A. PENGERTIAN
Penyakit Alzheimer (AD) kadang
disebut sebagai demensia degeneratif primer atau demensia senile jenis
Alzheimer (SDAT). Penyakit ini menyebabkan sedikitnya 50% semua demensia yang
diderita lansia. Kondisi ini merupakan penyakit neurologis degeneratif, priogresif,
ireversibel, yang muncul tiba-tiba dan ditandai dengan penurunan bertahap
fungsi kognitif dan gangguan prtilaku efek. Penyakit Alzheimer ini bukan
merupakan penyakit yang hanya diderta oleh lansia. Pada 1 % sampai 10% kasus,
awitannya pada usia baya dan karenanya disebut demensia awitan-dini
B. ETIOLOGI
Usia dan riwayat keluarga adalah
factor risiko yang sudah terbukti. Bila anggota keluarga paling tidak satu
famili lain ada yang menderita penyakit ini maka diklasifikasikan sebagai
“familial”. Komponen yang nonspesifik meliputi pencetus lingkungan dan
determinan genetik
C. PATOFISIOLOGI
Adanya
kelainan neurotransmitter dan enzim-enzim yang berkaitan dengan metabolisme
tersebut. Tampaknya adanya penurunan dari kolin asetiltransferase (enzim yang
mensintesis asetilkolin). Otopsi otak penderita menunjukkan pengurangan
neurotransmitter asetilkolin yang bermakna, beberapa otak akan sangat jelas
pada korteks serebri, hipokampus dan amigdala. Hal lain yang masih terus
diselidiki oleh para peneliti adalah neurotransmitter peptida, oleh karena
somastatin menurun pada otak penderita. Factor tambahan lagi yang juga masih
dalam penyelidikan adalah neurotoksisitas dari aluminium. Dimana teori
keracunan aluminium menyatakan bahwa karena aluminium bersifat neurotoksik, maka
dapar menyebabkan perubahan neurofibliar pada otak. Perdisposisi genetic juga
ikut berperan dalam penyakit ini, dimana cacat pada kromosom 21 yang mana
orang-orang dengan sindrom down, yang mempunyai kromosom 21, kemudian menderita
penyakit ini pada usia 40 tahun. Penyedik mengenali suatu gen yang mengkodekan
protein precursor amilod (APP), yaitu di mana segmen dari protein ini ditemukan
pada inti plak neural. Molekul yang terdiri dari badan sel dan dipecah oleh
protein lain. Protein yang ditemukan pada plak adalah potongan abnormal dari
APP, terdiri dari 42 asam amino, yang entah bagaimana tidak menjadi pecah
tetapi justru menumpuk dalam konsentrasi yang besar di dalam otak
pasien-pasien.
D. MANIFESTASI
KLINIS
Gejala – gejala Alzheimer :
1. Jangkauan perhatian singkat
2. Penurunan kontrol usus-besar atau
kandung kemih
3. Depresi
4. Disorientasi
5. Pelupa (khususnya tentang
kejadian-kejadian actual)
6. Tidak mampu berbicara secara jelas
7. Lekas marah, sikap bermusuhan atau
paranoid
8. Kehilangan spontanitas
9. Kemerosotan mental
10. Menolak melakukan
pekerjaan-pekerjaan rutin.
E. PENATALAKSANAAN
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1.
Scan
otak, seperti PET,BEAM,MRI: dapat memperlihatkan daerah otak yang mengalami
penurunan metabolisme yang merupakan karakteristik dari DAT.
2.
B12
: dapat menemukan secara nyata adanya kekurangan nutrisi
3.
Tes
deksametason depresan (DST): untuk menangani stress
F. PENCEGAHAN
1.
Pertahankan
rutinitas sehari-hari
2.
Pasanglah
peringatan pada suatu kalender yang sangat besar dan selalu dapat terlihat oleh
si penderita.
3.
Buatlah
daftar tugas-tugas harian yang harus dikerjakan untuk penderita Alzheimer dan
mintalah dia untuk mengecek daftar itu setelah mereka selesai mengerjakannya.
4.
Taruhlah
kembali barang-barang pada tempatnya semula setelah dipakai untuk menolong
penderita Alzheimer menemukan barang-barang tersebut ketika mereka
membutuhkannya (sebeb ingatan mereka sangat lemah).
5.
Pasanglah
peringatan keamanan (seperti matikan kompor) pada tempat yang sesuai diseluruh
rumah.
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
1.
AKTIVITAS/ISTIRAHAT
Gejala : merasa lelah
Tanda
:
siang/malam gelisah tidak berdaya, gangguan pola tidur. Letargi: penurunan
minat/perhatian pada aktivitas yang biaasa, hobi, ketidakmampuan untuk
menyebutkan kembali apa yang dibaca/mengikuti acara program TV.
2.
SIRKULASI
Gejala
: riwayat penyakit vaskuler sentral
serebral/sistemik, hipertensi, episode emboli (merupakan factor predisposisi).
3.
INTEGRITAS
EGO
Gejala
: Curiga
atau takut situasi/orang khayalan. kehilanagan multiple, perubahan citra tubuh
dan harga diri yang dirasakan.
Tanda
: Duduk dan
menonton yang lain. Menyembunyikan ketidakmampuan (banyak alas an tidak mampu
untuk melakukan kewajiban, mungkin juga tangan membuka buku namun tanpa
membacanya).
4.
ELIMINASI
Gejala : Dorongan berkemih (dapat
mengindikasikan kehilangan tonus otot)
Gejala : Inkontinensia urine/feses,
cenderung konstipasi/impaksi dengan diare.
5.
MAKANAN/CAIRAN
Gejala
: Perubahan
dalam pengecapan, napsu makan, mengingkari terhadap rasa lapar/kebutuhan untuk
makan. Kehilangan berat badan.
Tanda
:
Kehilangan kemampuan untuk mengunyah. Tampak semakin kurus (tahap usia lanjut)
6.
HIGIENE
Gejala : perlu bantuan/tergantung pada orang
lain.
Tanda
: tidak
mampu mempertahankan penampilan, kebiasaan personal yang kurang, kebiasaan
pembersihan buruk. Lupa untuk pergi ke kamar mandi, lupa langkah-langkah yang
perlu dillakukan untuk buang air, atau tidak dapat menemukan kamar mandi.
7.
NEUROSENSORI
Gejala
:
pengingkaran terhadap gejala yang ada terutama perubahan kognitif, dan/atau
gambaran yang kabur, keluhan hipokondrial tentang kelelahan, diarea, pusing,
atau kadang-kadang sakit kepala.
Tanda
: kerusakan
komunikasi : afasia dan diafasia, kesulitan dalam menemuklan kata-kata yang
benar (terutama kata benda);bertanya berulang-ulang atau percakapan dengan
substansi kata yang tidak memiliki arti : terpenggal-penggal, atau bicaranya
tidak terdengar.
8.
KENYAMANAN
Gejala : Adanya riwayat trauma kepala yang
serius (mungkin menjadi factor predisposisi/factor akselerasinya). Trauma
kecelakaan (jatuh, luka bakar)
Tanda : ekimosis, laserasi. rasa
bermusuhan/menyerang orang lain.
9.
INTERAKSI
SOSIAL
Gejala : Merasa kehilangan kekuatan
Tanda : Kehilangan kontrol social, perilaku
tidak tepat
B. DIAGNOSA
KEPERAWATAN
1. Sindrom stress relokasi b/d
perubahan dalam aktivitas kehidupan sehari-hari
2. Perubahan proses pikir b/d
degenerasi/neuron ireversibel
3. Perubahan sensori-persepsi b/d
perubahan resepsi, transmisi dan/atau integritas sensori
4. Perubahan pola tidur b/d perubahan
pada sensori
5. Kurang perawatan diri b/d penurunan
kognitif/keterbatasan fisik.
6. Perubahan pola eliminasi b/d ketidak
mampuan menentukan letak kamar mandi/ mengenali kebutuhan
7. Koping keluarga tak efektif b/d
tingkah laku pasien yang tidak menentu.
C. INTERVENSI
KEPERAWATAN
No
|
Diagnosa
|
Intervensi
|
Rasional
|
1
|
Sindrom stress relokasi b/d
perubahan dalam aktivitas kehidupan sehari-hari
|
1. Tempatkan pada ruangan pribadi
jika mungkin dan bergabung dengan orang terdekat dalam aktivitas perawatan,
waktu makan dst.
2. Tentukan jadwal aktivitas pasien
yang wajar dan masukkan dalam kegiatan rutin rumah sakit sebisa mungkin.
3.
Berikan
penjelasan, informasi yang menyenangkan mengenai kegiatan/peristiwa.
4.
Pertahankan
dalam keadaan tenang.
5. Beri dorongan dengan penggunaan
sentuhan jika pasien tidak mengalami paranoid atau sedang mengalami agitasi
sesaat.
|
1.
perawatan
dirumah sakit mengubah aktivitas rutin pasien dapat menimbulkan peningkatan
masalah tingkah laku bahkan pda orang dengan gangguan kognitif sekali pun.
2.
konsistensi
memberikan jaminan dan mungkin mengurangi kebingungan dan meningkatkan rasa
kebersamaan.
3.
menurunkan
“rasa terkejut”
4.
Menenangkan
situasi dan memberi pasien waktu untuk memperoleh kendali terhadap perilaku
dan emosinya
5.
Memberikamn
keyakinan, menurunkan stress, meningkatkan kualitas hidup.
|
2
|
Perubahan proses pikir b/d
degenerasi/neuron ireversibel
|
1.
Lakukan
pendekatan dengan cara perlahan dan tenang.
2. Tatap wajah ketika bercakap-cakap
dengan pasien
3.
Panggil
pasien dengan namanya.
4. Gunakan suara yang agak rendah dan
berbicara dengan perlahan pada pasien.
|
1. Pendekatan yang terburu-buru dapat
mengancam pasien bingung yang mengalami kesalahan persepsi atau perasaan
terancam oleh imajinasi orang dan/atau situasi tertentu.
2. Menimbulkan perhatian, terutama
pada orang-orang dengan gangguan perceptual.
3. Nama merupakan bentuk identitas
diri dan menimbulkan pengenalan terhadap realita dan individu
4. Meningkatkan kemungkinan
pemahaman. Ucapan yang tingi dan suara yang keras menimbulkan stress/marah
yang kemungkinan dapat mencetuskan memori konfrontasi sebelumnya dan menjadi
provokasi respons marah.
|
3
|
Perubahan sensori-persepsi b/d
perubahan resepsi, transmisi dan/atau integritas sensori.
|
1. Anjurkan untuk menggunakan
kacamata, alat bantu pendengaran sesuai keperluan.
2. Berikan lingkungan yang tenang dan
tidak kacau jika diperlukan seperti musik yang lembut, gambar/dinding cat
sederhana.
3. Tingkatkan keseimbangan fungsi
fisiologis dengan menggunakan bola lantai, tangan menari dengan disertai
musik
4. Berikan sentuhan dalam cara
perhatian
|
1. Dapat meningkatkan masukan
sensori, membatasi/menurunkan kesalahan interpretasi stimulasi.
2. Membantu untuk menghindari masukan
sensori penglihatan / pendengaran yang berlebihan dengan mengutamakan
kualitas yang tenang, konsisten.
3. Menjaga mobilitas (yang dapat
menurunkan risiko terjadinya atrofi atau osteoporosis pada tulang)dan
memberikan kesempatan yang berguna untuk interksi dengan orang lain.
4. Dapat meningkatkan persepsi
terhadap diri sendiri.
|
4
|
Perubahan pola tidur b/d perubahan
pada sensori
|
1. Hindari penggunaan “pengikatan”
secara terus menerus
2. Evaluasi tingkat stress/orientasi
sesuai perkembangan hari demi hari.
3. Berikan makanan kecil sore harui,
susu hangat, mandi dan masase punggung.
4. Berikan kesempatan untuk
beristirahat/tidur sejenak,anjurkan latihan saat siang hari, turunkan
aktivitas mental/fisik pada sore hari.
|
1. Resiko gangguan sensori,
meningkatkan agitasi dan menghambat waktu istirahat.
2. Peningkatan kebingungan,
disorientasi dan tingkah laku yang tidak kooperatif dapat melanggar pola
tidur yang mencapai tidur pulas.
3. Meningkatkan relaksasi dengan
perasaan mengantuk.
4. Karena aktivitas fisik dan
mentalyang lama mengakibatkan kelelahan yang dapat meningkatkan kebingungan,
aktivitas yang terprogram tanps stimulasi berl;ebihan yang meningkatkan waktu
tidur.
|
5
|
Kurang perawatan diri b/d
penurunan kognitif/keterbatasan fisik.
|
1. Identifikasi kesulitan dalam
berpakaian/perawatan diri, seperti keterbatasan gerak fisik, apatis/depresi;
penurunan kognitif atau temperatur ruangan.
2. Perhatikan adanya tanda-tanda
non-verbal yang fisiologis.
3. Beri banyak waktu untuk melakukan
tugas.
4. Bantu untuk mengenakan pakaian
yang rapi/berikan pakaian yang rapi dan indah.
5. Identifikasi kebutuhan akan
kebersihan diri dan berikan bantuan sesuai kebutuhan dengan perawatan rambut/kuku/kulit
bersihkan kacamata dan gosok gigi.
|
1. Memahami penyebab yang
mempengaruhi pilihan intervensi/strategi
2. Kehilangan sensori dan penurunan
fungsi bahasa mungkin menyebabkan pasien mengungkapkan kebutuhan perawatan
diri dengan cara nonverbal, seperti terengah-engah.
3. Pekerjaan yang tadinya mudah (mis.
Berpakaian, mandi) sekarang menjadi terhambat karena adanya penurunan
keterampilan motorik dan perubahan kognitif dan perubahan fisik.
4. Meningkatkan kepercayaan, dapat
menurunkan perasaan kehilangan dan meningkatkan kepercayaan untuk hidup
5. Sesuai dengan perkembangan
penyakit, kebutuhan akan kebersihan dasar mungkin dilupakan.
|
6
|
Perubahan pola eliminasi b/d
ketidak mampuan menentukan letak kamar mandi/ mengenali kebutuhan
|
1. Kaji pola sebelumnya dan bandingkan
dengan pola yang sekarang.
2. Letakkan tempat tidur dekat dengan
kamar mandi jika memungkinkan. Buat tanda tertentu/pintu berkode khusus.
Berikan cahaya yang cukup terutama malam hari.
3. Buat program latiha
defekasi/kandung kemih. Tingkatkan parttisipasi pasien sesuai tingkat
kemampuannya.
4. Hindari perasaan yang diburu-buru
.
|
1. Memberikan informasi mengenai
perubahan yang mungkin memerlukan pengkajian/intervensi
2. Meningkatkan orientasi/penemuan
kamar mandi. Inkontinensia mungkin disertai ketidakmampuan untuk menemukan
tempat berkemih/defekasi.
3. Menstimulasi kesadaran pasien,
meningkatkan pengaturan fungsi tubuh dan membantu menghindari kecelakaan.
4. Hal yang terburu-buru tersebut
dapat diterima sebagai suatu instruksi
yang menimbulkan keadaan marah dan tidak kooperatif dengan aktifitas
|
7
|
Koping keluarga tak efektif b/d
tingkah laku pasien yang tidak menentu
|
1. Libatkan semua orang terdekat
dalam pendidikan dan perencanaan perawatan pasien di rumah.
2. Buat prioritas.
3. Diskusikan kemungkinan adanya
isolasi. Berikan penguatan kebutuhan terhadap system dukungan.
4. Berikan umpan balik yang
positif terhadap setiap usaha yang dilakukannya.
|
1. Dapat memudahkan beban terhadap
penanganan dan adaptasi di rumah.
2. Membantu untuk membuat satu pesan
tertentu dan memfasilitasi pemecahan masalah yang ada.
3. Kepercayaan bahwa individu dapat
menemukan semua kebutuhan pasien meningkatkan risiko penyakit fisik/mental.
4. Memberikan keyakinan pada individu
bahwa mereka sedang melakukannya dengan cara yang terbaik.
|
D. EVALUASI
1.
Mampu
melakukan aktivitas perawatan diri sesuai dengan tingkat kemampuan diri
sendiri.
2.
Mampu
mengidentifikasi dan menggunakan sumber-sumber pribadi/komunitas yang dapat
memberikan bantuan.
3.
Mampu
mengenali perubahan dalam berpikir/tingkah laku dan factor-faktor penyebab jika
memungkinkan
4.
Mampu
memperlihatkan penurunan tingkah laku yang tidak diinginkan, ancaman dan
kebingungan
5.
Mampu
mendemonstrasikan respons yang meningkat/sesuai dengan stimulasi
6.
Mampu
menciptakan pola tidur yang adekuat dengan penurunan terhadap pikiran yang
melayang-layang (melamun)
7.
Mampu
menerima kondisi orang yang dicintai dan mendemonstrasikan tingkah laku koping
yang positif dalam mengatasi keadaan
8.
Mampu
menciptakan pola eliminasi yang adekuat/sesuai.
DAFTAR RUJUKAN
Brunner
& suddarth.2002. Keperawatan Medical Bedah Edisi 8 Vol 1. Jakarta: EGC.
Doenges E. Marilynn.2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta: EGC.
1 komentar:
mkasih mbak sebelumnya.
izin satu kali lagi
materi Ukom perawat
soal dan pembahasan uji kompetensi perawat
ners
ukom
askep
askep 2
diagnosa nanda
diagnosa nanda
UKOM Part 2
Posting Komentar