GANGGUAN
KEPRIBADIAN SADISME
a.
Definisi
Sadisme
Sadisme seksual adalah gangguan mental di mana seorang individu mencapai
kepuasan seksual dengan menimbulkan rasa sakit pada orang lain. Dalam teori
psikoanalitik, sadisme terkait dengan rasa takut , sedangkan penjelasan
behavioris dari sadomasokisme (praktek seksual menyimpang yang menggabungkan
sadisme dan masokisme) adalah bahwa unsur perasaannya secara fisiologis mirip
dengan gairah seksual.
b. Faktor
Penyebab
1.
Kekurangan dan kemiskinan
2.
Trauma
3.
Dendam di masalalu
4.
Perasaan putus asa
5.
Perlakuan kasar orang tua
6.
Kelainan jiwa
c. Ciri-
ciri Pelaku Sadisme
Orang-orang
sadis yang berada di tengah-tengah masyarakat amat sulit dikenali dan
diketahui. Benar,mereka adalah orang-orang keras dan kejam,akan tetapi mereka
memiliki penampilan yang lembut,jujur,dan baik budi.
Berikut adalah beberapa ciri-ciri yang terdapat pada pelaku sadisme berdasarkan
penelitianpsikoanalis :
1. Pelaku
sadisme adalah orang yang penakut. Oleh karena itu,mereka selalu menutup diri
dan menjaga agar tak seorang pun mengetahui kondisi dan perbuatannya.
2. Mereka
adalah orang yang pemalu dan merasa amat bersedih serta kecewa lantaran tidak
bisa menjalin hubungan dengan orang lain.
3. Mereka
adalah orang-orang lemah yang berusaha menyiksa orang dengan kekuatan absolut.
4. Mereka
tidak memiliki perasaan manusiawi dan tidak merasa iba saat menyiksa korbannya.
5. Mereka
tidak mampu menyimpan rahasia dan selalu merasa tidak aman.
d. Hakikat-hakikat
Sadisme
1. Sadisme
bersumber dari keinginan agar tidak seorangpun mencampuri urusannya dan semua
berada di bawah kendali kekuasaannya.
2. Sadisme
adalah sejenis upaya menghilangkan penderitaan dengan melakukan berbagai
tindakan keji.
3. Sadisme
bersumber dari keinginan membalas dendam dan perseteruan yang mengubah
seseorang menjadi haus darah,sehingga terdorong melenyapkan rasa haus tersebut.
e. Contoh
kasus Sadisme
Kasus penyiksaan terhadap Junko Furuta seorang gadis kebangsaan Jepang dari
Saitama pada tahun 1998, dimana 4 orang laki-laki menculiknya . Furuta ditahan
selama 44 hari, selama ditahan Furuta diperkosa berkali-kali, dipaksa
makan kecoak, ditendang, dipukuli, digantung dan dijadikan sarana untuk
berlatih tinju. Pada hari ke 44 dengan alasan kalah bermain mahyong, Furuta
dijatuhi barbel besi , di tuangi cairan korek api dan akhirnya dibakar.
f. Dampak
Sadisme
Sadisme memiliki dampak yang sangat krusial dan mengancam kehidupan individu
maupun sosial. Lingkungan dimana pelaku sadisme berada dan keluarga sekitarnya
tidak akan aman dari tindak kejahatannya dan tidak akan dapat tidur dengan
tenang. Bahaya selalu mengancam kehidupan anak-anak mereka.
Seorang yang sadis, di satu sisi akan merasa benci dan berburuk sangka kepada orang lain, sehingga menyakitinya. Di sisi lain, ia berburuk sangka dan muak kepada dirinya sendiri lantaran ulah dan perilakunya yang selalu sibuk merancang rencana untuk melakukan kejahatan kepada orang lain sehingga melalaikan jalan menuju pertumbuhan dan
Seorang yang sadis, di satu sisi akan merasa benci dan berburuk sangka kepada orang lain, sehingga menyakitinya. Di sisi lain, ia berburuk sangka dan muak kepada dirinya sendiri lantaran ulah dan perilakunya yang selalu sibuk merancang rencana untuk melakukan kejahatan kepada orang lain sehingga melalaikan jalan menuju pertumbuhan dan
kesempurnaan.
Buruk sangka dan kelalaian tersebut akan senantiasa bergayut sehingga
membuatnya menjadi bengis dan kejam.
Selain itu, perilaku sadis juga dapat menular , dan pelaku sadisme juga akan terkucilkan serta tersingkirkan dari tengah masyarakat.
Selain itu, perilaku sadis juga dapat menular , dan pelaku sadisme juga akan terkucilkan serta tersingkirkan dari tengah masyarakat.
g. Cara
Pembenahan Sadisme
Dalam
membenahi dan menjauhkan anak-anak dari perbuatan sadisme, orang tua atau wali anak
tersebut harus melenyapkan berbagai faktor yang dapat menumbuhkan sadisme pada
sang anak, memenuhi kebutuhan anak secara wajar agar anak tidak merasa
kekurangan, menghapus peraturan dan tata tertib yang terlalu berat dan
mengekang mereka, menciptakan suasana kehidupan yang hangat, saling pengertian,
dan harmonis, melakukan suatu usaha agar anak menjadi cenderung pada norma
norma agama, akhlak, dan sosial.
Faktor yang Mempengaruhi
Seksualitas
1.
Pertimbangan Perkembangan
Proses
perkembangan manusia mempengaruhi aspek psikososial, emosional dan biologik
kehidupan yang selanjutnya akan mempengaruhi seksualitas individu Hanya aspek seksualitas
yang telah dibedakan sejak fase konsepsi
2.
Kebiasaan Hidup Sehat dan Kondisi Kesehatan
Tubuh,
jiwa dan emosi yang sehat merupakan persyaratan utama untuk dapat mencapai
kepuasan seksual. Trauma atau stress dapat mempengaruhi kemampuan individu
untuk melakukan kegiatan atau fungsi kehidupan sehari-hari yang tentunya juga
mempengaruhi ekspresi seksualitasnya, termasuk penyakit. Kebiasaan tidur,
istirahat, gizi yang adekuat dan pandangan hidup yang positif mengkontribusi
pada kehidupan seksual yang membahagiakan
3.
Peran dan Hubungan
Kualitas
hubungan seseorang dengan pasangan hidupnya sangat mempengaruhi kualitas
hubungan seksualnya. Cinta dan rasa percaya merupakan kunci utama yang
memfasilitasi rasa nyaman seseorang terhadap seksualitas dan hubungan
seksualnya dengan seseorang yang dicintai dan dipercayainya. Pengalaman dalam
berhubungan seksual seringkali ditentukan oleg dengan siapa individu tersebut
berhubungan seksual.
4.
Konsep Diri
Pandangan
individu terhadap dirinya sendiri mempunyai dampak langsung terhadap
seksualitas
5.
Budaya, Nilai dan Keyakinan
Faktor
budaya, termasuk pandangan masyarakat tentang seksualitas dapat mempengaruhi
individu. Tiap budaya mempunyai norma-norma tertentu tentang identitas dan
perilaku seksual. Budaya turut menentukan lama hubungan seksual, cara stimulasi
seksual dan hal lain terkait dengan kegiatan seksual
6.
Agama
Pandangan
agama tertenmtu yang diajarkan, ternyata berpengaruh terhadap ekspresi
seksualitas seseorang. Berbagai bentuk ekspresi seksual yang diluar kebiasaan,
dianggap tidak wajar. Konsep tentang keperawanan dapat diartikan sebagai
kesucian dan kegiatan seksual dianggap dosa, untuk agama tertentu
7.
Etik
Seksualitas
yang sehat menurut Taylor, Lilis & Le Mone (1997) tergantung pada
terbebasnya individu dari rasa berssalah dan ansietas. Apa yang diyakini salah
oleh seseorang, bisa saja wajar bagi orang lain.
Pengkajian
Berikut
ini pedoman wawancara yang baik dalam mengumpulkan data yang berkaitan dengan
aspek psikoseksual :
1. Menggunakan
pendekatan yang jujur dan berdasarkan fakta yang menyadari bahwa klien sedang
mempunyai pertanyaan atau masalah seksual
2. Mempertahankan
kontak mata dan duduk dekat klien
3. Memberikan
waktu yang memadai untuk membahas masalah seksual, jangan terburu-buru
4. Menggunakan
pertanyaan yang terbuka, umum dan luas untuk mendapatkan informasi mengenai
pengetahuan, persepsi dan dampak penyakit berkaitan dengan seksualitas
5. Jangan
mendesak klien untuk membicarakan mengenai seksualitas, biarkan terbuka untuk
dibicarakan pada waktu yang akan datang
6. Masalah
citra diri, kegiatan hidup sehari-hari dan fungsi sebelum sakit dapat dipakai
untuk mulai membahas masalah seksual\
7. Amati
klien selama interaksi, dapat memberikan informasi tentang masalah ap yang
dibahs, bigitu pula masalah apa yang dihindari klien
8. Minta
klien untuk mengklarifikasi komunikasi verbal dan nonverbal yang belum jelas
9. Berinisiatif
untuk membahas masalah seksual berarti menghargai kjlien sebagai makhluk
seksual, memungkinkan timbulnya pertanyaan tentang masalah seksual.
Perlu dikaji berbagai mekanisme koping yang mungkin digunakan klien untuk
mengekspresikan masalah seksualnya, antara lain :
1. Fantasi,
mungkin digunakan untuk meningkatkan kepuasan sekasual
2. Denial,
mungkin digunakan untuk tidak mengakui adanya konflik atau ketidakpuasan
seksual
3. Rasionalisasi,
mungkin digunakan untuk memperoleh pembenaran atau penerimaan tentang motif,
perilaku, perasaan dan dorongan seksual
4. Menarik
Diri, mungkin dilakukan untuk mengatasi perasaan lemah, perasaan ambivalensi
terhadap hubungan intim yang belum terselesaikan secara tuntas
Diagnosa dan Intervensi Keperawatan
1.
Disfungsi seksual berhubungan dengan perubahan struktur dan fungsi tubuh,
penganiayaan fisik (seksual), depresi.
Batasan Karakteristik :
1. Tidak
adanya hasrat untuk aktivitas seksual
2. Perasaan
jijik, ansietas, panik sebagai respons terhadap kontak genital
3. Tidak
adanya pelumasan atau sensasi subjektif dari rangsangan seksual selama
aktivitas seksual
4. Kegagalan
untuk mencapai atau mempertahankan ereksi penis selama aktivitas seksual
5. Ketidakmampuan
untuk mencapai orgasme atau ejakulasi
6. Ejakulasi
prematur
7. Nyeri
genital selama koitus
8. Kontriksi
vagina yang mencegah penetrasi penis
Tujuan Jangka Panjang :
Pasien
akan mendapatkan kembali aktivitas seksual pada tingkat yang memuaskan untuk
dirinya dan pasangannya (dimensi waktu ditentukan oleh situasi individu)
Intervensi :
1. Kaji
riwayat seksual dan tingkat kepuasan sebelumnya dalam hubungan seksual
2. Kaji
persepsi pasien terhadap masalah
3. Bantu
pasien menetapkan dimensi waktu yang berhubungan dengan awitan masalah dan
diskusikan apa yang terjadi dalam situasi kehidupannya pada waktu itu
4. Kaji
alam perasaan dan tingkat energi pasien
5. Tinjau
aturan pengobatan, observasi efek samping
6. Anjurkan
pasien untuk mendiskusikan proses penyakit yang mungkin menambah disfungsi
seksual
7. Dorong
pasien untuk menanyakan hal-hal yang berkenaan dengan seksual dan fungsi yang
mungkin menyusahkan dirinya
Hasil Pasien Yang Diharapkan /
Kriteria Pulang
1. Pasien
mampu menghubungkan faktor-faktor fisik atau psikososial yang mengganggu fungsi
seksual
2. Pasien
mampu berkomunikasi dengan pasangannya tentang hubungan seksual mereka tanpa
merasa tidak nyaman
3. Pasien
dan pasangannya mengatakan keinginan dan hasrat untuk mencari bantuan dari
terapi seks yang professional
4. Pasien
mengatakan kembali bahwa aktivitas seksualnya ada pada tahap yang memuaskan
dirinya dan pasangannya
5. Pasien
dan pasangannya mengatakan modifilkasi dalam aktivitas seksual dalam berespon
pada keterbatasan karena penyakit atau tindakan medis.
DAFTAR
PUSTAKA
Maramis, W. 1995. Catatan Ilmu
Kedokteran Jiwa. Surabaya: Airlangga University Press
Pedoman
Diagnosis Dan Terapi LAB/UPF Ilmu Kedokteran Jiwa 1994
1 komentar:
terima kasih sudah berbagi informasi yg bermanfaat
OBAT KUAT
OBAT KUAT
Posting Komentar