umum penyakit saluran pernafasan, tampaknya
berhubungan dengan penyakit koroner aterosklerotik.
4) Hipertensi
sistemik
Hipertensi
sistemik menyebabkan meningkatnya after load yang secara tidak langsung akan
meningkatkan beban kerja jantung. Kondisi seperti ini akan memicu hipertropi
ventrikel kiri sebagai kompensasi dari meningkatnya after load yang pada
akhirnya meningkatan kebutuhan oksigen jantung.
5)
Obesitas
Terdapat
hubungan yang erat antara berat badan, peningkatan tekanan darah, peningkatan
kolesterol darah, DM tidak tergantung insulin, dan tingkat aktivitas yang
rendah.
6) ``Kurang
olahraga
Aktivitas aerobic yang teratur akan menurunkan resiko
terkena penyakit jantung koroner, yaitu sebesar 20-40 %.
7) Penyakit Diabetes
Resiko terjadinya penyakit jantung koroner pada pasien dengan DM sebesar
2-4 lebih tinggi dibandingkan orang biasa. Hal ini berkaitan dengan adanya
abnormalitas metabolisme lipid, obesitas, hipertensi sistemik, peningkatan
trombogenesis (peningkatan tingkat adhesi platelet dan peningkatan
trombogenesis).
b. Faktor resiko yang tidak dapat dimodifikasi
Merupakan factor resiko yang tidak bisa dirubah atau dikendalikan, yaitu di
antaranya:
1)
Usia
Resiko meningkat pada pria datas 45 tahun dan wanita
diatas 55 tahun (umumnya setelah menopause).
6
2)
Jenis
Kelamin
Morbiditas akibat penyakit jantung koroner (PJK) pada
laki-laki dua kali lebih besar dibandingkan pada perempuan, hal ini berkaitan
dengan estrogen yang bersifat protective pada perempuan. Hal ini terbukti
insidensi PJK meningkat dengan cepat dan akhirnya setara dengan laki-laki pada
wanita setelah masa menopause.
3)
Riwayat
Keluarga
Riwayat anggota keluarga sedarah yang mengalami PJK
sebelum usia 70 tahun merupakan factor resiko independent untuk terjadinya PJK.
Agregasi PJK keluarga menandakan adanya predisposisi genetic pada keadaan ini.
Terdapat bukti bahwa riwayat positif pada keluarga mempengaruhi onset penderita
PJK pada keluarga dekat.
4)
Ras/Suku
Insidensi kematian akibat PJK pada
orang Asia yang tinggal di Inggris lebih tinggi dibandingkan dengan peduduk
local, sedangkan angka yang rendah terdapat pada RAS apro-karibia.
5)
Geografi
Tingkat kematian akibat PJK lebih tinggi di Irlandia
Utara, Skotlandia, dan bagian Inggris Utara dan dapat merefleksikan perbedaan
diet, kemurnian air, merokok, struktur sosio-ekonomi, dan kehidupan urban.
6) Tipe
kepribadian
Tipe kepribadian A yang memiliki sifat agresif,
kompetitif, kasar, sinis, gila hormat, ambisius, dan gampang marah sangat
rentan untuk terkena PJK. Terdapat hubungan antara stress dengan abnnormalitas
metabolisme lipid.
7) Kelas sosial
Tingkat kematian akibat PJK tiga kali lebih tinggi
pada pekerja kasar laki-laki terlatih dibandingkan dengan kelompok pekerja
profesi (misal dokter, pengacara dll). Selain itu frekuensi istri pekerja kasar
ternyata 2 kali lebih besar untuk mengalami kematian dini akibat PJK
dibandingkan istri pekerja professional/non-manual. (Ilham, 2010).
7
2.3
Patofisiologi
Infark miokard akut
sering terjadi pada orang yang memiliki satu atau lebih faktor resiko seperti :
obesitas, merokok, hipertensi dan lain-lain. Faktor-faktor ini disertai dengan
proses kimiawi terbentuknya lipoprotein di tunika intima yang dapat menyebabkan
interaksi fibrin dan patelet sehingga menimbulkan cedera endotel pembuluh darah
korner.Interaksi tersebut menyebabkan invasi dan akumulasi lipid yang akan
membentuk plak fibrosa. Timbunan plak menimbulkan lesi komplikata yang dapat
menimbulkan tekanan pada pembuluh darah dan apabila ruptur dapat terjadi
thrombus. Thrombus yang menyumbat pembuluh darah menyebabkan aliran darah
berkurang, sehingga suplay O2 yang diangkut dara ke jaringan miokardium
berkurang yang anaerob yang berakibat penumpukan asam laktat. Asam laktat yang
meningkat menyebabkan nyeri dan perubahan pH endokardium yang menyebabkan
perubahan elektro fisiologi endokardium, yang pada akhirnya menyebabkan
perubahan sistem konduksi jantung sehingga jantung mengalami disritmia.Iskemik
yang berlangsung lebih dari 30 menit menyebabkan kerusakan otot jantung yang
ireversibel dan kematian otot jantung (infark). Miokardium yang mengalami
kerusakan otot jantung atau nekrosis tidak lagi dapat memenuhi fungsi kontraksi
dan menyebabkan keluarnya enzim dari intrasel ke pembuluh darah yang dapat
dideteksi dengan pemeriksaan laboratorium. Otot jantung yang infark mengalami
perubahan selama penyembuhan. Mula-mula otot jantung yang mengalami infark
tampak memar dan siarotik karena darah di daerah sel tersebut berhenti. Dalam
jangka waktu 2 4 jam timbul oedem sel-sel dan terjadi respon peradangan yang
disertai infiltrasi leukosit.Infark miokardium akan menyebabkan fungsi
vertrikel terganggu karena otot kehilangan daya kontraksi. sedang otot yang
iskemik disekitarnya juga mengalami gangguan dalam daya kontraksi secara
fungsional infark miokardium akan mengakibatkan perubahan-perubahan pada daya
kontraksi, gerakan dinding abnormal, penurunan stroke volume, pengurangan
ejeksi peningkatan volume akhir sistolik dan penurunan volume akhir diastolik
vertrikel.Keadaan tersebut diatas menyebabkan kegagalan jantung dalam memompa
darah (jatuh dalam dekompensasi kordis) dan efek jantung ke belakang adalah
terjadinya akumulasi cairan yang menyebabkan terjadinya oedem paru-paru dengan
manifestasi sesak nafas. Sedangkan efek ke depan terjadinya penurunan COP
sehingga suplay darah dan oksigen sistemik tidak adekuat sehingga menyebabkan
kelelahan.
8
2.4 Klasifikasi
A. Berdasarkan
lapisan otot yang terkena Akut Miokard Infark
:
1. Akut Miokard Infark
Transmural
Mengenai seluruh
lapisan otot jantung (dinding ventrikel).
2. Akut Miokard Infark
Non Transmural / Subendokardial Infark
Infark otot jantung bagian dalam (mengenai sepertiga
miokardium).
B. Berdasarkan tempat oklusinya pada pembuluh darah
koroner :
1. Akut Miokard Infark
Anterior.
2. Akut Miokard Infark
Posterior.
3. Akut Miokard Infark
Inferior.
2.5 Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala infark miokard ( TRIAS ) adalah :
1. Nyeri :
a. Nyeri
dada yang terjadi secara mendadak dan terus-menerus tidak mereda, biasanya di atas
region sternal bawah dan abdomen bagian atas, ini merupakan gejala utama.
b. Keparahan
nyeri dapat meningkat secara menetap sampai nyeri tidak tertahankan lagi.
c. Nyeri
tersebut sangat sakit, seperti tertusuk-tusuk yang dapat menjalar ke bahu dan
terus ke bawah menuju lengan (biasanya lengan kiri).
d. Nyeri
mulai secara spontan (tidak terjadi setelah kegiatan atau gangguan emosional),
menetap selama beberapa jam atau hari, dan tidak hilang dengan bantuan
istirahat atau nitrogliserin (NTG).
e. Nyeri
dapat menjalar ke arah rahang dan leher.
9
f. Nyeri
sering disertai dengan sesak nafas, pucat, dingin, diaforesis berat, pening
atau kepala terasa melayang dan mual muntah.
g. Pasien
dengan diabetes melitus tidak akan mengalami nyeri yang hebat karena neuropati
yang menyertai diabetes dapat mengganggu neuroreseptor (mengumpulkan pengalaman
nyeri).
2.6 Komplikasi
1) Gagal jantung
kongesif
2) Syok
kardiogenik
3) Disfungsi otot
papilaris
4) Defek septum
ventrikel
5) Ruptura jantung
6) Aneurisma
ventrikel
7) Tromboembolisme
8) Perikarditis
9) Aritmia
2.7 Pemeriksaan
A. Pemeriksaan Enzim jantung :
Ø CPK-MB/CPK
Isoenzim yang ditemukan pada otot
jantung meningkat antara 4-6 jam, memuncak dalam 12-24 jam, kembali normal dalam 36-48 jam.
Ø LDH/HBDH
Meningkat dalam 12-24 jam dan memakan waktu lama untuk kembali
normal
Ø AST/SGOT
Meningkat ( kurang nyata/khusus ) terjadi dalam 6-12 jam, memuncak dalam 24
jam, kembali normal dalam 3 atau 4 hari
10
B.
EKG
Perubahan
EKG yang terjadi pada fase awal
adanya gelombang T tinggi dan
simetris. Setelah ini terdapat elevasi
segmen ST. Perubahan yang terjadi kemudian
ialah adanya gelombang Q/QS yang
menandakan adanya nekrosis.
Skor nyeri menurut White :
0 = tidak mengalami nyeri
1 = nyeri pada satu sisi tanpa menggangu aktifitas
2 = nyeri lebih pada satu tempat dan mengakibatkan terganggunya aktifitas,
misalnya kesulitan bangun dari tempat tidur, sulit menekuk kepala dan lainnya.
Pemeriksaan Penunjang :
Ø Elektrolit
:
Ketidakseimbangan dapat mempengaruhi konduksi dan dapat mempengaruhi
kontraktilitas, contoh hipokalemia/hiperkalemia.
Ø Sel
darah putih : Leukosit (10.000-20.000) biasanya
tampak pada hari kedua setelah IM sehubungan dengan proses inflamasi.
Ø Kecepatan
sedimentasi : Meningkat pada hari kedua-ketiga
setelah I, menunjukkan inflamasi.
Ø Kimia
:
Mungkin normal tergantung abnormalitas fungsi/perfusi organ akut/kronis.
Ø GDA/Oksimetri
nadi : Dapat menunjukkan hipoksia atau proses penyakit paru
akut/kronis.
Ø Kolesterol/trigeliserida
serum : Meningkat, menunjukkan arteriosklerosis sebagai
penyebab IM.
Ø Foto
dada : Mungkin normal atau menunjukkan pembesaran jantung
diduga GJK atau aneurisma ventrikuler.
Ø Ekokardiogram
:
Mungkin dilakukan untuk menentukan dimensi serambi, gerakan katup/dinding
ventrikuler, dan konfigurasi/fungsi katup.
11
Ø Pemeriksaan
pencitraan nuklir :
Thalium
: mengevaluasi aliran darah miokardia dan status sel miokardia, contoh
lokasi/luasnya IM akut/sebelumnya.
Technetium :
terkumpul dalam sel iskemi di sekitar area nekrotik.
Ø Pencitraan
darah jantung/MUGA : Mengevaluasi penampilan ventrikel khusus
dan umum, gerakan dinding regional, dan fraksi ejeksi (aliran darah).
Ø Angiografi
koroner : Menggambarkan penyempitan/sumbatan arteri koroner
dan biasanya dilakukan sehubungan dengan pengukuran tekanan serambi dan
mengkaji fungsi ventrikel kiri (fraksi ejeksi). Prosedur tidak selalu dilakukan
pada fase akut IM kecuali mendekati bedah jantung angioplasti/emergensi.
Ø Digital
substraction angiography (DSA) : Teknik yang digunakan
untuk menggambarkan status penanaman arteri dan untuk mendeteksi penyakit
arteri perifer.
Ø Nuclear
magnetic resonance (NMR) : Memungkinkan visualisasi aliran
darah, serambi jantung/katup ventrikel, katup, lesi vaskuler, pembentukan plak,
area nekrosis/infark. Dan bekuan darah.
Ø Tes
stres olahraga : Menentukan respons kardiovaskuler
terhadap aktivitas (sering dilakukan sehubungan dengan pencitraan talium pada
fase penyembuhan).
2.8 Penatalaksanaan
1) Penatalaksanaan
medis
a)
Penanganan nyeri.
Berupa terapi farmakologi :
morphin sulfat, nitrat, penghambat beta (beta blockers)
12
Golongan utama terapi
farmakologi yang diberikan :
(1) Antikoagulan (mencegah
pembentukan bekuan darah).
(2) Trombolitik (penghancur bekuan
darah, menyerang dan melarutkannya)
(3) Antilipemik (menurunkan
konsentrasi lipid dalam darah)
(4) Vasodilator perifer
(meningkatkan dilatasi pembuluh darah yang menyempit karena vasospasme)
b) Batasi ukuran
infark miokard
Dilakukan
dengan upaya meningkatkan suplai darah dan oksigen ke jaringan miokardium dan
untuk memelihara, mempertahankan atau memulihkan sirkulasi.
2)
Penatalaksanaan Keperawatan
a)
Pantau karakteristik nyeri catat laporan verbal, petunjuk nonverbal, dan
respons hemodinamik (contoh: meringis, gelisah, berkeringat, mencengkram dada,
napas cepat, tekanan darah/frekuensi jantung berubah).
b)
Berikan oksigen tambahan dengan kanul nasal atau masker sesuai indikasi.
c)
Tingkatkan istirahat, batasi aktivitas pada dasar nyeri atau respon
hemodinamik, berikan aktivitas senggang yang tidak berat.
d)
Anjurkan pasien menghindari peningkatan tekanan abdomen, contoh mengejan saat
defekasi.
e)
Pantau frekuensi jantung dan irama. Catat disritmia melalui telemetri.
f)
Berikan makanan kecil/mudah dikunyah. Batasi asupan kafein, contoh: kopi,
coklat.
13
g)
Lihat pucat, sianosis, belang, kulit dingin/lembab. Cacat kekuatan nadi perifer.
h)
Dorong latihan kaki aktif/pasif, hindari isometrik.
i)
Pertahankan pemasukan total cairan 2000 ml/24 jam dalam toleransi
kardiovaskuler.
14
BAB III
PEMBAHASAN
ASUHAN
KEPERAWATAN INFARK MIOKARD
3.1 Pengkajian
A. Wawancara
1)
Identitas
Nama, umur, jenis kelamin, agama , suku dana kebangsaan, pendidikan,
pekerjaan, alamat, nomor register,
tanggal Masuk Rumah Sakit , diagnosa medis.
2) Keluhan utama
Nyeri
dada dan perasaan sulit bernapas.
3) Riwayat penyakit saat ini
Mendukung keluhan utama dilakukan dengan mengajukan serangkaian pertanyaan mengenai nyeri dada pada klien secara PQRST meliputi :
P = Provoking Incident : Nyeri setelah beraktivitas dan tidak berkurang setelah istirahat dan setelah diberikan nitrogliserin.
Q = Quality of Pain : Seperti apa nyeri yang dirasakan klien. Sifat nyeri dapat seperti tertekan, diperas atau diremas.
R = Region : Radiation, Relief : Lokasi nyeri di daerah substernal atau nyeri di atas
perikardium.penyebaran nyeri sampai meluas hingga ke dada. Dapat terjadi nyeri dan ketidakmampuan menggerakkan bahu dan tangan.
S = Severity (Scale) of Pain : Klien ditanya dengan menggunakan rentang 0-10 (visual analogue scale-VAS) dan klien akan menilai seberapa berat nyeri yang dirasakan.
Mendukung keluhan utama dilakukan dengan mengajukan serangkaian pertanyaan mengenai nyeri dada pada klien secara PQRST meliputi :
P = Provoking Incident : Nyeri setelah beraktivitas dan tidak berkurang setelah istirahat dan setelah diberikan nitrogliserin.
Q = Quality of Pain : Seperti apa nyeri yang dirasakan klien. Sifat nyeri dapat seperti tertekan, diperas atau diremas.
R = Region : Radiation, Relief : Lokasi nyeri di daerah substernal atau nyeri di atas
perikardium.penyebaran nyeri sampai meluas hingga ke dada. Dapat terjadi nyeri dan ketidakmampuan menggerakkan bahu dan tangan.
S = Severity (Scale) of Pain : Klien ditanya dengan menggunakan rentang 0-10 (visual analogue scale-VAS) dan klien akan menilai seberapa berat nyeri yang dirasakan.
T = Time : Biasanya gejala nyeri timbul mendadak. Lama
timbulnya umumnya dikeluhkan > 15 mnt. Nyeri infark oleh miokardium dapat
timbul pada waktu istirahat, nyeri biasanya dirasakan semakin berat (progresif)
dan berlangsung lama.
15
4) Riwayat
penyakit dahulu
Apakah sebelumnya klien pernah mengalami nyeri dada , hipertensi, diabetes melitus
Apakah sebelumnya klien pernah mengalami nyeri dada , hipertensi, diabetes melitus
atau
hiperlipidemia. Tanyakan mengenai obat-obat yang biasa diminum oleh klien pada
masa lalu yang masih relevan dengan obat-obatan antiangina seperti nitrat dan
penghambat
beta serta obat-obatan anti-hipertensi.tanyakan efek yang terjadi, alergi obat
dan reaksi alergi yang timbul.Sering klien menafsirkan efek alergi sebagai efek
samping obat.
5) Riwayat
penyakit keluarga
Penyakit yang pernah dialami keluarga, anggota keluarga yang meninggal, dan penyebab kematian.penyakit jantung iskemik pada orang tua yang timbulnya pada usia muda merupakan faktor risiko utama terjadinya penyakit jantung iskemik pada keturunannya.
Penyakit yang pernah dialami keluarga, anggota keluarga yang meninggal, dan penyebab kematian.penyakit jantung iskemik pada orang tua yang timbulnya pada usia muda merupakan faktor risiko utama terjadinya penyakit jantung iskemik pada keturunannya.
6) Riwayat
pekerjaan dan pola hidup
Perawat menanyakan situasi tempat bekerja dan lingkungan.Demikian pula dengan kebiasaan sosial dengan menanyakan kebiasaan dan pola hidup misalnya minum alkohol dan obat tertentu.Kebiasaan merokok dikaji dengan menanyakan kebiasaan merokok sudah berapa lama, berapa batang per hari, dan jenis rokok.
Dalam mengajukan pertanyaan pada klien IMA hendaknya diperhatikan kondisi.Bila klien dalam keadaan kritis, maka pertanyaan yang diajukan bukan pertanyaan yang terbuka tetapi pertanyaan yang tertutup, yaitu pertanyaan yang jawabannya ‘Ya’ atau ‘Tidak”.Atau pertanyaan yang bisa dijawab dengan gerakan tubuh seperti mengangguk atau menggelengkan kepala sehingga tidak memerlukan energi yang besar.
Perawat menanyakan situasi tempat bekerja dan lingkungan.Demikian pula dengan kebiasaan sosial dengan menanyakan kebiasaan dan pola hidup misalnya minum alkohol dan obat tertentu.Kebiasaan merokok dikaji dengan menanyakan kebiasaan merokok sudah berapa lama, berapa batang per hari, dan jenis rokok.
Dalam mengajukan pertanyaan pada klien IMA hendaknya diperhatikan kondisi.Bila klien dalam keadaan kritis, maka pertanyaan yang diajukan bukan pertanyaan yang terbuka tetapi pertanyaan yang tertutup, yaitu pertanyaan yang jawabannya ‘Ya’ atau ‘Tidak”.Atau pertanyaan yang bisa dijawab dengan gerakan tubuh seperti mengangguk atau menggelengkan kepala sehingga tidak memerlukan energi yang besar.
B.
Pemeriksaan fisik
1) B1 (Breathing)
Inspeksi, klien sesak, RR meningkat, dispnea kardiak biasanya ditemukan.Sesak terjadi akibat pengerahan tenaga dan disebabkan oleh kenaikan tekanan akhir diastolik ventrikel kiri yang meningkatkan tekanan vena pulmonalis. Hal ini
Inspeksi, klien sesak, RR meningkat, dispnea kardiak biasanya ditemukan.Sesak terjadi akibat pengerahan tenaga dan disebabkan oleh kenaikan tekanan akhir diastolik ventrikel kiri yang meningkatkan tekanan vena pulmonalis. Hal ini
16
terjadi karena terdapat kegagalan
peningkatan curah darah oleh ventrikel kiri pada saat melakukan kegiatan fisik
2) B2
(Blood)
Inspeksi : Adanya jaringan parut pada dada klien, nyeri pada daerah substernal atau diatas perikardium lalu menyebar ke dada, ketidakmampuan menggerakkan bahu dan tangan.
Palpasi : Denyut nadi perifer melemah, Thrill pada IMA
Auskultasi : Tekanan darah biasanya menurun akibat penurunan sekuncup yang disebabkan IMA.
Perkusi : Batas jantung tidak mengalami pergeseran.
Inspeksi : Adanya jaringan parut pada dada klien, nyeri pada daerah substernal atau diatas perikardium lalu menyebar ke dada, ketidakmampuan menggerakkan bahu dan tangan.
Palpasi : Denyut nadi perifer melemah, Thrill pada IMA
Auskultasi : Tekanan darah biasanya menurun akibat penurunan sekuncup yang disebabkan IMA.
Perkusi : Batas jantung tidak mengalami pergeseran.
3) B3 (Brain)
Kesadaran biasanya CM.Pengkajian objektif klien yaitu wajah meringis, perubahan postur tubuh, menangis, merintih, meregang, dan menggeliat yang merupakan respon dari adanya nyeri dada akibat infark pada miokard.
Kesadaran biasanya CM.Pengkajian objektif klien yaitu wajah meringis, perubahan postur tubuh, menangis, merintih, meregang, dan menggeliat yang merupakan respon dari adanya nyeri dada akibat infark pada miokard.
4) B4 (Bladder)
Pengukuran output urine berhubungan intake cairan klien.monitor adanya oliguria pada klien yang merupakan tanda awal syok kardiogenik.
Pengukuran output urine berhubungan intake cairan klien.monitor adanya oliguria pada klien yang merupakan tanda awal syok kardiogenik.
5) B5 (Bowel)
Klien biasanya mengalami mual dan muntah.Pada palpasi biasanya ada rasa nyeri tekan pada keempat kuadran, penurunan paristaltik usus yang merupakan tanda utama IMA.
Klien biasanya mengalami mual dan muntah.Pada palpasi biasanya ada rasa nyeri tekan pada keempat kuadran, penurunan paristaltik usus yang merupakan tanda utama IMA.
6)
B6 (bone)
Aktivitas klien biasanya mengalami perubahan.klien sering merasakan kelemahan, kelelahan, tidak dapat tidur, pola hidup menetap dan jadwal olahraga tak teratur.
Aktivitas klien biasanya mengalami perubahan.klien sering merasakan kelemahan, kelelahan, tidak dapat tidur, pola hidup menetap dan jadwal olahraga tak teratur.
C) Pengkajian Primer
1. Airways
a.
Sumbatan atau penumpukan sekret
17
b.
Wheezing atau krekles
2. Breathing
a. Sesak dengan aktifitas
ringan atau istirahat
b. RR lebih dari 24
kali/menit, irama ireguler dangkal
c. Ronchi, krekles
d. Ekspansi dada
tidak penuh
e. Penggunaan otot
bantu nafas
3. Circulation
a. Nadi lemah ,
tidak teratur
b. Takikardi
c. TD meningkat /
menurun
d. Edema
e. Gelisah
f. Akral dingin
g. Kulit pucat,
sianosis
h. Output urine
menurun
18
D) Pengkajian Sekunder
AKTIVITAS
Gejala : Kelemahan,
kelelahan, tidak dapat tidur.
Pola hidup
menetap, jadwal olahraga tak teratur.
Tanda : Takikardi, dispnea pada
istirahat/aktivitas.
SIRKULASI
Gejala : Riwayat
IM sebelumnya, penyakit arteri koroner, GJK, masalah TD,
diabetes melitus.
Tanda : TD : dapat
normal atau naik/turun; perubahan postural dicatat dari
tidur sampai duduk/berdiri.
Nadi : dapat normal; penuh/tak kuat,
atau lemah/kuat kualitasnya
dengan
pengisian kapiler lambat; tidak teratur (disritmia) mungkin terjadi.
Bunyi
jantung : bunyi jantung ekstra: S3/S4 mungkin menunjukkan gagal
jantung/penurunan kontraktilitas atau komplain ventrikel.
Murmur
: bila ada menunjukkan gagal katup atau disfungsi otot papilar.
Friksi
: dicurigai perikarditis.
Irama
jantung : dapat teratur atau tak teratur.
Edema
: distensi vena juguler, edema dependen/perifer, edema umum, krekels mungkin
ada dengan gagal jantung/ventrikel.
Warna
: pucat atau sianosis/kulit abu-abu, kuku datar, pada membran mukosa dan bibir.
19
INTEGRITAS
EGO
Gejala : Menyangkal
gejala penting/adanya kondisi.
Takut mati,
perasaan ajal sudah dekat.
Marah pada
penyakit/perawatan yang “tak perlu”.
Kuatir
tentang keluarga, kerja, keuangan.
Tanda : Menolak,
menyangkal, cemas, kurang kontak mata.
Gelisah,
marah, perilaku mnyerang.
Fokus pada
diri sendiri/nyeri.
ELIMINASI
Gejala : Normal
atau bunyi usus menurun.
MAKANAN/CAIRAN
Gejala : Mual,
kehilangan nafsu makan, bersendawa, nyeri ulu hati/terbakar.
Tanda : Penurunan
turgor kulit; kulit kering/berkeringat.
Muntah.
Perubahan
berat badan.
HIGIENE
Gejala/Tanda : Kesulitan
melakukan tugas perawatan.
NEUROSENSORI
Gejala : Pusing,
berdenyut selama tidur atau saat bangun (duduk atau istirahat).
Tanda : Perubahan mental.
20
Kelemahan.
NYERI/KETIDAKNYAMANAN
Gejala : Nyeri dada yang timbulnya mendadak
(dapat/tak berhubungan dengan
aktivitas),
tidak hilang dengan istirahat atau nitrogliserin. (meskipun
kebanyakan
nyeri dalam dan viseral, 20% IM ada nyeri).
Lokasi
: tipikal pada dada anterior , substernal, prekordia; dapat
menyebar
ke tangan, rahang, wajah. Tidak tertentu lokasinya seperti
epigastrium,
siku, rahang, abdomen, punggung, leher.
Kualitas
: ‘chrusing’, menyempit, berat, menetap, tertekan, seperti
dapat
dilihat.
Intensitas : biasanya 10 pada skala 1-10; mungkin ‘pengalaman nyeri
paling buruk yang pernah dialami’.
Catatan : nyeri mungkin tak ada pada
pasien pascaoperasi, dengan diabetes melitus atau hipertensi atau lansia.
Tanda : Wajah
meringis, perubahan postur tubuh.
Menangis,
merintih, meregang, menggeliat.
Menarik
diri, kehilangan kontak mata.
Respons
otomatik : perubahan frekuensi /irama jantung, TD,
pernapasan,
warna kulit/kelembaban, kesadaran.
PERNAPASAN
Gejala : Dispnea
dengan/tanpa kerja, dispnea nokturnal.
21
Batuk
dengan/tanpa produksi sputum.
Riwayat
merokok, penyakit pernapasan kronis.
Tanda : Peningkatan
frekuensi pernapasan, napas sesak/kuat.
Pucat
atau sianosis.
Bunyi
napas : bersih atau krekels/mengi.
Sputum
: bersih, merah muda kental.
INTERAKSI
SOSIAL
Gejala : Stres
saat ini contoh kerja, keluarga.
Kesulitan koping dengan stresor yang
ada, contoh penyakit, perawatan di rumah sakit.
Tanda : Kesulitan
istirahat dengan tenang, respons terlalu emosi (marah terus
menerus,
takut).
Menarik
diri dari keluarga.
PENYULUHAN/PEMBELAJARAN
Gejala : Riwayat
keluarga penyakit jantung/IM, diabetes, stroke, hipertensi,
penyakit
vaskuler perifer.
Penggunaan
tembakau.
Pertimbangan DRG
menunjukkan rerata lama dirawat : 7,3 hari : (2-4 hari/CCU)
Pemulangan : Bantuan pada persiapan makan, belanja,
transportasi, perawatan
rumah/memelihara
tugas, susunan fisik rumah.
22
3.2 Diagnosa
23
3.3 Perencanaan
DIAGNOSA
KEPERAWATAN : NYERI [AKUT]
Dapat
dihubungkan dengan : Iskemia jaringan sekunder terhadap
sumbatan
arteri
koroner.
Kemungkinan
dibuktikan oleh : Keluhan nyeri dada dengan/tanpa
penyebaran.
Wajah
meringis.
Gelisah,
perubahan tingkat kesadaran.
Perubahan
nadi, TD.
HASIL
YANG DIHARAPKAN/ Menyatakan
nyeri dada hilang/terkontrol.
KRITERIA
EVALUASI – Mendemonstrasisasikan
penggunaan teknik
relaksasi.
PASIEN
AKAN : Menunjukkan
menurunnya tegangan, rileks,
mudah
bergerak.
TINDAKAN/INTERVENSI
|
RASIONAL
|
Mandiri
Pantau/catat
karakteristik nyeri, catat laporan verbal, petunjuk nonverbal, dan respons
hemodinamik (contoh, meningitis, menangis, gelisah, berkeringat, mencengkeram
dada, napas cepat, TD/frekuensi jantung berubah).
|
Variasi
penampilan dan perilaku pasien karena nyeri terjadi sebagai temuan
pengkajian.Kebanyakan pasien dengan IM akut tampak sakit, distraksi, dan
berfokus pada nyeri. Riwayat verbal dan penyelidikan lebih dalam terhadap
faktor pencetus harus ditunda sampai nyeri hilang. Pernapasan mungkin
meningkat sebagai akibat nyeri dan berhubungan dengan cemas, sementara
hilangnya stres menimbulkan katekolamin akan meningkatkan kecepatan jantung
dan TD.
|
Ambil
gambaran lengkap terhadap nyeri dari pasien termasuk lokasi ; intensitas
(0-10); lamanya; kualitas (dangkal/menyebar) dan penyebaran.
|
Nyeri
sebagai pengalaman subjektif dan harus digambarkan oleh pasien. Bantu pasien
untuk menilai nyeri dengan membandingkannya dengan pengalaman yang lain.
|
Kaji
ulang riwayat angina sebelumnya, nyeri menyerupai angina, atau nyeri IM.
Diskusikan riwayat keluarga.
|
Dapat
membandingkan nyeri yang ada daripada sebelumnya , sesuai dengan identifikasi
komplikasi seperti meluasnya infark, emboli paru, atau perikarditis.
|
Anjurkan
pasien untuk melaporkan nyeri dengan segera.
|
Penundaan
pelaporan nyeri menghambat peredaan nyeri/memerlukan peningkatan dosis obat.
Selain itu, nyeri berat dapat menyebabkan syok dengan merangsang sistem saraf
simpatis , mengakibatkan kerusakan lanjut dan mengganggu diagnostik dan
hilangnya nyeri.
|
Berikan
lingkungan yang tenang, aktivitas perlahan, dan tindakan nyaman (contoh sprei
yang kering/tak terlipat,gosokan punggung). Pendekatan pasien dengan tenang
dan dengan percaya.
|
Menurunkan
rangsang eksternal dimana ansietas dan regangan jantung serta keterbatasan
kemampuan koping dan keputusan terhadap situasi saat ini.
|
Bantu
melakukan teknik relaksasi, mis, napas dalam/perlahan, perilaku distraksi,
visualisasi, bimbingan imajinasi.
|
Membantu
dalam penurunan persepsi/respons nyeri. Memberikan kontrol situasi,
meningkatkan perilaku positif.
|
Periksa
tanda vital sebelum dan sesudah obat narkotik.
|
Hipotensi/depresi
pernapasan dapat terjadi sebagai akibat pemberian narkotik. Masalah ini dapat
meningkatkan kerusakan miokardia pada adanya kegagalan ventrikel.
|
Kolaborasi
Berikan
oksigen tambahan dengan kanula nasal atau masker sesuai indikasi.
|
Meningkatkan
jumlah oksigen yang ada untuk pemakaian miokardia dan juga mengurangi
ketidaknyamanan sehubungan dengan iskemia jaringan.
|
Berikan
obat sesuai contoh:
Antiangina,
contoh nitrogliserin (Nitro-Bid,
Nitrostat, Nitro-Dur).
|
Nitrat
berguna untuk kontrol nyeri dengan efek vasodilatasi koroner, yang
meningkatkan aliran darah koroner dan perfusi miokardia. Efek vasodilatasi
perifer menurunkan volume darah kembali ke jantung (preload) sehingga
menurunkan kerja otot jantung dan kebutuhan oksigen.
|
Penyekat-β,
contoh atenolol (Tenormin); pindolol (Visken); propanolol (Inderal)
|
Agen
penting kedua untuk mengontrol nyeri melalui efek hambatan rangsang simpatis,
dengan begitu menurunkan FJ,TD sistolik, dan kebutuhan oksigen miokard. Dapat
diberikan sendiri atau dengan nitrat. Catatan : Penyekat-β mungkin
dikontraindikasikan bila kontraktilitas miokardia sangat terganggu, karena
inotropik negatif dapat lebih menurunkan kontraktilitas.
|
Analgesik,
contoh morfin, meperidin (Demerol)
|
Meskipun
morfin IV adalah pilihan, suntikan narkotik lain dapat dipakai pada fase
akut/nyeri dada berulang yang tak hilang dengan nitrogliserin untuk
menurunkan nyeri hebat, memberikan sedasi, dan mengurangi kerja miokard.
Hindari suntikan Imdapat mengganggu indikator diaagnostik CPK dan tidak
diabsorpsi baik oleh jaringan kurang perfusi.
|
Penyekat
saluran kalsium, contoh verapamil (Calan); diltiazem (Prokardia).
|
Efek
vasodilatasi dapat meningkatkan aliran darah koroner, sirkulasi kolateral dan
menurunkan preload dan kebutuhan oksigen miokardia. Beberapa diantaranya
mempunyai properti antidisritmia.
|
Angioplasti
PTCA juga disebut angioplasti balon.
|
Prosedur
ini untuk membuka sebagian hambatan arteri koroner sebelum terhambat secara
total. Mekanisme tampaknya merupakan kombinasi regangan pembuluh dan tekanan
plak.
|
DIAGNOSA
KEPERAWATAN : INTOLERAN AKTIVITAS
Dapat
dihubungkan dengan : Ketidakseimbangan
antara suplai oksigen
miokard
dan kebutuhan.
Adanya
iskemia/nekrotik jaringan miokard.
Efek
obat depresan jantung (penyekat-β,
antidisritmia).
Kemungkinan
dibuktikan oleh : Gangguan frekuensi jantung dan TD
dalam
aktivitas.
Terjadinya
disritmia.
Perubahan
warna kulit/kelembaban.
Angina
karena kerja.
Kelemahan
umum.
HASIL
YANG DIHARAPKAN/ Mendemonstrasikan
peningkatan toleransi
KRITERIA
EVALUASI- aktivitas
yang dapat diukur/maju dengan
PASIEN
AKAN : frekuensi
jantung/irama dan TD dalam batas
normal pasien dan kulit hangat, merah muda, dan
kering.
Melaporkan
tak adanya angina terkontrol dalam rentang waktu selama pemberian obat.
TINDAKAN/INTERVENSI
|
RASIONAL
|
Mandiri
Catat/dokumentasi
frekuensi jantung, irama, dan perubahan TD sebelum, selama, dan sesudah
aktivitas sesuai indikasi. Hubungkan dengan laporan nyeri dada napas/pendek.
|
Kecenderungan
menentukan respons pasien terhadap aktivitas dan dapat mengindikasikan penurunan
oksigen miokardia yang memerlukan penurunan tingkat aktivitas/kembali tirah
baring, perubahan program obat, penggunaan oksigen tambahan.
|
Tingkatkan
istirahat (tempat tidur/kursi). Batasi aktivitas pada dasar nyeri/respons
hemodinamik. Berikan aktivitas senggang yang tidak berat.
|
Menurunkan
kerja miokardia/konsumsi oksigen, menurunkan risiko komplikasi (contoh,
perluasan IM).
|
Batasi
pengunjung dan/kunjungan oleh pasien.
|
Pembicaraan
yang panjang sangat mempengaruhi pasien; namun periode kunjungan yang tenang
bersifat terapeutik.
|
Anjurkan
pasien menghindari peningkatan tekanan abdomen, contoh mengejan saat
defekasi.
|
Aktivitas
yang memerlukan menahan napas dan menunduk (manuver Valsava) dapat
mengakibatkan bradikardi, juga menurunkan curah jantung, dan takikardi dengan
peningkatan TD.
|
Jelaskan
pola peningkatan bertahap dari tingkat aktivitas, contoh bangun dari kursi
bila tak ada nyeri, ambulasi dan istirahat selama 1 jam setelah makan.
|
Aktivitas
yang maju memberikan kontrol jantung, meningkatkan regangan dan mencegah
aktivitas berlebihan.
|
Kaji
ukang tanda/gejala yang menunjukkan tidak toleran terhadap aktivitas atau
memerlukan pelaporan pada perawat/dokter.
|
Palpitasi,
nadi tak teratur, adanya nyeri dada, atau dispnea dapat mengindikasikan
kebutuhan perubahan program olahraga atau obat.
|
Kolaborasi
Rujuk
ke program rehabilitasi jantung.
|
Memberikan
dukungan/pengawasan tambahan berlanjut dan partisipasi proses penyembuhan dan
kesejahteraan.
|
DIAGNOSA
KEPERAWATAN : ANSIETAS/KETAKUTAN
Dapat
dihubungkan dengan : Ancaman atau perubahan kesehatan dan
status
sosioekonomi.
Ancaman kehilangan/kematian.
Tidak sadar konflik tentang esensi
nilai,
keyakinan dan tujuan hidup.
Transmisi interpersonal/penularan.
Kemungkinan dibuktikan oleh
: Perilaku
takut.
Ketakutam,
peningkatan tegangan, gelisah,
wajah tegang.
Ragu
– ragu.
Perasaan
tidak adekuat.
Keluhan
somatik/rangsang simpatis.
Fokus
pada diri sendiri, mengekspresikan
masalah
tentang kejadiaan saat ini.
Perilaku
menantang atau menghindar.
HASIL
YANG DIHARAPKAN/ Mengenal
perasaannya.
KRITERIA
EVALUASI- Mengidentifikasi.
PASIEN
AKAN : Penyebab, faktor
yang mempengaruhi.
Menyatakan
penurunan ansietas/takut.
Mendemonstrasikan
keterampilan pemecahan
masalah
positif.
Mengidentifikasi
sumber secara tepat.
TINDAKAN/INTERVENSI
|
RASIONAL
|
Mandiri
Identifikasi
dan ketahui persepsi klien terhadap ancaman/situasi. Dorong mengekspresikan
dan jangan menolak perasaan marah, kehilangan, takut, dll.
|
Koping
terhadap nyeri dan trauma emosi IM sulit. Pasien dapat takut mati
dan/atau cemas tentang lingkungan.
Cemas berkelanjutan (sehubungan dengan masalah tentang dampak serangan
jantung pada pola hidup selanjutnya, masih tak teratasi, dan efek penyakit
pada keluarga) mungkin terjadi dalam berbagai derajat selama beberapa waktu
dan dapat dimanifestasikan oleh gejala depresi.
|
Catat
adanya kegelisahan, menolak, dan/menyangkal (efek tak tepat atau menolak
mengikuti program medis).
|
Penelitian
terhadap frekuensi hidup antara individu tipe A/tipe B dan dampak penolakan
telah berarti dua. Namun, penelitian menunjukkan beberapa hubungan antara
derajat/ekspresi marah atau gelisah dan peningkatan resiko IM.
|
Mempertahankan
gaya percaya ( tanpa keyakinan yang salah).
|
Pasien
dan orang terdekat dapat dipengaruhi oleh cemas/ketidaktenangan anggota tim
kesehatan. Penjelasan yang jujur dapat menghilangkan kecemasan.
|
Kaji
tanda verbal/non verbal kecemasan dan tinggal dengan pasien. Lakukan tindakan
bila pasien menunjukkan perilaku merusak.
|
Pasien
mungkin tidak menunjukkan masalah secara langsung, tetapi kata-kata/tindakan
dapat menunjukkan rasa agitasi, marah, dan gelisah. Intervensi dapat membantu
pasien meningkatkan kontrol terhadap perilakunya sendiri.
|
Terima
tetapi jangan diberi penguatan terhadap penggunaan penolakan. Hindari konfontrasi.
|
Menyangkal
dapat menguntungkan dalam menurunkan cemas tetapi dapat menunda penerimaan
terhadap kenyataan situasi saat itu. Konfrontasi dapat meningkatkan rasa
marah dan meningkatkan penggunaaan penyangkalan, menurunkan kerja sama, dan
kemungkinan memperlambat penyembuhan.
|
Orientasikan
pasien/orang terdekat terhadap prosedur rutin dan aktivitas yang diharapkan.
Tingkatkan partisipasi bila mungkin.
|
Perkiraan
dan informasi dapat menurunkan kecemasan pasien.
|
Jawab
semua pertanyaan secara nyata. Berikan informasi konsisten, ulangi sesuai
indikasi
|
Informasi
yang tepat tentang situasi menurunkan takut, hubungan yang asing antara
perawat-pasien, dan membantu pasien/orang terdekat untuk menerima situasi
secara nyata. Perhatian yang diperlukanmungkin sedikit, dan pengulangan
informasi membantu penyimpanan informasi.
|
Dorong
pasien/orang terdekat untuk mengkomunikasikan dengan seseorang, berbagi
pertanyaan dan masalah.
|
Berbagi
informasi membentuk dukungan/kenyamanan dan dapat menghilangkan tegangan terhadap
kekhawatiran yang tidak diekspresikan.
|
Berikan
periode istirahat/waktu tidur tidak terputus, lingkungan tenang, dengan tipe
kontrol pasien, jumlah rangsang eksternal.
|
Penyimpanan
energi dan meningkatkan kemampuan koping
|
Dukung
kenormalan proses kehilangan, melibatkan waktu yang perlu untuk penyelesaian.
|
Dapat
memberikan keyakinan bahwa perasaannya merupakan respon normal terhadap
situasi/perubahan yang diterima.
|
Berikan
privasi untuk pasien dan orang terdekat.
|
Memungkinkan
waktu untuk mengekspresikan perasaan, menghilangkan cemas, dan perilaku
adaptasi.
|
Dorong
kemandirian, perawatan sendiri, dan pembuatan keputusan dalam rencana
pengobatan.
|
Peningkatan
kemandirian dari staf meningkatkan kepercayaan diri dan menurunkan rasa gagal
yang dapat menyertai pemindahan dari unit koroner/pulang dari rumah sakit.
|
Dorong
keputusan tentang harapan setelah pulang.
|
Membantu
pasien/orang terdekat untuk mengidentifikasi tujuan nyata, juga menurunkan
resiko kegagalan menghadapi kenyataan adanya keterbatasan kondisi/memacu
penyembuhan.
|
Kolaborasi
Berikan
anticemas/hipnotik sesuai indikasi contoh, diazepam (Valium); flurazepam
(Dalmane); lorazepam (Ativan)
|
Meningkatkan
relaksasi/istirahat dan menurunkan rasa cemas.
|
DIAGNOSA
KEPERAWATAN : CURAH JANTUNG MENURUN
Faktor
resiko meliputi : Perubahan
frekuensi, irama, konduksi elektrikal.
Penurunan
preload/peningkatan tahanan
vaskuler sistemik (TVS).
Otot infark/diskinetik, kerusakan
struktural,
contoh aneurisme ventrikuler, kerusakan
septal.
Kemungkinan
dibuktikan oleh : [Tidak dapat
diterapkan; adanya tanda-tanda dan
gejala-gejala membuat diagnosa aktual].
HASIL
YANG DIHARAPKAN/ Mempertahankan
stabilitas hemodinamik,
KRITERIA
EVALUASI- contoh
TD, curah jantung dalam rentang normal,
PASIEN
AKAN : haluaran urine
adekuat, penurunan/tak adanya
disritmia.
Melaporkan penurunan episode dispnea,
angina.
Mendemonstrasikan peningkatan toleransi
terhadap aktivitas.
TINDAKAN/INTERVENSI
|
RASIONAL
|
Mandiri
Auskultasi
TD. Bandingkan kedua tangan dan ukur dengan tidur, duduk, dan berdiri bila
bisa.
|
Hipotensi
dapat terjadi sehubungan dengan disfungsi ventrikel, hipoperfusi miokardia
dan rangsang vagal. Namun, hipertensi juga fenomena umum, kemungkinan
berhubungan dengan nyeri, cemas, pengeluaran katekolamin, dan/atau masalah
vaskuler sebelumnya. Hipotensi ortostatik (postural) mungkin berhubungan
dengan komplikasi infark, contoh GJK.
|
Evaluasi
kualitas dan kesamaan nadi sesuai indikasi.
|
Penurunan
curah jantung mengakibatkan menurunnya kelemahan atau kekuatan nadi. Ketidakteraturan
diduga disritmia, yang memerlukan evaluasi lanjut atau pantau.
|
Catat
terjadinya S3,S4.
|
S3
biasanya dihubungkan dengan GJK tetapi juga terlihat pada adanya gagal mitral
(regurgitasi) dan kelebihan kerja ventrikel kiri yang disertai infark berat.
S4 mungkin berhubungan dengan iskemia miokardia, kekakuan ventrikel, dan
hipertensi pulmonal atau sistemik.
|
Adanya
murmur/gesekan.
|
Menunjukkan
gangguan aliran darah normal dalam jantung, contoh katup tak baik, kerusakan
septum, atau fibrasi otot papilar/korda tendinea (komplikasi IM). Adanya
gesekan dengan infark juga berhubungan dengan inflamasi, contoh efusi
perikardial dan perikarditis.
|
Auskuktasi
bunyi napas.
|
Krekels
menunjukkan kongesti paru mungkin terjadi karena penurunan fungsi miokardia.
|
Pantau frekuensi
jantung dan irama. Catat disritmia melalui telemetri.
|
Frekuensi
dan irama jantung berespons terhadap obat dan aktivitas sesuai dengan
terjadinya komplikasi/disritmia (khusunsya kontraksi ventrikel prematur atau
blok jantung berlanjut), yang mempengaruhi fungsi jantung atau meningkatkan
kerusakan iskemik. Denyutan /fibrilasi akut atau kronis mungkin terlihat pada
arteri koroner atau keterlibatan katup dan mungkin atau tidak mungkin
merupakan kondisi patologi.
|
Catat
respon terhadap aktivitas dan peningkatan istirahat dengan tepat.
|
Kelebihan
latihan meningkatkan konsumsi/kebutuhan oksigen dan mempengaruhi fungsi
miokardia.
|
Berikan
pispot di samping tempat tidur bila tak mampu ke kamar mandi.
|
Mengupayakan
penggunaan bedpan dapat melelahkan dan secara fisiologis penuh stress, juga
meningkatkan kebutuhan oksigen dan kerja jantung.
|
Berikan
makanan kecil/mudah dikunyah. Batasi asupan kafein, contoh kopi, coklat,
cola.
|
Makan
besar dapat meningkatkan kerja miokardia dan menyebabkan rangsang vagal mengakibatkan
bradikardia /denyut ektopik. Kafein adalah perangsang langsung pada jantung
yang dapat meningkatkan frekuensi jantung.
|
Sediakan
alat/obat darurat.
|
Sumbatan
koroner tiba-tiba, disritmia letal, perluasan infark, atau nyeri adalah
situasi yang dapat mencetuskan henti jantung, memerlukan terapi penyelamatan
hidup segera/memindahkan ke unit perawatan kritis.
|
Kolaborasi
Berikan
oksigen tambahan, sesuai indikasi.
|
Meningkatkan
jumlah sediaan oksigen untuk kebutuhan miokard, menurunkan iskemia dan disritmia
lanjut.
|
Pertahankan cara
masuk IV/heparin-lok sesuai indikasi.
|
Jalur
yang paten penting untuk pemberian obat darurat pada adanya disritmia atau
nyeri dada.
|
Kaji
ulang seri EKG.
|
Memberikan
informasi sehubungan dengan kemajuan/perbaikan infark, status fungsi
ventrikel, keseimbangan elektrolit, dan efek terapi obat.
|
Kaji
foto dada.
|
Dapat
menunjukkan edema paru sehubungan dengan disfungsi ventrikel.
|
Pantau
data laboratorium : contoh enzim jantung, GDA, elektrolit.
|
Enzim
memantau perbaikan/perluasan infark. Adanya hipoksia menunjukkan kebutuhan
tambahan oksigen. Keseimbangan elektrolit, contoh hipokalemia/hiperkalemia
sangat besar berpengaruh irama jantung/kontraktilitas.
|
Berikan
obat antidisritmia sesuai indikasi.
|
Disritmia
biasanya pada secara simtomatis kecuali untuk PVC, dimana sering mengancam
secara profilaksis.
|
Bantu
pemasangan/mempertahankan pacu jantung bila digunakan.
|
Pemacu
mungkin tindakan dukungan sementara selama fase akut/penyembuhan atau mungkin
diperlukan secara permanen bila infark sangat berat merusak sistem konduksi.
|
DIAGNOSA
KEPERAWATAN : PERFUSI JARINGAN
Faktor
resiko meliputi : Penurunan/penghentian
aliran darah, contoh
vasokonstriksi,
hipovelemia/kebocoran, dan pembentukan
tromboemboli.
Kemungkinan
dibuktikan oleh : [Tidak dapat diterapkan; adanya
tanda-tanda dan
gejala-gejala membuat diagnosa aktual].
HASIL
YANG DIHARAPKAN/ Mendemonstrasikan
perfusi adekuat secara
KRITERIA
EVALUASI- individual,
contoh kulit hangat dan kering, ada
PASIEN
AKAN : nadi
perifer/kuat, tanda vital dalam batas
normal,
pasien sadar/berprientasi, keseimbangan pemasukan, tak ada edema, bebas
nyeri/ketidaknyamanan.
TINDAKAN/INTERVENSI
|
RASIONAL
|
Mandiri
Selidiki
perubahan tiba-tiba atau gangguan mental kontinu contoh, cemas, bingung,
letargi, pingsan.
|
Perfusi
serebral secara langsung sehubungan dengan curah jantung dan juga dipengaruhi
oleh elektrolit/variasi asam basa, hipoksia, atau emboli sistemik.
|
Lihat
pucat, sianosis, belang, kulit dinginn/lembab. Catat kekuatan nadi perifer.
|
Vasokonstriksi
sistemik diakibatkan oleh penurunan curah jantung mungkin dibuktikan oleh
penurunan perfusi kulit dan penurunan nadi.
|
Kaji
tanda Homan (nyeri pada betis dengan posisi dorsofleksi), eritema, edema.
|
Indikator
trombosis vena dalam.
|
Dorong
latihan kaki aktif/pasif, hindari latihan isometrik.
|
Menurunkan
stasis vena, meningkatkan aliran balik vena dan menurunkan resiko
tromboflebitis. Namun latihan isometrik dapat sangat mempengaruhi curah
jantung dengan meningkatkan kerja miokardia dan konsumsi oksigen.
|
Anjurkan
pasien dalam melakukan /melepas kaus kaki antiembolik bila digunakan.
|
Membatasi
stasis vena, memperbaiki aliran balik vena dan menurunkan resiko
tromboflebitis pada pasien yang terbatasi aktivitasnya.
|
Pantau
pernapasan, catat kerja pernapasan.
|
Pompa
jantung gagal dapat mencetuskan distres pernapasan. Namun dispnea tia-tiba
/berlanjut menunjukkan komplikasi tromboemboli paru.
|
Kaji
fungsi GI, catat anoreksi, penurunan/tak ada bising usus , mual/muntah,
distensi abdomen, konstipasi.
|
Penurunan
aliran darah ke mesentri dapat mengakibatkan disfungsi gastrointestinal,
contoh kehilangan peristaltik. Masalah potensial/aktual karena penggunaan
analgesik, penurunan aktivitas, an perubahan diet.
|
Pantau
pemasukan dan catat perubahan haluaran urine. Catat berat jenis sesuai
indikasi.
|
Penurunan
pemasukan /mual terus menerus dapat mengakibatkan penurunan volume sirkulasi,
yang berdampak negatif pada perfusi dan fungsi organ. Berat jenis mengukur
status hidrasi dan fungsi ginjal.
|
Kolaborasi
Pantau
data laboratorium, contoh GDA, BUN,kreatinin, elektrolit.
|
Indikator
perfusi/fungsi organ.
|
Beri
obat sesuai indikasi mis.
Heparin/Natrium
warfarin (Coumadin)
Simetidin
(Tagamet) ;ranitidin (Zantac); antasida
|
Dosis
rendah heparin mungkin diberikan secara profilaksis pada pasien resiko tinggi
dapat (contoh, fibrilasi atrial, kegemukan, aneurisma ventrikel, atau riwayat
tromboflebitis) untuk menurunkan resiko tromboflebitis atau pembentukan
trombus mural. Coumadin obat pilihan untuk terapi antikoagulan jangka panjang/pascapulang.
Menurunkan
atau menetralkan asam lambung, mencegah ketidaknyamanan dan iritasi gaster,
khususnya adanya penurunan sirkulasi mukosa.
|
Siapkan
untuk membantu pemberian agen trombolitik, t-PA, streptokinase, memindahkan
ke unit kritis, dan tindakan lain sesuai indikasi.
|
Pada
terjadinya perluasan infark, atau IM baru, terapi tromboliti adalah
pengobatan pilihan (bila diawali dalam 6 jam) untuk memecahkan bekuan (bila
ini disebabkan oleh IM) dan memperbaiki perfusi miokardium.
|
DIAGNOSA
KEPERAWATAN : VOLUME CAIRAN
Faktor
risiko meliputi : Penurunan
perfusi organ (ginjal).
Peningkatan
natrium/retensi air.
Peningkatan
tekanan hidrostatik atau penurunan
protein plasma (menyerap cairan dalam
area
interstisial/jaringan).
Kemungkinan
dibuktikan oleh : [Tidak dapat
diterapkan; adanya tanda-tanda dan
gejala-gejala membuat diagnosa aktual].
HASIL YANG DIHARAPKAN/ Mempertahankan
keseimbangan cairan seperti dibuktikan oleh TD dalam batas normal.
KRITERIA
EVALUASI- Tak
ada distensi vena perifer/vena dan edema
dependen.
PASIEN
AKAN : Paru bersih dan
berat badan stabil.
TINDAKAN/INTERVENSI
|
RASIONAL
|
Mandiri
Auskultasi
bunyi napas untuk adanya krekels.
|
Dapat
mengindikasikan edema paru sekunder akibat dekompensasi jantung.
|
Catat
DVJ, adanya edema dependen.
|
Dicurigai
adanya gagal kongestif/kelebihan volume cairan.
|
Ukur
masukan /haluaran, catat penurunan pengeluaran, sifat konsentrasi. Hitung
keseimbangan cairan.
|
Penurunan
curah jantug mengakibatkan gangguan perfusi ginjal, retensi natrium/air, dan
penurunan haluaran urine. Keseimbangan cairan positif berulang pada adanya
gejala lain menunjukkan kelebihan volume/gagal jantung.
|
Timbang
berat badan tiap hari.
|
Perubahan
tiba-tiba pada berat badan menunjukkan gangguan keseimbangan cairan.
|
Pertahankan
pemasukan total cairan 2000ml/24 jam dalam toleransi kardiovaskuler.
|
Memenuhi
kebutuhan cairan tubuh orang dewasa tetapi memerlukan pembatasan pada adanya
dekompensasi jantung.
|
Kolaborasi
Berikan
diet natrium rendah/minuman.
|
Natrium
meningkatkan retensi cairan dan harus dibatasi.
|
Berikan
diuretik, contoh furosemid (Lazix); hidralazin (Apresoline); spironolakton
dengan hidronolakton (Aldactone).
|
Mungkin
perlu untuk memperbaiki kelebihan cairan. Obat pilihan biasanya tergantung
gejala asli akut/kronis.
|
Pantau
kalium sesuai indikasi.
|
Hipokalemia
dapat membatasi keefektifan terapi dan dapat terjadi dengan penggunaan
diuretik penurun kalium.
|
DIAGNOSA
KEPERAWATAN : KURANG PENGETAHUAN
Dapat
dihubungkan dengan : Kurang informasi tentang fungsi
jantung/implikasi penyakit jantung dan
status
kesehatan akan datang.
Kebutuhan perubahan pola hidup.
Tidak
mengenal terapi pascaterapi /kebutuhan perawatan diri.
Kemungkinan
dibuktikan oleh : Pernyataan masalah /kesalahan konsep,
pertanyaan.
Terjadinya komplikasi yang dapat
dicegah.
HASIL
YANG DIHARAPKAN/ Menyatakan pemahaman penyakit
jantung
KRITERIA
EVALUASI - sendiri,
rencana pengobatan, tujuan pengobatan,
PASIEN
AKAN
: dan efek samping/reaksi merugikan.
Menyebutkan gejala yang memerlukan
perhatian
cepat.
Mengidentifikasi/merencanakan
perubahan pola hidup yang perlu.
TINDAKAN/INTERVENSI
|
RASIONAL
|
Mandiri
Kaji
tingkat pengetahuan pasien/orang terdekat dan kemampuan /keinginan untuk
belajar.
|
Perlu
untuk pembuatan rencana instruksi individu. Menguatkan harapan bahwa ini akan
menjadi ‘pengalaman belajar’ . Mengidentifikasi secara verbal kesalahpahaman
dan memberikan penjelasan.
|
Waspada
terhadap tanda penghindaran, contoh mengubah subjek dari informasi yang ada
atau perilaku ekstrem (menolak/euforia).
|
Mekanisme
pertahanan alamiah sperti marah, menolak pentingnya situasi, dapat menghambat
belajar, mempengaruhi respons pasien dan kemampuan mengasimilasi informasi.
Perubahan untuk mengurangi pola/struktur formal mungkin menjadi lebih efektif
sampai pasien/orang terdekat siap untuk menerima/memahami situasi tersebut.
|
Berikan
informasi dalam bentuk belajar yang bervariasi, contoh buku program, tip
audio/visual, pertanyaan/jawaban, aktivitas kelompok.
|
Penggunan
metode belajar yang bermacam-macam meningkatkan penyerapan materi.
|
Beri
penguatan penjelasan faktor risiko, pembatasan diet/aktivitas, obat, dan
gejala yang memerlukan perhatian medis cepat.
|
Memberikan
kesempatan pada pasien untuk mencakup informasi dan mengasumsi
kontrol/partisipasi dalam program rehabilitasi.
|
Dorong
mengidentifikasi /penurunan faktor resiko individu, contoh merokok/konsumsi
alkohol, kegemukan.
|
Perilaku
ini/kimia mempunyai efek merugikan langsung pada fungsi kardiovaskuler dan
dapat mengganggu penyembuhan, meningkatkan resiko terhadap komplikasi.
|
Peringatkan
untuk menghindari aktivitas isometrik, manuver Valsalva, dan aktivitas yang
memerlukan tangan diposisikan di atas kepala.
|
Aktivitas
ini sangat meningkatkan kerja jantung/konsumsi oksigen miokardia dan dapat
merugikan kontraktilitas/curah jantung.
|
Kaji
ulang program meningkatkan tingkat aktivitas. Didik pasien sehubungan dengan
lanjutan aktivitas secara bertahap, contoh jalan,kerja, rekreasi, aktivitas
seksual. Berikan pesdoman untuk meningkatkan aktivitas secara bertahap dan
instruksi sehubungan dengan frekuensi nadi target dan pengambilan nadi yang
tepat.
|
Bertahap
meningkatkan aktivitas meningkatkan kekuatan dan mencegah terlalu keras
latihan, dapat meningkatkan sirkulasi kolateral dan memungkinkan kembalinya
pola hidup normal.
|
Identifikasi
alternatif aktivitas pada hari dengan cuaca buruk ‘seperti jalan dalam rumah
atau berbelanja’.
|
Memberikan
program aktivitas berkelanjutan.
|
Kaji
ulang tanda/gejala yang memerlukan penurunan aktivitas dan pelaporan pada
pemberi perawatan kesehatan.
|
Peningkatan
nadi di atas batas yang dibuat, terjadinya nyeri dada atau dispnea memerlukan
perubahan latihan dan program obat.
|
Tekankan
pentingnya mengikuti perawatan dan mengidentifikasi sumber di
masyarakat/kelompok pendukung, contoh program rehabilitsi jantung, ‘kelompok
koroner’ klinik penghentian merokok.
|
Memberi
tekanan bahwa ini adalah masalah kesehatan berlanjut dimana dukungan/bantuan
diperlukan setelah pulang/
|
Beri
tekanan pentingnya menghubungi dokter bila nyeri dada, perubahan pola angina,
atau terjadi gejala lain.
|
Evaluasi
berkala/intervensi dapat mencegah komplikasi.
|
Tekankan
pentingnya melaporkan terjadinya demam sehubungan dengan nyeri dada
menyebar/tidak khas (pleural, perikardia) dan nyeri sendi.
|
Komplikasi
pasca-IM dari inflamasi perikardial (sindrom Dressler) memerlukan
evaluasi/intervensi medis lanjut.
|
3.4 Evaluasi
Prioritas Keperawatan
1.
Menghilangkan nyeri, cemas.
2.
Menurunkan kerja miokard.
3.
Mencegah/mendeteksi dan membantu
pengobatan disritmia yang mengancam
hidup
atau komplikasi.
4.
Meningkatkan kesehatan jantung,
perawatan diri.
Tujuan Pemulangan
1.
Tak ada nyeri dada/terkontrol.
2.
Kecepatan jantung/irama mampu
mempertahankan curah jantung adekuat/perfusi
jaringan.
3.
Meningkatkan tingkat aktivitas untuk
perawatan diri dasar.
4.
Ansietas berkurang /teratasi.
5.
Proses penyakit, rencana pengobatan, dan
prognosis dipahami.
43
BAB
IV
PENUTUP
4.1
Kesimpulan
Akut Miokard
Infark (AMI) merupakan suatu keadaan dimana terjadi kerusakan atau kematian
otot jantung yang disebabkan oleh karena berkurangnya atau terhambatnya aliran
darah koroner secara tiba-tiba atau secara tiba-tiba kebutuhan oksigen
meningkat tanpa disertai perfusi arteri koroner yang cukup.
4.2
Saran
Pasien dengan kecurigaan adanya serangan jantung
harus mendapatkan diagnosis yang cepat, penyembuhan nyerinya, resusitasi dan
terapi reperfusi jika diperlukan. Pasien dengan kecurigaan atau telah
didiagnosis infark miokard harus dirawat oleh staf yang terlatih dan
berpengalaman di unit jantung yang modern. Mereka sebaiknya mempunyai akses
untuk mendapat metode diagnosis yang modern dan perawatan, baik itu di tempat
perawatan awal atau di tempat yang lebih khusus. Mereka harus mendapat
informasi yang cukup setelah pulang, rehabilitasi, dan pencegahan sekunder.
44
DAFTAR
PUSTAKA
Doenges, ME. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman Untuk
Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta: EGC
1 komentar:
Menangkan Jutaan Rupiah dan Dapatkan Jackpot Hingga Puluhan Juta Dengan Bermain di www(.)SmsQQ(.)com
Kelebihan dari Agen Judi Online SmsQQ :
-Situs Aman dan Terpercaya.
- Minimal Deposit Hanya Rp.10.000
- Proses Setor Dana & Tarik Dana Akan Diproses Dengan Cepat (Jika Tidak Ada Gangguan).
- Bonus Turnover 0.3%-0.5% (Disetiap Harinya)
- Bonus Refferal 20% (Seumur Hidup)
-Pelayanan Ramah dan Sopan.Customer Service Online 24 Jam.
- 4 Bank Lokal Tersedia : BCA-MANDIRI-BNI-BRI
8 Permainan Dalam 1 ID :
Poker - BandarQ - DominoQQ - Capsa Susun - AduQ - Sakong - Bandar Poker - Bandar66
Info Lebih Lanjut Hubungi Kami di :
BBM: 2AD05265
WA: +855968010699
Skype: smsqqcom@gmail.com
Posting Komentar