A. Pengertian
Retardasi mental adalah suatu gangguan yang heterogen
yang terdiri dari fungsi intelektual yang dibawah rata-rata dan gangguan dalam
keterampilan adaptif yang ditemukan sebelum orang berusia 18 tahun. Gangguan
ini dipengaruhi faktor genetic, lingkungan, dan psikososial. Selama dekade
terakhir, semakin dikenali faktor biuologis yang samar-samar, termasuk kelainan
kromosom kecil, sindroma genetika, dan intoksikasi timbal subklinis, dan
berbagai paparan toksin prenatal pada orang dengan retardasi mental ringan. Di
tahun-tahun terakhir perkembangan retardasi mental ringan secara tradisional
disebabkan terutama oleh pemutusan psikososial.
Suatu pendekatan perkembangan terhadap retardasi mental
termasuk penelitian tentang pengaruh lingkungan pada tingkat perkembangan.
Perilaku social dan motorik tampaknya dibentuk oleh faktor lingkungan dengan
derajat yang lebih tinggi dibandingkan yang diketahui. Tetapi, semakin banyak
bukti yang menyatakan bahwa kelompok tertentu orang dengan retardasi mental,
seperti dengan sindroma X rapuh ( fragile X syndrome) dan sindroma Down,
memiliki pola perkembangan sosial, linguistik, dan kognitif yang karakteristik
dan manifestasi perilaku yang tipikal.
The American Association of Mental Deficiency (AAMD) dan
Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder edisi keempat (DSM-IV)
mendefinisikan retardasi mental sebagai fungsi intelektual keseluruhan yang
secara bermakna di bawah rata-rata yang menyebabkan atau berhubungan dengan
gangguan pada perilaku adaptif dan bermanifestasi selama periode perkembangan
yaitu, sebelum usia 18 tahun. Diagnosis dibuat terlepas dari apakah pasien
memiliki gangguan fisik yang menyertai atau gangguan mental lain.
Fungsi intelektual keseluruhan ditentukan dengan
menggunakan tes kecerdasaan yang dibukukan, dan istilah “secara bermakna di
bawah rata-rata” didefinisikan sebagai
nilai kecerdasan kira-kira 70 atau lebih rendah atau dua simpangan baku di
bawah rata-rata untuk tes tertentu. Fungsi adaptif dapat diukur dengan
menggunakan skala yang telah di bakukan seperti Vineland Adaptive Behavior
Scale. Dalam skala tersebut, komunikasi, keterampilan hidup sehari-hari,
sosialisasi, keterampilan motorik (sampai 4 tahun, 11 bulan) dinilai dan
membentuk suatu senyawa perilaku adaptif yang berhubungan dengan keterampilan
yang diharapkan untuk usia tertentu.
Klasifikasi
Derajat atau tingkat retardasi mental diekspresikan
dalam sebuah istilah. DSM-IV memberikan
empat tipe retardasi mental, yang mencerminkan tingkat gangguan intelektual,
retardasi mental ringan, retardasi mental sedang, retardasi mental berat, dan
retardasi mental sangat berat. Kategori
retardasi mental ambang dihilangkan di tahun 1973. Fungsi intelektual
ambang, menurut DSM-IV, tidak di dalam kategori retardasi mental tetapi
dimaksudkan untuk I.Q. dalam rentang 71 sampai 84 dan mungkin merupakan pusat
perhatian psikiatri.
Disamping itu, DSM-IV menuliskan retardasi mental,
keparahan tidak ditentukan, sbeagai tipe yang digunakan untuk orang yang
dicurigai kuat menderita retardasi mental tetapi tidak dapat diuji dengan tes
kecerdasan baku atau terlalu terganggu atau tidak dapat bekerja sama untuk
diuji. Tipe tersebut dapat diterapkan pada bayi yang secara klinis dicurigai
memiliki fungsi intelektual di bawah rata-rata yang bermakna tetapi pada siapa
tes yang ada (sebagai contohnya, Bayley Infant Scale of Development dan cattell
infant scale) tidak memberikan nilai I.Q. numerik. Tipe tersebut tidak boleh
digunakan jika tingkat kecerdasan di anggap diatas 70
B. Epidemiologi
Prevalensi retardasi mental pada suatu waktu diperkirakan
adalah kira-kira 1 persen dari populasi. Insidensi retardasi mental sulit untuk
dihitung karena kesulitan mengenali onsetnya. Pada banyak kasus, retardasi
mental mungkin laten selama waktu yang panjang sebelum keterbatasan seseorang
diketahui, atau karena adaptasi yang baik, diagnosis resmi tidak dapat dibuat
pada saat tertentu dalam kehidupan seseorang. Insidensi tertinggi adalah pada
anak usia sekolah, pada puncak usia 10-14 tahun. Retardasi mental kira-kira 11/2
kali lebih sering pada laki-laki dibandingkan pada wanita. Pada usia lanjut,
prevalensi lebih sedikit, karena mereka dengan retardasi mental yang berat
memiliki angka mortalitas yang tinggi yang disebabkan dari penyulit gangguan
fisik yang menyertai.
C, Etiologi
Faktor penyebab dalam retardasi mental adalah kondisi
genetic (kromosom dan bawaan), pemaparan prenatal dengan infeksi dan toksin,
trauma perinatal (seperti prematuritas), kondisi yang didapat dan faktor
sosiokultural. Keparahan retardasi mental yang dihasilkannya adalah berhubungan
dengan saat dan lama trauma atau pemaparan pada sistem saraf pusat. Semakin
mungkin penyebabnya jelas. Pada kira-kira tiga perempat orang dengan retardasi
mental parah, penyebabnya diketahui, sedangkan penyebabnya terlihat pada hanya
separuh orang dengan retardasi mental ringan. Tidak ada penyebab yang diketahui
untuk tigaperempat orang dengan fungsi intelektual ambang. Secara keseluruhan,
sampai duapertiga dari semua orang dengan retardasi mental, kemungkinan
penyebab dapat dikenali.
Diantara gangguan kromosom dan metabolik, sindroma Down,
sindroma X rapuh, dan fenilketonuria adalah gangguan yang paling sering,
biasanya menyebabkan sekurangnya retardasi mental sedang. Mereka dengan
retardasi mental ringan kadang-kadang memiliki pola keluarga pada orang tua
atau sanak saudaranya.
Kelompok sosioekonomi rendah tampaknya terlalu mewakili
(overrepresented) pada kasus retardasi mental ringan, yang kepentingannya tidak
jelas. Pengetahuan sekarang menyatakan bahwa faktor genetik, faktor biologis
lingkungan, dan faktor psikososial bekerja sama dalam retardasi mental.
a.
Kelainan kromosom
Kelainan kromosom autosomal adalah berhubungan dengan
retardasi mental, walaupun penyimpangan kromosom seks tidak selalu berhubungan dengan
retardasi mental. Beberapa anak dengan sindroma turner memiliki kecerdasan yang
normal bahkan sampai superior.
Sindrom
Down. Sindroma down awalnya dinamakan “mongoloid” karena karakteristik fisiknya
mata yang sipit, lipatan epikantus, dan hidung yang pesek. Terdapat persetujuan
tentang beberapa faktor predisposisi
dalam gangguan kromosom diantaranya, bertambahnya usia ibu dan ayah dan radiasi
sinar X. masalah penyebab dipersulit
oleh dikenalinya kromosom pada sindroma down:
1.
Pasien dengan trisomi 21 yang menyebabkan rentang
mengalami nondisjungsi
2.
Nondisjungsi yang terjadi setelah fertilisasi pada setiap
pembelahan sel menyebabkan mosaikisme, suatu kondisi dimana sel normal dan sel
trisomik ditemukan di berbagai jaringan
3.
Pada translokasi terdapat fusi dua kromosom, paling
sering terjadi pada 21 dan 15 yang menyebabkan keseluruhan kromosom berjumlah
46 buah, walaupun adanya kromosom 21 tambahan. Gangguan ini tidak seperti
trisomi 21, biasanya diturunkan dab kromosom yang tertranslokasi mungkin
ditemukan pada orang tua dan sanak saudara yang tidak terkena. Pembawa
(carrier) asimptomatik tersebut hanya memiliki 45 kromosom.
Retardasi mental adalah ciri yang menumpang pada sindroma
down. Sebagian besar pasien berada dalam kelompok retardasi sedang dan berat,
hanya sebagian kecil yang memiliki I.Q. di atas 50 . perkembangan mental
tampaknya berkembang normal dari lahir sampai 6 bulan, Skor I.Q. secara
bertahap menurun dari dekat normal pada usia 1 tahun sampai kira-kira 30 pada
usia yang lebih tua.
Diagonosis sindroma down relatif mudah dibuat pada anak
yang lebih besar tetapi seringkali sukar pada bayi neonatus. Tanda yang paling
penting pada neonatus adalah hipotonia umum, fisura palpebra yang oblik, kulit
leher berlebihan, tengkorak kecil dan datar, tulang pipi yang tinggi, dan lidah
yang menonjol. Tangan tebal dan lebar, dengan garis transversal tunggal pada
telapak tangan, dan jari kelingking adalah pendek dan melengkung ke dalam. Dan
refleks moro adalah lemah atau tidak ada.
Sindroma X
rapuh. Sindroma X rapuh adalah penyebab tunggal kedua yang tersering dari
retardasi mental. Sindroma disebabkan dari mutasi pada kromosom X yang
diketahui sebagai tempat yang rapuh. Fenotip yang tipikal adalah kepala yang
besar dan panjang, perawakan pendek, sendi hiperekstensif, dan makro-orkhodisme
pascapubertal. Derajat retardasi mental terentang dari ringan sampai berat.
Ciri perilaku orang dengan sindroma
adalah tingginya angka gangguan defisitatensi/hiperaktifitas, gangguan belajar,
dan gangguan perkembangan pervasive, seperti gangguan autistik. Defisit dalam
fungsi bahasa adalah pembicaraan terlalu cepat dan preseveratif dengan kelainan dalam mengkoordinasikan kata-kata
membentuk Frasa dan kalimat
Sindroma
Prader-Willi. Sindroma Prader-Willi didalilkan merupakan akibat dari
pengaruh penghilangan kecil pada kromosom 15. Orang dengan sindroma menunjukan
prilaku makan yang kompulsif dan seringkali obesitas, retardasi mental,
hipogonadisme, perawakan pendek, hipotonia dan tangan dan kaki kecil.
Anak-anak yang memiliki sindroma ini
sering memiliki prilaku oposisional dan menyimpang
Sindroma
tangisan kucing (CAT CRY syndrome). Anak-anak dengan sindrom tangisan
kucing kehilangan bagian kromosom 5. Mereka mengalami retardasi mental berat
dan menunjukan banyak stigmata yang seringkali disertai dengan penyimpangan
kromosom seperti mikrofali, telinga yang letaknya lebih rendah, fisura palpebra
oblik, hipertelorisme, dan mikrognatia. Tangisan seperti kucing.
b.
Faktor genetik lain
Fenilketonuria
(PKU). Merupakan paradigma metabolisme
bawaan. Defek metabolisme dasar
pada PKU adalah ketidak mampuan untuk
mengubah fenilalanin menjadi parasitosin karena tidak adanya atau tidak
aktifnya enzim fenilalanin hidroksilase, yang mengkatalis perubahan enzim
tersebut. PKU merupakan gangguan yang jarang yang memiliki resiko kematian yang
tinggi.
Sebagian
penderita PKU mengalami retardasi mental yang sangat berat. Anak PKU tipikal
adalah hiperaktif dan menunjukan perilaku yang aneh dan tidak bisa diramalkan,
yang menyebabkan sulit ditangani. Komunikasi verbar atau non verbal biasanya
terganggu parah atau tidak ditemukan. Tes skrining yang lebih dipercaya yang
banyak digunakan adalah pengujian inhibisi Guthrie, yang menggunakan prosedur
bakteriologis untuk menditeksi fenilanin pada darah.
Gangguan rett. Gangguan rett
merupakan sindroma retardasi mental dominan terkait-X yang degeneratif dan hanya
mengenai wanita. Penurunan keterampilan komunikasi, prilaku motorik, dan fungsi
sosial dimulai pada usia 11/2 tahun. Gejala seperti
autistik sering ditemukan demikian juga ataksia, seringai wajah, menggesekan
gigi dan hilangnya pembicaraan, hiperventilasi intermiten dan pola nafas yang
tidak teratur adalah karakteristik anak saat anak terbangun. Gerakan tangan stereotipik. Gangguan gaya
berjalan yang progresif, skoliosis, dan kejang terjadi. Atrofi serebral terjadi
dengan penurunan pigmentasi substansia nigra, yang mengesankan kelainan pada
sistem nigrostriatal dopaminergik.
Neurofibromatosis. Juga disebut
penyakit von Recklinghausen yang merupakan sindroma neurokutaneus yang paling
sering disebabkan oleh gen dominan tunggal. Terjadi kira-kira 1 dalam 5000
kelahiran. Gangguan ditandai oleh bercak café-
au-lait pada kulit dan neurofibroma. Retardasi mental ringan ditemukan pada
sampai sepertiga orang dengan penyakit ini.
Skleriosis
tuberculosis.
Skleriosis tuberkulosis adalah sindroma neurokutaneus kedua yang tersering,
retardasi mental progresif ditemukan pada hingga duapertiga dari semua orang yang terkena. Kejang
ditemukan pada semua pasien yang mengalami retardasi mental dan pada duapertiga
orang yang tidak mengalami retardasi mental. Presentasi fenotipik adalah
adenoma sebaseum dan bercak daun palem yang dapat dikenali dengan lampu celah.
Sindroma Lesch-Nyhan. Sindroma Lesch-Nyhan
adalah gangguan yang jarang yang disebabkan oleh defisiensi suatu enzim yang
terlibat dalam metabolisme purin. Sindroma ini di tandai oleh mutilasi diri
kompulsif yang parah dengan menggigit mulut dan jari-jari. Ini merupakan
gangguan terkait gangguan terkait-X dan ditemukan dengan retardasi mental,
kejang, koreoatetosis, dan spastisitas.
Ardenoleukodistrofi. Ditandai oleh
demeilinasi difus pada materi putih serbral, yang menyebabkan gangguan visual
dan intelektual, kejang, spastisitas dan perkembangan menuju kematian.
Penyakit Urin sirup
Maple.
Gejala klinis dari penyakit urin sirup
maple tampak selama minggu-minggu pertama kehidupan. Bayi memburuk dengan cepat
dan mengalami ridigitas deserebrasi, kejang, iregularitas pernapasan dan
hipoglikemia. Jika tidak diobati, sebagian pasien akan meninggal dalam bulan
pertama kehidupan, dan pasien yang bertahan hidup mengalami retardasi berat.
Berikut tabel sindroma lain :
c.
Faktor prenatal
Persyaratan penting
untuk perkembangan kesehatan janin adalah kesehatan fisik, psikologis, dan
nutrisi maternal selama kehamilan. Pemyakit dan kondisi kronis maternal
mempengaruhi perkembangan normal sistem saraf pusat janin. Infeksi maternal
selama kehamilan terutama infeksi virus, telah diketahui menyebabkan kerusakan
janin dan retardasi mental. Derajat kerusakan janin tergantung pada variabel
tertentu seperti jenis virus, usia kehamilan, dan keparahan penyakit. Gangguan medis
berikut ini telah diketahui pasti sebagai kondisi resiko tinggi untuk retardasi
mental yaitu rubella, penyakit inklusi sitomegalik, sifilis, toxoplasmosis,
herpes simpleks, AIDS, sindroma alcohol janin, penyulit kehamilan (Toksemia,
malnutrisi, diabetes maternal).
d.
Faktor
perinatal
Beberarapa bukti
menunjukkan bahwa bayi premature dan bayi dengan berat badan lahir rendah
berada dalam resiko tinggi mengalami gangguan neurologis dan intelektual yang
bermanifestasi selama bertahun-tahun sekolahnya. Bayi tersebut yang menderita
perdarahan intracranial atau tanda-tanda iskemia serebral terutama rentah
terhadap kelainan kognitif. Derajat gangguan perkembangan saraf biasanya
berhubungan dengan beratnya perdarahan intracranial. Pemutusan sosioekonomi
juga dapat mempengaruhi fungsi adaptif bayi yang rentan tersebut. Intervensi
dini dapat memperbaiki kemampuan kognitif,bahasa dan perceptual mereka.
e.
Gangguan
didapat pada masa anak-anak
Kadang-kadang, status
perkembangan seorang anak berubah secara dramatic akibat penyakit atau trauma
fisik tertentu.
Infeksi. Infeksi yang paling
serius mempengaruhi integritas serebral adalah ensefalitis dan meningitis.
Ensefalitis campak telah hampir dihilangkan oleh pemakaian vaksin diseluruh
dunia, dan insidensi infeksi bacterial pada sistem saraf pusat telah diturunkan
dengan nyata oleh obat antibacterial. Sebagian besar episode ensefalitis
disebabkan oleh organisme virus. Meningitis yang didiagnosis lambat, kendatipun
diikuti dengan terapi antibiotika dapat secara serius mempengaruhi perkembangan
kognitif anak.
Trauma Kepala. Penyebab cedera
kepala yang terkenal pada anak-anak yang menyebabkan kecacatan mental,termasuk
kejang, adalah kecelakaan kendaraan bermotor. Tetapi lebih banyak cedera kepala
yang disebabkan oleh kecelakaan di rumah tangga seperti terjatuh dari meja,
dari jendela yang terbuka, dan dari tangga. Penyiksaan anak juga penyebab
cedera kepala.
Masalah Lain. Cedera otak dari
henti jantung selama anesthesia adalah jarang terjadi. Satu penyebab cedera
otak lengkap atau parsial adalah asfiksia yang berhubungan dengan nyaris
tenggelam. Pemaparan jangka panjang dengan timbale adalah penyebab gangguan
kecerdasan dan ketrampilan belajar yang dikenal baik. Tumor intracranial dengan
berbagai jenis dan asal, pembedahan, dan kemoterapi juga dapat merugikan fungsi
otak.
f.
Faktor
lingkungan dan sosiokultural
Retardasi ringan
secara bermakna menonjol di antara orang yang mengalami gangguan cultural.
Kelompok sosioekonomi rendah, dan banyak sanak saudaranya terkena retardasi
mental dengan derajat yang mirip. Tidak ada penyebab biologis yang dikenali
pada kasus tersebut. Anak-anak dalam keluarga yang miskin dan kekurangan secara
sosiokultural adalah sasaran dari kondisi merugikan perkembangan dan secara
potensial patogenik. Lingkungan prenatal diganggu oleh perawatan yang buruk dan
gizi maternal yang buruk. Masalah lain yang tidak terpecahkan adalah pengaruh
gangguan mental parental yang parah. Gangguan tersebut dapat menggangu
pengasuhan dan stimulasi anak dan aspek lain dari lingkungan mereka dengan
demikian menempatkan anak pada resiko perkembangan
D. Diagnosis
Diagnosis retardasi mental dapat
dibuat setelah riwayat penyakit, pemeriksaan intelektual yang baku, dan
pengukuran fungsi adaptif menyatakan bahwa perilakuanak sekarang adalah secara
bermakna di bawah tingkat yang diharapkan (tabel 35-1 dan 35-2). Diagnosis
sendiri tidak menyebutkan penyebab ataupun prognosisnya.
Riwayat penyakit. Riwyat penyakit
paling sering didapatkan dari orang tua atau pengasuh, denganperhatian khusus
pada kehamilan ibu, persalinan, dan kelahiran; adanya riwayat keluarga
retardasi mental; sehubungan dengan darah pada orang tua; dan gangguan
herediter. Sebagai bagian riwayat penyakit, klinisi menilai latar belakang
sosiokultural pasien, iklim emosional dirumah dan fungsi intelektual pasien.
Wawancara
psikiatrik. Dua
faktor memiliki kepentingan yang sangat tinggi jika mewawancarai pasien. Sikap
pewawancara dan cara berkomunikasi dengan pasien. Pewawancara tidak boleh
diatur oleh usia mental pasien, seakan-akan tidak dapat sepenuhnya
mengkarakterisasi orang. Kemampuan verbal pasien, termasuk bahasa reseptif dan
ekspresif, harus dinilai sesegera mungkin dengan mengobservasi komunikasi
verbal dan nonverbal antara pengasuh dan pasien dan riwayat penyakit dari
mereka. Orang teretardasi memiliki pengalaman kegagalan dalam seumur hidupnya
dalam berbagai bidang, dan mereka mungkin mengalami kecemasan sebelum menjumpai
pewawancara. Pewawancara dan pengasuh harus berusaha untuk menjelaskan dan
memberikan penjelasan yang jelas, suportif dan konkret tentang proses
diagnostic, terutama pasien dengan bahasa reseptif yang memadai. Pada umumnya,
pemeriksaan psikiatrik pasien yang teretardasi harus mengungkapkan bagaimana
pasien harus mengatasi stadium perkembangan. Dalam hal kegagalan atau regresi,
klinisi dapat mengembangkan sifat kepribadian yang memungkinkan perencanaan
logis dari penatalaksanaan dan pendekatan pengobatan.
Pemeriksaan
fisik.
Berbagai bagian tubuh mungkin memiliki karakteristik tertentu yang sering
ditemukan pada orang retardasi mental dan memiliki penyebab prenatal. Sebagai
contohnya, konfigurasi dan ukuran kepala memberikan petunjuk terhadap berbagai
kondisi, seperti mikrosefali, hidrosefalus, dan sindroma down. Wajah pasien
mungkin memiliki beberapa stigma retardasi mental, yang sangat mempermudah
diagnosis. Tanda fasial tersebut adalah hipertelorisme, tulang hidung yang
datar, alis mata yang menonjol, lipatan epikantus, opasitas kornea, perubahan
retina, telinga yang letaknya rendah atau bentuknya yang aneh, lidah yang
menonjol, dan gangguan gigi geligi. Ekspresi wajah yang dungu, mungkin
menyesatkan dan tidak boleh diandalkan tanpa bukti-bukti yang mendukung lainnya.
Pemeriksaan
neurologis.
Gangguan sensorik sering terjadi pada orang retardasi mental. Sebagai contohnya
sampai 10 persen orang retardasi mental mengalami gangguan pendengaran pada
suatu tingkat yang empat kali lebih tinggi dibandingkan populasi normal. Jika
ditemukan abnormalitas neurologis, insidensi dan keparahannya biasanya
meningkat dalam proporsi dengan derajat retardasi. Tetapi banyak anak retardasi
parah tidak memiliki kelainan neurologis. Sebaliknya kira-kira 25 persen dari
anak palsi serebral memiliki kecerdasan yang normal. Gangguan neurologis dalam
bidang motorik dimanifestasikan oleh kelainan pada tonus otot (spastisitas atau
hipotonia), reflex (hiperrefleksia), dan gerakan involuenter (koreoatetosis).
Gangguan sensorik dapat berupa gangguan pendengaran, terentang dari ketulian
kortikal sampai defisit pendengaran yang ringan.
Tes laboratorium. Tes laboratorium yang
digunakan pada kasus retardasi mental adalah pemeriksaan urin dan darah untuk
mencari gangguan metabolik. Kelainan enzim pada gangguan kromosom, terutama
sindroma down, menjanjikan alat diagnostic yang berguna. Penentuan karyotip
dalam laboratorium genetik diindikasikan bilamana dicurigai adanya gangguan
kromosom. Amniosentesis, di mana sejumlah kecil cairan amniotik diambil dari
ruang amnion secara transabdominal antara usia kehamilan 14 dan 16 minggu telah
berguna dalam mendiagnosis berbagai kelainan kromosom pada bayi, terutama
sindroma down. Sel cairan amnion, yang terdapat banyak berasal dari janin,
dibiakkan untuk pemeriksaan sitogenetik dan biokimiawi. Banyak gangguan
herediter yang serius dapat diramalkan dengan amnionsentris, dan abortus
terapetik adalah metode pencegahan satu-satunya. Amniosentesis dianjurkan untuk
semua wanita hamil di atas usia 35 tahun.
Pemeriksaan
pendengaran dan pembicaraan. Pemeriksaan pendengaran dan pembicaraan harus
dilakukan secara rutin. Perkembangan bicara merupakan criteria yang paling
dapat dipercaya dalam pemeriksaan retardasi mental. Berbagai gangguan
pendengaran seringkali ditemukan pada orang retardasi mental. Tetapi pada
beberapa keadaan gangguan menyerupai retardasi mental. Sayangnya, metoda yang
sering digunakan untuk pemeriksaan pendengaran dan pembicaraan memerlukan kerja
sama pasien dan dengan demikian, sering tidak dapat dipercaya pada orang yang
teretardasi berat.
Pemeriksaan
psikologis.
Klinisi yang melakukan pemeriksaan dapat menggunakan beberapa instrument
skrining untuk bayi dan anak kecil. Seperti banyak bidang retardasi mental,
kontroversi tentang nilai prediktif dari tes psikologi bayi adalah hangat.
Beberapa ahli melaporkan korelasi kelainan selama masa bayi dengan fungsi
abnormal kemudian adalah sangat kecil, dan ahli lain melaporkannya sangat
tinggi. Tetapi, korelasi meningkat secara langsung dengan usia anak pada saat
pemeriksaan perkembangan. Tes psikologis, dilakukan oleh para ahli psikologi
yang berpengalaman, adalah bagian standart dari pemeriksaan untuk retardasi
mental. Tes Gessell, Bayley, dan Cattell adalah tes yang paling sering
digunakan untuk bayi. Untuk anak-anak Stanford Binet dan Wechsler Intelligience
Scale for Children-Revised (WISC-R, WISC-3) adalah tes paling sering digunakan
di Negara ini. Kedua tes telah dikritik untuk memutuskan anak yang mengalami
pemutusan cultural, karena memiliki bias cultural, karena menguji terutama
potensi pencapaian akademik dan bukan untuk fungsi social yang adekuat, dan
karena tidak dapat dipercaya pada anak-anak dengan I.Q. kurang dari 50.
Beberapa orang telah mencoba mengatasi pembatasan bahasa pasien retardasi
mental dengan menganjurkan tes perbendaharaan kata melalui gambar-gambar,
dimana Peabody vocabulary test adalah yang paling luas digunakan.
E. Gambaran
Klinis
Retardasi
Mental Berat.
Retardasi mental berat biasanya jelas pada tahun-tahun prasekolah, karena
bicara anak yang terkena adalah terbatas, dan perkembangan motoriknya adalah
buruk. Suatu perkembangan bahasa dapat terjadi pada tahun-tahun usia sekolah,
pada masa remaja, jika bahasa adalah buruk, bentuk komunikasi nonverbal dapat
berkembang. Kemampuan anak untuk mengartikulasikan dengan lengkap kebutuhannya
dapat mendorong cara fisik berkomunikasi. Pendekatan perilaku dapat membantu
mendorong suatu tingkat perawatan diri sendiri, walaupun orang dengan retardasi
mental berat biasanya memerlukan pengawasan yang luas.
Retardasi
Mental Sangat Berat.
Anak-anak dengan retardasi mental sangat berat memerlukan pengawasan yang terus
menerus dan sangat terbatas dalam ketrampilan komunikasi dan motoriknya. Pada
masa dewasa, dapat terjadi suatu perkembangan bicara, dan ketrampilan menolong
diri sendiri yang sederhana dapat dicapai. Walaupun pada masa dewasa, perawatan
adalah diperlukan.
Ciri
Lain.
Survey telah mengenali sejumlah ciri klinis yang lebih sering terjadi pada
orang dengan retardasi mental dibandingkan populasi umum. Ciri-ciri tersebut
yang dapat terjadi tersendiri atau sebagai bagian dari gangguan mental, adalah
hiperaktivitas, toleransi frustasi yang rendah, agresi, ketidakstabilan
afektif, perilaku motorik stereotipik berulang, dan perilaku melukai diri
sendir dengan berbagai jenis. Perilaku melukai diri sendiri tampaknya lebih
sering dan kuat dengan semakin beratnya retardasi mental. Seringkali sulit
memutuskanapakah ciri klinis di atas adalah gangguan mental komorboid atau
sekuela langsung dari keterbatasan perkembangan yang disebabkan oleh retardasi
mental.
F. Diagnosis
Banding
Menurut definisinya,
retardasi mental harus dimulai sebelum usia 18 tahun. Anak dengan retardasi
mental harus mengahadapi begitu banyak situasi social dan akademik yang sulit
sehingga seringkali terbentuk pola maladaptive, yang mempersulit proses
diagnostic. Tetapi anak yang rentan yang terpapar dengan stressor lingkungan
yang terus menerus mungkin tidak berkembang dengan kecepatan yang diharapkan.
Masalah diagnosis banding yang paling sulit adalah pada anak-anak dengan
retardasi mental berat, cedera otak, gangguan autistic, skizofrenia dengan
onset masa anak-anak atau menurut beberapa ahli, penyakit Heller. Kebingungan
berasal dari kenyataan bahwa perincian riwayat awal dari anak sering kali tidak
diperoleh atau tidak dapat dipercaya. Anak-anak dibawah usia 18 tahun yang
memenuhi criteria diagnostic untuk demensia dan yang menunjukkan I.Q. kurang
dari 70 diberikan diagnostic demensia dan retardasi mental. Orang yang I.Q.nya
turun sampai kurang dari 70 setelah usia 18 tahun dan yang memiliki onset baru
gangguan kognitif tidak diberikan diagnosis retardasi mental tetapi hanya
mendapatkan diagnosis demensia.
G.Perjalanan
Penyakit dan Prognosis
Pada sebagian besar
kasus retardasi mental, gangguan intelektual dasar tidak membaik, walaupun pada
tingkat adaptasi orang yang terkena dapat didorong secara positif dengan
lingkungan yang diperkaya dan mendukung. Seperti pada orang tanpa retardasi
mental, semakin banyak gangguan mental komorboid yang terjadi, semakin buruk
prognosis keseluruhan. Jika gangguan mental yang jelas menumpang pada retardasi
mental, terapi standart untuk gangguan mental komorboid sering kali
menguntungkan. Tetapi terdapat sedikit ketidakjelasan tentang klasifikasi
perilaku penyimpangan tertentu seperti hiperaktivitas, labilitas emosional, dan
disfungsi social apakah mereka merupakan gejala psikiatrik tambahan atau
sekuela langsung dari retardasi mental? Pada umumnya, orang dengan retardasi
mental ringan sedang memiliki fleksibilitas terbesar dalam hal beradaptasi
terhadap berbagai kondisi lingkungan.
H. Terapi
Retardasi mental
adalah berhubungan dengan beberapa kelompok gangguan heterogen dan berbagai
faktor psikososial. Terapi yang terbaik untuk retardasi mental adalah
pencegahan primer, sekunder dan tersier.
Pencegahan
primer. Merupakan
tindakan yang dilakukan untuk menghilangkan atau menurunkan kondisi yang
menyebabkan perkembangan gangguan yang disertai dengan retardasi mental.
Tindakan tersebut termasuk
1.
Pendidiksn untuk meningkatkan pengetahuan dan kesadaran masyarakat umum tentang
retardasi mental.
2. Usaha terus menerus dari professional
bidang kesehatan untuk menjaga dan memperbaharui kebijaksanaan kesehatan
masyarakat.
3. Aturan untuk memberikan pelayanan kesehatan
yang maternal dan anak yang optimal.
4.
Konseling keluarga dan genetik membantu menurunkan retardasi mental.
Pencegahan
Sekunder dan Tersier.
1.
Pendidikan untuk anak. Lingkungan pendidikan untuk anak-anak retardasi mental
harus termasuk progam lengkap yang menjawab latihan ketrampilan adaptif,
latihan ketrampilan social, dan latihan kejuruan. Perhatian harus difokuskan pada
komunikasi dan usaha untuk meningkatkan kualitas hidup.
2. Terapi perilaku, kognitif dan
psikodinamika. Kesulitan dalam beradaptasi diantara orang retardasi mental
adalah luas dan sangat bervariasi sehingga sejumlah intervensi sendiri atau
dalam kombinasi mungkin berguna. Terapi perilaku, Dorongan positif untuk
perilaku yang diharapkan dan memulai hukuman (seperti mencabut hak istimewa)
untuk perilaku yang tidak diinginkan telah banyak menolong. Terapi kognitif,
seperti menghilangkan keyakinan palsu dan latihan relaksasi dengan instruksi
dari diri sendiri, juga telah dianjurkan untuk pasien retardasi mental yang
mampu mengikuti intruksi.
3.
Terapi psikodinamika, telah digunakan pada pasien retardasi mental dan
keluarganya untuk menurunkan konflik tentang harapan yang menyebabkan
kecemasan, kekerasan, dan depresi yang menetap.
4. Pendidikan keluarga, satu bidang yang
paling penting yang dapay dijawab oleh klinisi adalah pendidikan keluarga dari
pasien dengan retardasi mental tentang cara meningkatkan kompetensi dan harga
diri sambil mempertahankan harapan yang realistis untuk pasien. Orang tua harus
diberikan kesempatan untuk mengekspresikan perasaan bersalah, putus asa,
kesedihan, penyangkalan yang terus menerus timbul, dan kemarahan tentang
gangguan dan masa depan anak.
5.
Intervensi Farmakologis,pendekatan farmakolgis dalam terapi gangguan komorboid
pada pasien retardasi mental adalah banyak kesamaannya seperti untuk pasien
yang tidak mengalami retardasi mental. Semakin banyak data yang mendukung pemakaian
berbagai medikasi untuk pasien dengan gangguan mental yang tidak teretardasi
mental.
Konsep Asuhan Keperawatan
A. Pemeriksaan
fisik :
·
Kepala : Mikro/makrosepali, plagiosepali (btk kepala tdk simetris)
·
Rambut : Pusar ganda, rambut jarang/tdk ada, halus, mudah putus dan cepat
berubah
·
Mata : mikroftalmia, juling, nistagmus, dll
·
Hidung : jembatan/punggung hidung mendatar, ukuran kecil, cuping melengkung ke
atas, dll
·
Mulut : bentuk “V” yang terbalik dari bibir atas, langit-langit
lebar/melengkung tinggi
·
Geligi : odontogenesis yang tdk normal
· Telinga : keduanya letak
rendah; dll
· Muka : panjang filtrum
yang bertambah, hipoplasia
· Leher : pendek; tdk
mempunyai kemampuan gerak sempurna
·
Tangan : jari pendek dan tegap atau panjang kecil meruncing, ibujari
gemuk dan lebar, klinodaktil, dll
·
Dada & Abdomen : tdp beberapa putting, buncit, dll
·
Genitalia : mikropenis, testis tidak turun, dll
·
Kaki : jari kaki saling tumpang tindih, panjang & tegap/panjang kecil
meruncing diujungnya, lebar, besar, gemuk
Pemeriksaan penunjang
·
Pemeriksaan kromosom
·
Pemeriksaan urin, serum atau titer virus
·
Test diagnostik spt : EEG, CT Scan untuk identifikasi abnormalitas perkembangan
jaringan otak, injury jaringan otak atau trauma yang mengakibatkan perubahan.
B. Diagnosa
·
Gangguan pertumbuhan dan perkembangan b.d kelainan fungsi kognitif
·
Gangguan komunikasi verbal b.d kelainan fungsi kognitif
·
Risiko cedera b.d. perilaku agresif/ketidakseimbangan mobilitas fisik
· Gangguan interaksi sosial
b.d. kesulitan bicara /kesulitan adaptasi sosial
· Gangguan proses keluarga
b.d. memiliki anak RM
·
Defisit perawatan diri b.d. perubahan mobilitas fisik/kurangnya kematangan
perkembangan
C. Intervensi
·
Kaji faktor penyebab gangguan perkembangan anak
·
Identifikasi dan gunakan sumber pendidikan untuk memfasilitasi perkembangan
anak yang optimal.
·
Berikan perawatan yang konsisten
·
Tingkatkan komunikasi verbal dan stimulasi taktil
·
Berikan intruksi berulang dan sederhana
·
Berikan reinforcement positif atas hasil yang dicapai anak
·
Dorong anak melakukan perawatan sendiri
·
Manajemen perilaku anak yang sulit
·
Dorong anak melakukan sosialisasi dengan kelompok
·
Ciptakan lingkungan yang aman
D. Implementasi
Pendidikan Pada Orangtua :
·
Perkembangan anak untuk tiap tahap usia
·
Dukung keterlibatan orangtua dalam perawatan anak
·
Bimbingan antisipasi dan manajemen menghadapi perilaku anak yang sulit
·
Informasikan sarana pendidikan yang ada dan kelompok, dll
E. Evaluasi
·
Anak berfungsi optimal sesuai tingkatannya
·
Keluarga dan anak mampu menggunakan koping thd tantangan karena adanya
ketidakmampuan
·
Keluarga mampu mendapatkan sumber-sumber sarana komunitas
Daftar Rujukan
Kaplan,
H. I. dkk. 1997. Sinopsis Psikiatri. Jakarta: Binarupa Aksara
Wong,
L. Donna, 2005, Keperawatan Pediatrik, Jakarta : EGC.
http://asus10.wordpress.com/2012/05/20/asuhan-keperawatan-jiwa-retardasi-mental/
1 komentar:
TANKS YA UNTUK MAU BERBAGI INFORMASINYA..\\
Posting Komentar