Jumat, 05 Desember 2014

MAKALAH KOMUNIKASI KEPERAWATAN : Cara yang benar dalam menganamnesis/ wawancara dengan pasien

Diposting oleh Unknown di 17.10
BAB I
PENDAHULUAN
1.1              Latar Belakang
Dewasa ini, tantangan sebagi tenaga kesehatan semakin mempengaruhi kinerja tenaga kesehatan tersebut dalam menangani pasien. Sebagai tenaga kesehatan, khususnya seorang perawat, sangat diperlukan adanya kesiapan untuk berani melakukan tatap muka dan aktif dalam membangun keakraban dengan pasiennya. Pada umumnya kontak pertama antara seorang perawat dan pasien dimulai dari anamnesis. Dari sini hubungan terbangun sehingga akan memudahkan kerjasama dalam memulai tahap-tahap pemeriksaan berikutnya.
Dalam menegakkan suatu diagnosis, anamnesis mempunyai peranan yang sangat penting bahkan terkadang merupakan satu-satunya petunjuk untuk menegakkan diagnosis. Anamnesis adalah suatu tehnik pemeriksaan yang dilakukan lewat suatu percakapan antara seorang dokter atau perawat dengan pasiennya secara langsung atau dengan orang lain yang mengetahui tentang kondisi pasien, untuk mendapatkan data pasien beserta permasalahan medisnya. Tujuan pertama anamnesis adalah memperoleh data atau informasi tentang permasalahan yang sedang dialami atau dirasakan oleh pasien. Apabila anamnesis dilakukan dengan cermat maka informasi yang didapatkan akan sangat berharga bagi penegakan diagnosis, bahkan tidak jarang hanya dari anamnesis saja seorang dokter sudah dapat menegakkan diagnosis. Namun, dalam hal ini seorang perawat belum diperbolehkan menegakkan sebuah diagnosis terhadap pasien.
Tujuan berikutnya dari anamnesis adalah untuk membangun hubungan yang baik antara seorang dokter atau perawat dengan pasiennya. Umumnya seorang pasien yang baru pertama kalinya bertemu dengan dokter atau perawatnya akan merasa canggung, tidak nyaman dan takut, sehingga cenderung tertutup. Tugas seorang perawatlah untuk mencairkan hubungan tersebut. Pemeriksaan anamnesis adalah pintu pembuka atau jembatan untuk membangun hubungan dokter, perawat, dan pasiennya sehingga dapat mengembangkan keterbukaan dan kerjasama dari pasien untuk tahap-tahap pemeriksaan selanjutnya.
Anamnesis yang baik akan mengalir lancar dan spontan layaknya sebuah obrolan. Suasana anamnesis yang nyaman seperti itu hanya bisa dicapai jika dokter atau pun perawat maupun pasien bersikap ramah dan santun  serta memiliki kemampuan berkomunikasi yang baik. Perlu diketahui bahwa sebuah anamnesis yang baik adalah modal dasar bagi seorang dokter untuk menegakkan diagnosis suatu penyakit. Idealnya pasien dapat menggambarkan dengan jelas keluhan sakit yang dideritanya. Pasien pun diharapkan dapat menginformasikan hal-hal tertentu yang memperberat atau meringankan keluhan nyeri tersebut, juga keluhan-keluhan penyerta lainnya yang dirasakan berhubungan.
Penting untuk digarisbawahi, dalam proses anamnesis pasien atau keluarga pasien jangan merasa seperti sedang dihakimi atau disalahkan. Perasaan seperti itu sangat merugikan karena akan banyak informasi yang membias atau bahkan disembunyikan pasien atau keluarga pasien dari dokternya. Pasien pun memiliki hak yang sama dengan dokter atau pun perawat, pasien berhak untuk memperoleh berbagai informasi tentang penyakitnya. Tak perlu sungkan untuk bertanya pada dokter atau perawat. Meskipun cara penyampaiannya berbeda-beda, namun setiap dokter dan perawat akan senang untuk berbagi pengetahuan demi kesembuhan pasiennya. Jadi jelas sudah bahwa komunikasi antara pasien-dokter dan pasien-perawat merupakan salah satu unsur penting yang dapat membantu seorang pasien sembuh dari penyakitnya.

1.2              Rumusan Masalah
1.      Bagaimanakah cara yang benar dalam menganamnesis/ wawancara dengan pasien?

1.3              Tujuan Penulisan
1.      Mengetahui cara yang benar dalam menganamnesis/ wawancara dengan pasien.

1.4              Manfaat Penulisan
1.         Bagi Pembaca
·      Memberikan gambaran umum kepada mahasiswa keperawatan mengenai cara menganamnesis pasien yang baik dan benar sehingga pasien merasa nyaman menceritakan semua keluhan penyakitnya.
·      Memberikan gambaran kepada masyarakat umum agar tidak perlu takut dan canggung dalam mengemukakan keluhan kepada dokter maupun perawat, karena setiap keluhan yang diceritakan oleh pasien merupakan kunci diagnosis seorang dokter.
2.         Bagi Penulis
·       Dapat melatih kemampuan diri dalam bidang menulis secara sistematis.
3.         Bagi Pengajar
·       Sebagai referensi dan wujud nyata dari evaluasi atau materi yang diberikan.
BAB II
METODE PENULISAN
2.1  Library (studi kepustakaan)  
Sumber data pada penulisan makalah ini adalah informasi dari media cetak maupun elektronik. Untuk media cetak dari buku dan untuk media elektronik dari internet. Untuk pengumpulan data menggunakan metode kepustakaan (metode library). Library (studi kepustakaan) yaitu suatu cara kerja untuk memperoleh data dengan jalan mempelajari teori- teori, pendapat-pendapat, majalah-majalah, buku-buku ilmiah, surat kabar dan tulisan-tulisan lain yang berhubungan dengan yang diteliti. Pendapat-pendapat tersebut diatas adalah pendapat dari para ilmuwan dan para ahli. Dengan melalui metode library ini akan diperoleh data sekunder. Setelah data terkumpul, dari data tersebut akan dibahas dalam lingkup pembahasan dan akan ditarik kesimpulan dari pembahasan tersebut.









BAB III
PEMBAHASAN
3.1         Kajian tentang Wawancara
          Wawancara adalah menanyakan atau membuat tanya-jawab yang berkaitan dengan masalah yang dihadapi oleh klien, biasa juga disebut dengan anamnesa. Wawancara berlangsung untuk menanyakan hal-hal yang berhubungan dengan masalah yang dihadapi klien dan merupakan suatu komunikasi yang direncanakan.
          Semua interaksi perawat dengan klien adalah berdasarkan komunikasi. Komunikasi keperawatan adalah suatu proses yang kompleks dan memerlukan kemampuan skill komunikasi dan interaksi. Komunikasi keperawatan biasanya digunakan untuk memperoleh riwayat keperawatan. Istilah komunikasi terapeutik adalah suatu teknik yang berusaha untuk mengajak klien dan keluarga untuk bertukar pikiran dan perasaan. Teknik tersebut mencakup ketrampilan secara verbal maupun non verbal, empati dan rasa kepedulian yang tinggi.
          Teknik verbal meliputi pertanyaan terbuka atau tertutup, menggali jawaban dan memvalidasi respon klien. Teknik non verbal meliputi : mendengarkan secara aktif, diam, sentuhan dan kontak mata.

3.2         Kajian tentang Anamnesa
3.2.1             Definisi Anamnesa
               Anamnesa merupakan pengambilan data yang dilakukan oleh seorang dokter maupun perawat dengan cara melakukan serangkaian wawancara dengan pasien atau keluarga pasien atau dalam keadaan tertentu dengan penolong pasien. Berbeda dengan wawancara biasa, anamnesa dilakukan dengan cara yang khas, berdasarkan pengetahuan tentang penyakit dan dasar-dasar pengetahuan yang ada di balik terjadinya suatu penyakit serta bertolak dari masalah yang dikeluhkan oleh pasien. Jenis pertanyaan yang akan diajukan kepada pasien dalam anamnesa sangat beragam dan bergantung pada beberapa faktor.


3.2.2             Tujuan Anamnesis
1.             Memperoleh data atau informasi tentang permasalahan yang sedang dialami atau dirasakan oleh pasien. Apabila anamnesis dilakukan dengan cermat maka informasi yang didapatkan akan sangat berharga bagi penegakan diagnosis, bahkan tidak jarang hanya dari anamnesis saja seorang dokter sudah dapat menegakkan diagnosis. Secara umum sekitar 60-70% kemungkinan diagnosis yang benar sudah dapat ditegakkan hanya dengan anamnesis yang benar.
2.             Membangun hubungan yang baik antara seorang dokter, perawat, dan pasiennya. Pemeriksaan anamnesis adalah pintu pembuka atau jembatan untuk membangun hubungan dokter, perawat, dan pasiennya sehingga dapat mengembangkan keterbukaan dan kerjasama dari pasien untuk tahap-tahap pemeriksaan selanjutnya.

3.2.3        Jenis Anamnesis
1.      Auto anamnesis
Merupakan anamnesis yang didapat langsung dari keluhan pasien. Pasien sendirilah yang menjawab semua pertanyaan dokter dan menceritakan permasalahannya. Ini adalah cara anamnesis terbaik karena pasien sendirilah yang paling tepat untuk menceritakan apa yang sesungguhnya dia rasakan. Meskipun demikian dalam prakteknya tidak selalu autoanamnesis dapat dilakukan. Pada pasien yang tidak sadar, sangat lemah atau sangat sakit untuk menjawab pertanyaan, atau pada pasien anak-anak, maka perlu orang lain untuk menceritakan permasalahannya.

2.      Allo anamnesis atau Hetero anamnesis
Merupakan anamnesis yang didapat dari orang tua atau sumber lain yang dekat dan tahu betul tentang riwayat pasien. Tidak jarang dalam praktek sehari-hari anamnesis dilakukan bersama-sama auto dan allo anamnesis.




3.2.4      Persiapan Anamnesis
Hal yang harus dikuasai dalam anamnesis antara lain :
1.             Keterampilan proses
         Meliputi bagaimana cara berkomunikasi dengan pasien, menggali dan mendapatkan riwayat pasien, menggali dan mendapatkan riwayat pasien, kemampuan verbal dan non verbal yang digunakan, bagaimana menciptakan suatu hubungan dengan pasien, serta bagaimana cara berkomunikasi secara terstruktur dan terorganisasi.
2.             Keterampilan isi
         Yaitu keterampilan mengenai isi pokok dari pertanyaan dan respon yang diberikan kepada pasien.
3.             Keterampilan perseptual
         Yakni apa yang dipikirkan dan rasakan mempengaruhi pembuatan keputusan internal.

Selain itu, seorang perawat maupun dokter juga perlu terampil dalam mengajukan pertanyaan yang bersifat terbuka ataupun tertutup dan terampil dalam mendengarkan baik secara aktif, empatik, dan reflektif. Wawancara yang dilakukan selama anamnesis harus berdasarkan five basic task of doctor patient interview, sebagai berikut :
1.      Initiating the session
·           Menetapkan hubungan awal.
·           Mengidentifikasi keluhan.
2.      Gathering information
·           Mengeksplorasi masalah.
·           Memahami pandangan pasien.
·           Membuat struktur pada konsultasi pasien.
3.      Building relationship
·           Mengembangkan hubungan.
·           Menyertai pasien.
4.      Explanation and planning
·           Mengoreksi jumlah dan jenis.
·           Membantu pemahaman dan mengakuratkan daya ingat.
5.      Clossing the session
·           Menutup wawancara

Adapun hal yang harus diperhatikan oleh seorang dokter maupun perawat sebelum memulai wawancara, antara lain :
1.             Tempat dan suasana
Tempat dan suasana dimana anamnesis ini dilakukan harus diusahakan cukup nyaman bagi pasien. Anamnesis akan berjalan lancar kalau tempat dan suasana mendukung. Suasana diciptakan agar pasien merasa santai, tidak tegang dan tidak merasa diinterogasi.
2.             Penampilan
Penampilan seorang perawat juga perlu diperhatikan karena ini akan meningkatkan kepercayaan pasiennya. Seorang perawat yang tampak rapi dan bersih akan lebih baik dari pada yang tampak lusuh dan kotor. Demikian juga seorang perawat yang tampak ramah, santai akan lebih mudah melakukan anamnesis daripada yang tampak galak, ketus dan tegang.
3.             Periksa kartu dan data pasien
Sebelum anamnesis dilakukan sebaiknya periksa terlebih dahulu kartu atau data pasien dan cocokkan dengan keberadaan pasiennya. Tidak tertutup kemungkinan kadang-kadang terjadi kesalahan data pasien atau mungkin juga kesalahan kartu data, misalkan pasien A tetapi kartu datanya milik pasien B, atau mungkin saja ada 2 pasien dengan nama yang sama persis. Untuk pasien lama lihat juga data-data pemeriksaan, diagnosis dan terapi sebelumnya. Informasi data kesehatan sebelumnya seringkali berguna untuk anamnesis dan pemeriksaan saat ini.

4.             Dorongan kepada pasien untuk menceritakan keluhannya
Pada saat anamnesis dilakukan berikan perhatian dan dorongan agar pasien dapat dengan leluasa menceritakan apa saja keluhannya. Biarkan pasien bercerita dengan bahasanya sendiri. Ikuti cerita pasien, jangan terus menerus memotong, tetapi arahkan bila melantur. Pada saat pasien bercerita, apabila diperlukan ajukan pertanyaan-pertanyaan singkat untuk minta klarifikasi atau informasi lebih detail dari keluhannya. Jaga agar jangan sampai terbawa cerita pasien sehingga melantur kemana mana

5.             Gunakan bahasa atau istilah yang dapat dimengerti
Selama tanya jawab berlangsung gunakan bahasa atau istilah umum yang dapat dimengerti pasien. Apabila ada istilah yang tidak ada padanannya dalam bahasa Indonesia atau sulit dimengerti, berikan penjelasan atau deskripsi dari istilah tersebut.

6.             Buat catatan
Adalah kebiasaan yang baik untuk membuat catatan-catatan kecil saat seorang dokter melakukan anamnesis, terutama bila pasien yang mempunyai riwayat penyakit yang panjang.

7.             Perhatikan pasiennya
Selama anamnesis berlangsung perhatikan posisi, sikap, cara bicara dan gerak gerik pasien. Apakah pasien dalam keadaaan sadar sepenuhnya atau apatis, apakah dalam posisi bebas atau posisi letak paksa, apakah tampak santai atau menahan sakit, apakah tampak sesak, apakah dapat bercerita dengan kalimat-kalimat panjang atau terputus-putus, apakah tampak segar atau lesu, pucat dan lain-lain.

8.             Gunakan metode yang sistematis
Anamnesis yag baik haruslah dilakukan dengan sistematis menurut kerangka anamnesis yang baku. Anamnesis yang sistematis bertujuan untuk melihat keterlibatan setiap sistem dalam penyakit yang sekarang diderita dan kemungkinan adanya masalah lain selain masalah yang dikeluhkan oleh pasien. Dengan cara ini diharapkan tidak ada data anamnesis yang tertinggal.





3.2.5             Cara Melakukan Anamnesis
Dalam menganamnesis pasien, terdapat beberapa tata cara yang dikenal dengan istilah Secret Seven dan Fundamental Four. Namun sebelum mengarah kepada dua tata cara tersebut, ada baiknya jika seorang perawat mengetahui data-data umum mengenai pasien terlebih dahulu, seperti :
1.                       Nama pasien : sebaiknya nama lengkap bukan nama panggilan atau alias.
2.                       Jenis kelamin : sebagai kelengkapan harus juga ditulis datanya
3.                       Umur : terutama penting pada pasien anak-anak karena kadang-kadang digunakan untuk menentukan dosis obat. Juga dapat digunakan untuk memperkirakan kemungkinan penyakit yang diderita, beberapa penyakit khas untuk umur tertentu.
4.                       Alamat : apabila pasien sering berpindah-pindah tempat maka tanyakan bukan hanya alamat sekarang saja tetapi juga alamat pada waktu pasien merasa sakit untuk pertama kalinya. Data ini kadang diperlukan untuk mengetahui terjadinya wabah, penyakit endemis atau untuk data epidemiologi penyakit.
5.                       Pekerjaan : bila seorang dokter mencurigai terdapatnya hubungan antara penyakit pasien dengan pekerjaannya, maka tanyakan bukan hanya pekerjaan sekarang tetapi juga pekerjaan-pekerjaan sebelumnya.
6.                       Perkawinan : kadang berguna untuk mengetahui latar belakang psikologi pasien.
7.                       Agama : keterangan ini berguna untuk mengetahui apa yang boleh dan tidak boleh (pantangan) seorang pasien menurut agamanya.
8.                       Suku bangsa : berhubungan dengan kebiasaan tertentu atau penyakit-penyakit yang berhubungan dengan ras atau suku bangsa tertentu.

Setelah melakukan pemeriksaan data-data tersebut, maka langkah selanjutnya yaitu melanjutkan wawancara dengan ­Secret seven dan  Fundamental four :
1.                       Secret Seven
Merupakan tujuh macam pertanyaan yang bersifat pribadi dari diri pasien tersebut, diantaranya :
·                Onset : dari sejak kapan sakit atau keluha tersebut dirasakan.
·                Lokasi : di mana rasa sakit atau keluhan tersebut dirasakan (di bagian tubuh yang mana)
·                Kronologis : bagaimana cerita tentang sakit atau keluhan tersebut hingga bisa sampai seperti ini.
·                Kualitas : rasa sakit dari keluhan pasien seperti apa (sakit sekali, sakit bila disentuh, dan lain-lain).
·                Kuantitas : apakah penyakitnya sering kumat, atau seberapa sering penyakit tersebut menyerang pasien.
·                Gejala penyerta atau keluhan penyerta: keluhan-keluhan lain.
·                Faktor modifikasi : faktor yang memperberat atau memperingan penyakit dari pasien. Faktor modifikasi juga terkadang dibagi menjadi faktor risiko dan faktor diagnostik. Faktor risiko adalah faktor-faktor yang meningkatkan kemungkinan terjadinya suatu penyakit, sedangkan faktor prognostik adalah faktor-faktor yang mempengaruhi perjalanan suatu penyakit atau hasil pengobatan penyakit. Faktor risiko dan faktor prognostik dapat berasal dari pasien, keluarganya maupun lingkungan.

2.           Fundamental Four
·               Present history atau Present illnes ( keluhan utama )
         Yaitu alasan utama yang menyebabkan pasien memeriksakan diri atau dibawa keluarganya ke dokter atau rumah sakit. Keluhan utama merupakan titik tolak penelusuran informasi mengenai penyakit yang diderita pasien dan riwayat penyakit sekarang berdasarkan secret seven di atas.
·               Past health history (Riwayat penyakit dahulu)
         Bertujuan untuk mengetahui kemungkinan - kemungkinan adanya hubungan antara penyakit yang pernah diderita dengan penyakitnya sekarang. Tanyakan pula apakah pasien pernah mengalami kecelakaan, menderita penyakit yang berat dan menjalani operasi tertentu, riwayat alergi obat dan makanan, lama perawatan, apakah sembuh sempurna atau tidak. Obat-obatan yang pernah diminum pasien juga perlu ditanyakan. Bila pasien pernah melakukan berbagai pemeriksaan, maka harus dicatat dengan seksama, termasuk hasilnya.



·                     Family health history (Riwayat penyakit dalam keluarga)
Penting untuk mencari kemungkinan penyakit herediter, familial atau penyakit infeksi. Apakah ada keluarga atau kerabat dekat yang pernah mengalami gangguan yang sama atau penyakit keturunan yang lain.Pada penyakit yang bersifat kongenital, perlu juga di tanyakan riwayat kehamilan dan kelahiran.
·                     Personal or social history (Riwayat pribadi)
Riwayat pribadi meliputi data-data sosial, ekonomi, pendidikan dan kebiasaan. Pada anak-anak perlu juga dilakukan anamnesis gizi yang seksama meliputi jenis makanan, kuantitas dan kualitasnya. Perlu ditanyakan pula apakah pasien mengalami kesulitan dalam kehidupan sehari-hari seperti masalah keuangan, pekerjaan atau lain sebagainya. Kebiasaan pasien juga harus ditanyakan adalah kebiasaan merokok, minum alkohol, termasuk penyalahgunaan narkoba.
Pasien-pasien yang sering melakukan perjalanan juga haruslah ditanyakan tujuan perjalanan yang telah dilakukan untuk mencari kemungkinan tertular penyakit infeksi tertentu di tempat tujuan perjalanannya. Bila ada indikasi, riwayat perkawinan dan kebiasaan seksualnya juga harus di tanyakan. Yang tidak kalah penting adalah anamnesis mengenai lingkungan tempat tinggalnya, termasuk keadaan rumah, sanitasi, sumber air minum, ventilasi, tempat pembunagan sampah dan lain sebagainya. Pada pasien dengan kecenderungan anxietas dan depresi juga harus dilakukan anamnesis psikologik secara khusus.
3.2.6       Hambatan dalam Anamnesis
1.                   Pasien yang tertutup.
Anamnesis akan sulit dilakukan bila pasien membisu dan tidak mau menjawab pertanyaan-pertanyaan dokter atau perawat. Keadaan ini dapat disebabkan pasien merasa cemas atau tertekan, tidak leluasa menceritakan keluhannya atau dapat pula perilakunya yang demikian karena gangguan depresi atau psikiatrik. Tergantung masalah dan situasinya, kadang perlu orang lain (keluarga atau orang-orang terdekat) untuk mendampingi dan menjawab pertanyaan dokter atau perawat (heteroanamnesis), tetapi kadang pula lebih baik tidak ada seorangpun kecuali pasien dan dokternya. Bila pasien dirawat di rumah sakit maka anamnesis dapat dilanjutkan pada hari-hari berikutnya setelah pasien lebih tenang dan lebih terbuka.
2.                   Pasien yang terlalu banyak keluhan.
Sebaliknya tidak jarang seorang pasien datang dengan begitu banyak keluhan dari ujung kepala sampai ujung kaki. Tugas seorang dokter atau perawat untuk memilah-milah keluhan mana yang merupakan keluhan utamanya dan mana yang hanya keluh kesah. Diperlukan kepekaan dan latihan untuk membedakan mana yang merupakan keluhan yang sesungguhnya dan mana yang merupakan keluhan mengada-ada. Apabila benar-benar pasien mempuyai banyak keluhan harus dipertimbangkan apakah semua keluhan itu merujuk pada satu penyakit atau kebetulan pada saat tersebut ada beberapa penyakit yang sekaligus dideritanya.
3.                   Hambatan bahasa dan intelektual.
Seorang dokter atau perawat mungkin saja ditempatkan atau bertugas disuatu daerah yang mayoritas penduduknya menggunakan bahasa daerah yang belum dikuasai. Keadaan semacam ini dapat menyulitkan dalam pelaksanaan anamnesis. Seorang dokter atau perawat harus segera belajar bahasa daerah tersebut agar dapat memperlancar anamnesis, dan bila perlu dapat meminta bantuan petugas kesehatan lainnya untuk mendampingi dan membantu menerjemahkan selama anamnesis. Kesulitan yang sama dapat terjadi ketika menghadapi pasien yang karena intelektualnya yang rendah tidak dapat memahami pertanyaan atau penjelasan dokter atau perawat. Seorang dokter dan perawat dituntut untuk mampu melakukan anamnesis atau memberikan penjelasan dengan bahasa yang sangat sederhana agar dapat dimengerti pasiennya.
4.                   Pasien dengan gangguan atau penyakit jiwa.
Diperlukan satu tehnik anamnesis khusus bila seorang dokter atau perawat berhadapan dengan penderita gangguan atau penyakit jiwa. Mungkin saja anamnesis akan sangat kacau, setiap pertanyaan tidak dijawab sebagaimana seharusnya. Justru di dalam jawaban-jawaban yang kacau tersebut terdapat petunjuk-petunjuk untuk menegakkan diagnosis. Seorang dokter atau perawat tidak boleh bingung dan kehilangan kendali dalam melakukan anamnesis pada kasus-kasus ini.
5.                   Pasien yang cenderung marah dan menyalahkan.
Tidak jarang dijumpai pasien-pasien yang datang sudah dalam keadaan marah dan cenderung menyalahkan. Selama anamnesis mereka menyalahkan semua dokter yang pernah memeriksanya, menyalahkan keluarga atau orang lain atas masalah atau keluhan yang dideritanya. Umumnya ini terjadi pada pasien-pasien yang tidak mau menerima kenyataan diagnosis atau penyakit yang dideritanya. Sebagai seorang dokter atau perawat kita tidak boleh ikut terpancing dengan menyalahkan sejawat dokter lain karena hal tersebut sangat tidak etis. Seorang dokter juga tidak boleh terpancing dengan gaya dan pembawaan pasiennya sehingga terintimidasi dan menjadi takut untuk melakukan anamnesis dan membuat diagnosis yang benar.






















2 komentar:

Wa Lina lamarunga mengatakan...

Keren info nya mba, bisa nambah pengetahuan

Unknown mengatakan...

Mkch ints infonya
Tp hrs juga ada cnthnya

Posting Komentar

 

SHARE D' MOMENT Template by Ipietoon Blogger Template | Gadget Review