LAPORAN
PENDAHULUAN
1. Definisi
Skizofrenia
Hebrefrenik adalah perilaku yang khas, regresi, primitive, afek tidak sesuai
dengan karakteristik umumnya, wajah dungu, tertawa aneh-aneh, menangis dan
menarik diri secara ekstrim (Mary C. Towsend dalam Novy Helena C, 1998 : 143).
Skizofrenia
Hebefrenik adalah Percakapan dan perilaku yang kacau, serta afek yang datar
atau tidak tepat, gangguan asosiasi juga banyak terjadi. (Ann Isaac, 2004 :
153)
2.
Etiologi
1) Faktor
Predisposisi
Beberapa factor predisposisi yang berkontribusi pada munculnya respon neurobiology seperti pada harga diri rendah antara lain :
Beberapa factor predisposisi yang berkontribusi pada munculnya respon neurobiology seperti pada harga diri rendah antara lain :
a. Faktor
Genetis
Secara genetis,
skizofrenia diturunkan melalui kromosom-kromosom tertentu. Tetapi kromosom yang
ke berapa yang menjadi faktor penentu gangguan ini sampai sekarang masih dalam
tahap penelitian. Diduga letak gen skizofrenia ada dikromosom no. 6 dengan
kontribusi genetik tambahan no. 4, 8, 15 dan 22. Anak kembar identik memilki
kemungkinan mengalami skizofrenia sebesar 50% jika salah satunya mengalami
skizofrenia, sementara jika dizigote peluangnya sebesar 15%. Seorang anak yang
salah satu orang tuanya mengalami skizofrenia, ssementara bila kedua orang
tuany skizofreia maka peluangnya menjadi 35%.
b. Faktor
Neurologis
Ditemukan bahwa
korteks prefrotal dan korteks limbik pada klien skizofrenia tidak pernah
berkembang penuh. Ditemukan juga pada klien skizofrenia terjadi penurunan
volume dan fungsi otakyang banormal. Neurotransmitter yang ditemukan tidak
normal khususnya dopamine, serotonine, dan glutamat.
c)
Studi Neurotransmiter
Skizofrenia
diduga juga disebkan oleh adanya ketidakseimbanga neurotransmtter dopamine yang
berlebihan.
d)
Teori Virus
Paparan
virus influenza pada trimester 3 kehamilan dapat menjadi faktor predispossisi
skizofrenia.
e) Psikologis
Beberapa
kondisi psikologis yang menjadi faktor predisposisi skizofrenia antara lain
anak yang diperlakukan oleh ibu pencemas, terlalu melindungi, dingin dan tidak
berperasaan, sementara ayah yang mengambil jarak dengan anaknya.
2) Faktor
Presipitasi
Faktor-faktor pencetus respon neurobiologis meliputi :
Faktor-faktor pencetus respon neurobiologis meliputi :
a) Berlebihannya
proses inflamasi pada sistem saraf yang menerima dan memproses informasi di
thalamus dan frotal otak.
b) Mekanisme
penghantaran listrik di saraf terganggu.
c) Gejala-gejala
pemicu seperti kondisi kesehatan, lingkungan, sikap dan perilaku.
Gejala-gejala
pencetus respon biologis :
(1) Kesehatan
: nutrisi kurang, kurang tidur, ketidakseimbangan irama sirkadian, kelelahan,
infeksi, obat-obatan sistem saraf pusat, kurangnya latihan dan hambatan untuk
menjangkau layanan kesehatan.
(2) Lingkungan
: lingkungan yang memusuhi, masalah rumah tangga, kehilangan kebebasan hidup,
perubahan kebiasaan hidup, pola aktivitas sehari-hari, kesukaran berhubungan
dengan oran lain, isolasi sosial, kurangnya dukungan sosial, tekanan kerja,
stigmasisasi, kemiskinan, kurangnya alat transportasidan ketidakmampian
mendapatkan pekerjaan.
(3) Sikap/perilaku
: merasa tidak mampu, putus asa, merasa gagal, kehilangan kendali diri (demoralisasi),
merasa punya kekuatan berlebihan dengan gejala tersebut, merasa malang,
bertindak tidak seperti orang lain dari segi usia maupun kebudayaan, rendahnya
kemampuan sosialisasi, perilaku agresif, perilaku kekerasan, ketidakadekuatan
pengobatan dan ketidakadekuatan penanganan gejala.
3.
Manifestasi
Klinis
Seseorang yang
menderita skizofrenia herbefrenik, disebut juga disorganized type atau “kacau
balau” yang ditandai dengan gejala-gejala antara lain sebagai berikut :
·
Inkoherensi yaitu jalan
pikiran yang kacau, tidak dapat dimengerti apa maksudnya.
·
Alam perasaan yang
datar tanpa ekspresi serta tidakserasi atau ketolol-tololan.
·
Perilaku dan tertawa
kekenak-kanakan, senyum yang menunjukkan rasa puas diri atau senyum yang hanya
dihayati sendiri.
·
Waham yang tidak jelas
dan tidak sistematik tidak terorganisasi sebagai suatu kesatuan.
·
Halusinasi yang
terpecah-pecaj yang isi temanya tidak terorganisasi sebagai satu kesatuan.
·
Perilaku aneh, misalnya
menyeringai sendiri, menunjukkan gerakan-gerakan aneh, berkelakar, pengucapan
kalimat yang diulang-ulang dan cenderung untuk menarik diri secara akstrim dari
hubungan sosial (Dadang Hawari, 2001 :640)
4.
Psikofisiologi
1.
Tahapan halusinasi dan
delusi yang biasa menyertai gangguan jiwa.
a. Tahap Comforting
a. Tahap Comforting
Timbul kecemasan
ringan disertai gejala kesepian, perasaan berdosa, klien biasanya
mengkompensasikan stresornya dengan koping imajinasi sehingga merasa senang dan
terhindar dari ancaman.
b.Tahap
Condeming
Timbul kecemasan
moderat, cemas biasanya makin meninggi selanjutnya klien merasa mendengarkan
sesuatu, klien merasa takut apabila orang lain ikut mendengarkan apa-apa yang
ia rasakan sehingga timbul perilaku menarik diri ( with drawl ).
c. Tahap
Controling
Timbul kecemasan
berat, klien berusaha memerangi suara yang timbul tetapi suara tersebut terus
menerus mengikuti, sehingga menyebabkan klien susah berhubungan dengan orang
lain. Apabila suara tersebut hilang klien merasa sangat kesepian atau sedih.
d.
Tahap Conquering
Klien merasa
panik, suara atau ide yang datang mengancam apabila tidak diikuti perilaku
klien dapat bersifat merusak atau dapat timbul perilaku suicide.
2.
Waham
Kelompok ini
ditandai secara khas oleh berkembangnya waham yang umumnya menetap dan
kadang-kadang bertahan seumur hidup. Waham dapat berupa waham kejaran,
hipokondrik, kebesaran, cemburu, tubuhnya dibentuk secara abnormal, merasa
dirinya bau dan homoseks. Onset biasanya pada usia pertengahan, tetapi
kadang-kadang yang berkaitan dengan bentuk tubuh yang salah dijumpai pada usia
muda. Isi waham dan waktu timbulnya sering dihubungkan dengan situasi kehidupan
individu, misalnya waham kejaran pada kelompok minoritas. Terlepas dari
perbuatan dan sikapnya yang berhubungan dengan wahamnya, afek dan pembicaraan
dan perilaku orang tersebut adalah normal.Waham ini minimal telah menetap
selama 3 bulan.
5. Pedoman
Diagnostik
Skizofrenia
Hebefrenik (PPDGJ III, Kode F 20.1)
a) Memenuhi kriteria umum diagnosa skizofrenia
b) Ditegakan pada usia remaja atau dewasa muda (15-25 tahun)
c) Kepribadian premorbid menunjukan ciri-ciri khas pemalu dan senang menyendiri.
a) Memenuhi kriteria umum diagnosa skizofrenia
b) Ditegakan pada usia remaja atau dewasa muda (15-25 tahun)
c) Kepribadian premorbid menunjukan ciri-ciri khas pemalu dan senang menyendiri.
Untuk
meyakinkan diperlukan pengamatan selama 2-3 bulan untuk memastikan gambaran
lihat yang bertahan, antara lain perilaku yang tidak bertanggungjawab dan tidak
dapat di ramalkan, kecenderungan untuk selalu menyendiri, dan perilaku tanpa
tujuan dan perasaan :
- Afek dangkal
dan tidak wajar
- Proses fikir mengalami disorganisasi dan topik pembicaraan tidak menentu (inkoheren)
- Gangguan afektif dan dorongan kehendak serta gangguan proses pikir umumnya menonjol. Halusinasi dan waham biasanya ada tetapi tidak menonjol.
- Proses fikir mengalami disorganisasi dan topik pembicaraan tidak menentu (inkoheren)
- Gangguan afektif dan dorongan kehendak serta gangguan proses pikir umumnya menonjol. Halusinasi dan waham biasanya ada tetapi tidak menonjol.
KONSEP
ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
Adapun komponen data yang perlu
dikaji pada klien skizofrenia hebefrenik antara lain:
1) Identitas klien
2) Identitas informan atau yang bertanggung jawab terhadap klien
3) Keluhan utama
4) Riwayat perjalanan penyakit
5) Riwayat kekambuhan terakhir
6) Pertumbuhan dan perkembangan premorbid
7) Persepsi dan harapan klien dan keluarga
8) Keadaan kesehatan fisik
1) Identitas klien
2) Identitas informan atau yang bertanggung jawab terhadap klien
3) Keluhan utama
4) Riwayat perjalanan penyakit
5) Riwayat kekambuhan terakhir
6) Pertumbuhan dan perkembangan premorbid
7) Persepsi dan harapan klien dan keluarga
8) Keadaan kesehatan fisik
2. Riwayat
Kesehatan/penyakit yang lalu
3. Pola
Aktivitas sehari-hari
(1) Penampilan
dan kebersihan diri.
Klien
skizofrenia menunjukkan penurunan minat terhadap penampilan dan kebersihan
dirinya. Ini tampak pada penampilan yang acak – acakan. Badan tampak kotor.
(2) Kebiasaan
merokok dan minum – minuman keras.
(3)
Tidur dan istirahat :
Klien dapat
sulit tidur. Adanya halusinasi dapat menyebabkan kecemasan, klien mendengar
suara – suara yang mengganggu atau mengancam dirinya. Klien sering bermimpi
buruk sehingga terbangun dan sulit tidur lagi, dan sering dia berada dalam
keadaan terjaga.
(4) Nutrisi
Menurunnya
kemauan dan meningkatnya aktivitas motorik menyebabkan klien tidak mau makan.
Porsi makan utuh/makan sedikit, dapat pula klien menolak makan karena adanya
halusinasi yang melarangnya makan.
(5)
Pola
eliminasi.
4. Pemeriksaan fisik
5. Pemeriksaan penunjang
6. Status
Mental
a) Afek
/ Emosi
- Afek datar :
tidak ada tanda ekspresi afektif, suatu monoton, da wajahnya imobil.
- Afek yang tidak serasi : tidak sesuai dengan rangsangan, misalnya orang yang disekitarnya ramai tertawa karena ada kelucuan tetapi klien malah menunjukkan kesedihan/menangis.
- Afek yang tidak serasi : tidak sesuai dengan rangsangan, misalnya orang yang disekitarnya ramai tertawa karena ada kelucuan tetapi klien malah menunjukkan kesedihan/menangis.
- Keadaan emosi
yang berlebihan sehingga kelihatannya seperti dibuat – buat, misalnya dari
keadaan gembira seketika itu berubah menjadi sedih.
b)
Konsep Diri
Konsep diri kacau
dan tidak realistik. Klien mempunyai perasaan rendah diri, menganggap dirinya
tidak mampu mengatasi kekurangannya, tidak ingin melakukan sesuatu hal untuk
menghindari kegagalan (takut gagal). Klien menghinakan, menyalahkan dirinya
atas suatu hal yang pernah atau tidak pernah dilakukannya. Tidak punya
keinginan/cita – cita, merasa diri tidak berdaya, sakit sehingga tidak dapat
melakukan peranannya. Dapat terjadi klien merasa asing dengan dirinya, merasa
bahwa dirinya sudah menjadi yang lain.
c) Gaya Komunikasi
(1) Gaya verbal klien
Inkoherensi
menyebabkan klien banyak bicara yang tak bisa dimengerti, berteriak – teriak
tanpa sebab. Isi pembicaraan sedikit, tersamar, abstrak atau sangat konkret.
(2) Respon non verbal klien
- Pandangan mata
terkesan kosong
- Tidak ada kontak mata
- Tersenyum – senyum, tertawa kecil tanpa adanya rangsang, atau ekspresi wajah sedih
- Tidak ada kontak mata
- Tersenyum – senyum, tertawa kecil tanpa adanya rangsang, atau ekspresi wajah sedih
d) Interaksi/hubungan dengan dunia luar.
Adanya
kecenderungan menarik diri dari keterlibatannya dari dunia luar dan
berpreokupasi dengan idenya yang tak logis. Gila parah kondisi itu dinamakan
autisme. Orang lain akan nampak sibuk dengan dunianya sendiri, tidak
terpengaruh dengan orang lain.
e)
Pola
pertahanan diri
Mekanisme
pertahanan regresi (kekanak – kanakan), misalnya klien menjadi tergantung pada
orang lain dalam memenuhi kebutuhannya.
f)
Persepsi sensorik
Klien skizofrenia hebefrenik sering mengalami gangguan persepsi sensorik berupa ilusi/halusinasi, terutama halusinasi dengar, dimana klien akan tampak berbicara sendiri atau tertawa sendiri.
Klien skizofrenia hebefrenik sering mengalami gangguan persepsi sensorik berupa ilusi/halusinasi, terutama halusinasi dengar, dimana klien akan tampak berbicara sendiri atau tertawa sendiri.
g)
Motorik
Aktivitas psikomotorik yang abnormal, tidak bertujuan seperti berlari – lari jalan mondar – mondir, menggoyang – goyangkan badannya, memukul – mukul tanpa sebab, atau imobilitas yang apatis. Hal ini umumnya disebabkan adanya halusinasi, kecemasan yang meningkat, kebingungan, atau adanya dorongan yang tidak dapat dikontrol.
Aktivitas psikomotorik yang abnormal, tidak bertujuan seperti berlari – lari jalan mondar – mondir, menggoyang – goyangkan badannya, memukul – mukul tanpa sebab, atau imobilitas yang apatis. Hal ini umumnya disebabkan adanya halusinasi, kecemasan yang meningkat, kebingungan, atau adanya dorongan yang tidak dapat dikontrol.
h)
Orientasi.
Pada
periode kekambuhan, klien dapat bingung, tidak mengenal orang, waktu atau
tempat dimana ia berada.
i)
Pikiran.
Gangguan
pada isi pikir dapat berupa waham yang tidak sistematis, mudah berubah. Klien
merasa bahwa perasaannya, dorongan pikirannya atau tindakannya dipaksakan dari
luar kepada dirinya. Adanya preokupasi, yaitu pikiran terpaku pada sebuah ide
biasanya berkaitan dengan keadaan emosional yang kuat, misalnya preokupasi dengan
anaknya, suami yang sudah meninggal. Klien dapat merasakan kekhawatiran yang
berlebihan tentang kesehatan fisiknya. Untuk gangguan pada bentuk dan arus
pikir yang sering ditemukan adalah kelonggaran asosiasi, dimana ide – ide
berpindah dari satu subjek ke subjek lain yang sama selalu tidak ada hubungan
atau hubungannya tidak tepat, dan hal lain tidak disadarinya. Apalagi
pelonggaran asosiasi ini terlalu berat dapat terjadi inkoherensi, percakapan
yang tidak dapat dimengerti. Dapat pula terjadi miskinnya isi pembicaraan
dimana isi pembicaraannya masih cukup tetapi isinya sedikit karena samar,
abstrak, atau sangat konkret, berulang – ulang (stereotipik). Hambat pikir
(blocking) dapat pula terjadi, yaitu jalan pikiran tiba-tiba berhenti di tengah
sebuah kalimat. Klien tidak dapat menerangkan mengapa ia berhenti. Gangguan
lain berupa irelevasi, isi pikiran atau ucapan yang tidak ada hubungannya
dengan pertanyaan, atau dengan hal yang sedang dibicarakan.
j)
Insight (penghayatan)
tingkat penghayatan
terhadap kondisi dirinya dan kebutuhannya. Klien merasa dirinya tidak sakit
atau bahkan merasa dirinya sakit parah. Klien dapat menyadari atau tidak
menyadari akan faktor – faktor yang mempengaruhi tingkah lakunya, sehingga
adakalanya ia tidak mampu bereaksi sesuai dengan realitas dan bertanggung
jawab.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1.
Gangguan persepsi sensori : halusinasi
2. Gangguan proses pikir
3. Kerusakan komunilasi verbal
4. Isolasi social
5. Defisit perawatann diri
6. Ansietas
7. Koping individu tidak efektif
8. Ketidak seimbangan nutrisi
9. Resiko bunuh diri
2. Gangguan proses pikir
3. Kerusakan komunilasi verbal
4. Isolasi social
5. Defisit perawatann diri
6. Ansietas
7. Koping individu tidak efektif
8. Ketidak seimbangan nutrisi
9. Resiko bunuh diri
INTERVENSI KEPERAWATAN
1.
Gangguan
persepsi sensori : halusinasi
v Bina
hubungan saling percaya
v Bantu
klien mengenal halusinasi
v Diskusikan dengan klien wktu, isi, frekuensi
dan situasi pencetus munculnya halusinasi
v Beri
kesempatan klien untuk mengungkapkan perasaanya.
v Diskusikan
cara baru untuk mengendalikan halusinasi.
2. Gangguan proses pikir
v Bina
hubungan saling percaya
v Latihan
mengingat memori yang telah dilalui
v Ingatkan
kembali masa lalu klien
v Libatkan
klien dalam TAK orientasi realitas
v Beri
kesempatam klien mendiskusikan wahamnya dengan petugas / perawat
v Dukung
klien untuk memfalidasi keyakinan terhadap wahannya
v Berikan
aktivitas reaksi atau aktivitas yang membutuhkan perhatian atau dan ketrampilan
di waktu luang klien.
3.
Kerusakan Komunikasi Verbal
v Bina hubungan saling percaya
v Beri kesempatan klien untuk bicara
v Dengarkan pembicaraan klien lalu identifikasi tema yang berkaitan
v Kaji kemampuan klien menilai pesan pembicaraan orang lain
v Kaji kemampuan klien menangkap dan menerima pesan non verbal dari
lawan bicara
v Latihan daya ingat untuk mengungkapkan perasannya secara verbal atau
non verbal.
4. Isolasi
Sosial
v Bina hubungan saling percaya
v Dorong klien untuk membagi masalah yang
dihadapinya
v Berikan perasaan aman dan nyaman pada
klien
v Bantu klien mengidentifikasi kelebihan,
hambatam, dan kesulitan dalam komunikasi dengan orang lain.
v Dukung klien mengembangkan hubungan yang
telah terbina
v Lebatkan klien dalam TAK sosialisasi
5.
Defisit
perawatan diri
v
Bina hubungan saling
percaya
v
Diskusikan bersama
klien keuntungandan manfaat kebersihan diri
v
Bantu klien menentukan
tindakan untuk perawat klien
v
Bantu klien dalam
pemenuhan kebutuhan kegiatan sehari-hari
v
Kaji perasaan klien
setelah perawatan dirinya terpenuhi.
6. Ansietas
v Bina hubungan saling percaya
v Tenangkan klien
v Kaji kecemasan klien
v Jelaskan seluruh prosedur tindakan
kepada klien dan perasaan yang mungkin muncul pada saat melakukan tindakan
v Berusaha memahami klien
v Gunakan pendekatan sentuhan verbalisasi
untuk meyakinkan perasaan klien tidak sendiri dan mengajukan pertanyaan
v Sediakan aktifitas untuk menurunkan
ketegangan
v Bantu klien mengidentifikasi yang dapat
menimbulkan cemas
v Tentukan klien untuk mengambil keputusan
v Intruksikan klien untuk menggunakan
teknik relakasasi barikan pengobatab untuk menurunkan kecemasan.
7. Koping
individu tidak efektif
v Bina hubungan saling percaya
v Hargai pemahaman pasien tentang proses
penyakit dan konsep diri
v Hargai dan diskusikan alternative respon
terhadap situasi
v Hargai sikap klien terhadap perubahan
peran dan hubungan
v Dukung penggunaan sumber spiritual jika
diminta
v Gunakan pendekatan yang tenang dan
berikan jaminan
v Bantu klien untuk mengidentifikasi
strategi positif untuk mengatasi keterbatasan dan mengelola gaya hidup dan
perubahan
v Bantu klien beradaptasi dan mengatasi
perubahan klien
8. Ketidakseimbangan
nutrisi : kurang dari kebutuhan
v
Bina
hubungan saling percaya
v
Monitor
perubahan berat badan
v
Monitor
tipe dan jumlah aktifitas yang biasa dilakukan
v
Monitor
kulit dan pigmentasi
v
Monitor
turgor kulit
v
Monitor
mual muntah
v
Monitor
kalori dan intake cairan
9. Resiko
bunuh diri
v
Bina hubungan saling percaya
v
Tentukan riwayat percobaan bunuh diri
v
Tentukan apakah ia mempunyai rencana spesifik
untuk bunuh diri
v
Diskusikan dengan klien factor pencetus bunuh
diri.
v
Lakukan observasi secara ketat
v
Jauhkan
benda-benda berbahaya dari lingkungan klien
v
Awasi klien selama melakukan aktivitas diluar.
SUMBER :
Maramis, WS.
(1997), Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa.
Airlasngga University Pers, Suarabaya.
3 komentar:
pengobatan skizo.hebefrenik ini ternyata cocok dengan obat seroquel xr 200. saya mengalami. tidak ada efek samping yang terasa berat seperti obat sebelumnya atau dengan cara disuntik tiap bulan. efek sampingnya berat. sedangkan dengan seroquel xr 200, efek samping bisa dihindarkan sehingga aktivitas bisa lebih leluasa tiap harinya. terima kasih untuk pt astra zeneca indonesia yg memasukkan obat ini pada program BPJS pemerintah. :)
Terimakasih atas informasi yang telah diberikan. Ijinkan saya bertanya terkait penyakit ini. Adakah kemungkinan penderita skinzofrenia hebrefenik ini sembuh ? Apakah terapi yang diberikan hanya berupa obat ? Apakah ada efek samping dari penggunaan obat yang terus berkelanjutan ? Apakah ada perbedaan "ciri" pada penderita dengan keempat faktor diatas ? Jika ada, bagaimanakah ciri tiap faktor penyebab diatas ?
Posting Komentar