BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Dewasa ini, tantangan sebagi tenaga kesehatan semakin mempengaruhi kinerja
tenaga kesehatan tersebut dalam menangani pasien. Sebagai tenaga kesehatan,
khususnya seorang perawat, sangat diperlukan adanya kesiapan untuk berani
melakukan tatap muka dan aktif dalam membangun keakraban dengan
pasiennya. Pada umumnya kontak pertama antara seorang perawat dan pasien
dimulai dari anamnesis. Dari sini hubungan terbangun sehingga akan memudahkan
kerjasama dalam memulai tahap-tahap pemeriksaan berikutnya.
Dalam menegakkan suatu diagnosis, anamnesis mempunyai peranan yang sangat
penting bahkan terkadang merupakan satu-satunya petunjuk untuk menegakkan diagnosis.
Anamnesis adalah suatu tehnik pemeriksaan yang dilakukan lewat suatu percakapan
antara seorang dokter atau perawat dengan pasiennya secara langsung atau dengan
orang lain yang mengetahui tentang kondisi pasien, untuk mendapatkan data
pasien beserta permasalahan medisnya. Tujuan pertama anamnesis adalah
memperoleh data atau informasi tentang permasalahan yang sedang dialami atau
dirasakan oleh pasien. Apabila anamnesis dilakukan dengan cermat maka informasi
yang didapatkan akan sangat berharga bagi penegakan diagnosis, bahkan tidak
jarang hanya dari anamnesis saja seorang dokter sudah dapat menegakkan
diagnosis. Namun, dalam hal ini seorang perawat belum diperbolehkan menegakkan
sebuah diagnosis terhadap pasien.
Tujuan berikutnya dari anamnesis adalah untuk membangun hubungan yang baik
antara seorang dokter atau perawat dengan pasiennya. Umumnya seorang pasien
yang baru pertama kalinya bertemu dengan dokter atau perawatnya akan merasa
canggung, tidak nyaman dan takut, sehingga cenderung tertutup. Tugas seorang
perawatlah untuk mencairkan hubungan tersebut. Pemeriksaan anamnesis adalah
pintu pembuka atau jembatan untuk membangun hubungan dokter, perawat, dan
pasiennya sehingga dapat mengembangkan keterbukaan dan kerjasama dari pasien
untuk tahap-tahap pemeriksaan selanjutnya.
Anamnesis yang baik akan mengalir lancar dan spontan layaknya sebuah
obrolan. Suasana anamnesis yang nyaman seperti itu hanya bisa dicapai jika
dokter atau pun perawat maupun pasien bersikap ramah dan santun serta
memiliki kemampuan berkomunikasi yang baik. Perlu diketahui bahwa sebuah
anamnesis yang baik adalah modal dasar bagi seorang dokter untuk menegakkan
diagnosis suatu penyakit. Idealnya pasien dapat menggambarkan dengan jelas
keluhan sakit yang dideritanya. Pasien pun diharapkan dapat menginformasikan
hal-hal tertentu yang memperberat atau meringankan keluhan nyeri tersebut, juga
keluhan-keluhan penyerta lainnya yang dirasakan berhubungan.
Penting untuk digarisbawahi, dalam proses anamnesis pasien atau keluarga
pasien jangan merasa seperti sedang dihakimi atau disalahkan. Perasaan seperti
itu sangat merugikan karena akan banyak informasi yang membias atau bahkan
disembunyikan pasien atau keluarga pasien dari dokternya. Pasien pun memiliki
hak yang sama dengan dokter atau pun perawat, pasien berhak untuk memperoleh
berbagai informasi tentang penyakitnya. Tak perlu sungkan untuk bertanya pada
dokter atau perawat. Meskipun cara penyampaiannya berbeda-beda, namun setiap
dokter dan perawat akan senang untuk berbagi pengetahuan demi kesembuhan
pasiennya. Jadi jelas sudah bahwa komunikasi antara pasien-dokter dan
pasien-perawat merupakan salah satu unsur penting yang dapat membantu seorang
pasien sembuh dari penyakitnya.
1.2
Rumusan Masalah
1.
Bagaimanakah cara yang benar dalam menganamnesis/ wawancara
dengan pasien?
1.3
Tujuan
Penulisan
1.
Mengetahui cara yang benar dalam menganamnesis/ wawancara
dengan pasien.
1.4
Manfaat
Penulisan
1.
Bagi Pembaca
·
Memberikan gambaran umum
kepada mahasiswa keperawatan mengenai cara menganamnesis pasien yang baik dan
benar sehingga pasien merasa nyaman menceritakan semua keluhan penyakitnya.
·
Memberikan gambaran
kepada masyarakat umum agar tidak perlu takut dan canggung dalam mengemukakan
keluhan kepada dokter maupun perawat, karena setiap keluhan yang diceritakan
oleh pasien merupakan kunci diagnosis seorang dokter.
2.
Bagi Penulis
·
Dapat melatih kemampuan diri dalam bidang menulis secara
sistematis.
3.
Bagi Pengajar
·
Sebagai referensi dan wujud nyata dari
evaluasi atau materi yang diberikan.
BAB II
METODE PENULISAN
2.1 Library (studi kepustakaan)
Sumber
data pada penulisan makalah ini adalah informasi dari media cetak maupun
elektronik. Untuk media cetak dari buku dan untuk media elektronik dari
internet. Untuk pengumpulan data menggunakan metode kepustakaan (metode
library). Library
(studi kepustakaan) yaitu suatu cara kerja untuk memperoleh data dengan jalan
mempelajari teori- teori, pendapat-pendapat, majalah-majalah,
buku-buku
ilmiah, surat kabar dan tulisan-tulisan lain yang berhubungan
dengan yang diteliti. Pendapat-pendapat tersebut diatas adalah
pendapat dari para ilmuwan dan para ahli. Dengan
melalui metode library ini akan diperoleh data sekunder. Setelah
data terkumpul, dari data tersebut akan dibahas dalam lingkup pembahasan dan
akan ditarik kesimpulan dari pembahasan tersebut.
BAB III
PEMBAHASAN
3.1
Kajian tentang
Wawancara
Wawancara adalah
menanyakan atau membuat tanya-jawab yang berkaitan dengan masalah yang dihadapi
oleh klien, biasa juga disebut dengan anamnesa. Wawancara berlangsung untuk
menanyakan hal-hal yang berhubungan dengan masalah yang dihadapi klien dan
merupakan suatu komunikasi yang direncanakan.
Semua interaksi
perawat dengan klien adalah berdasarkan komunikasi. Komunikasi keperawatan
adalah suatu proses yang kompleks dan memerlukan kemampuan skill komunikasi dan
interaksi. Komunikasi keperawatan biasanya digunakan untuk memperoleh riwayat
keperawatan. Istilah komunikasi terapeutik adalah suatu teknik yang berusaha
untuk mengajak klien dan keluarga untuk bertukar pikiran dan perasaan. Teknik
tersebut mencakup ketrampilan secara verbal maupun non verbal, empati dan rasa
kepedulian yang tinggi.
Teknik verbal
meliputi pertanyaan terbuka atau tertutup, menggali jawaban dan memvalidasi
respon klien. Teknik non verbal meliputi : mendengarkan secara aktif, diam,
sentuhan dan kontak mata.
3.2
Kajian tentang
Anamnesa
3.2.1
Definisi
Anamnesa
Anamnesa merupakan pengambilan
data yang dilakukan oleh seorang dokter maupun perawat dengan cara melakukan
serangkaian wawancara dengan pasien atau keluarga pasien atau dalam keadaan
tertentu dengan penolong pasien. Berbeda dengan wawancara biasa, anamnesa
dilakukan dengan cara yang khas, berdasarkan pengetahuan tentang penyakit dan
dasar-dasar pengetahuan yang ada di balik terjadinya suatu penyakit serta
bertolak dari masalah yang dikeluhkan oleh pasien. Jenis pertanyaan yang akan
diajukan kepada pasien dalam anamnesa sangat beragam dan bergantung pada
beberapa faktor.
3.2.2
Tujuan
Anamnesis
1.
Memperoleh data atau
informasi tentang permasalahan yang sedang dialami atau dirasakan oleh pasien.
Apabila anamnesis dilakukan dengan cermat maka informasi yang didapatkan akan
sangat berharga bagi penegakan diagnosis, bahkan tidak jarang hanya dari
anamnesis saja seorang dokter sudah dapat menegakkan diagnosis. Secara umum
sekitar 60-70% kemungkinan diagnosis yang benar sudah dapat ditegakkan hanya
dengan anamnesis yang benar.
2.
Membangun hubungan yang
baik antara seorang dokter, perawat, dan pasiennya. Pemeriksaan anamnesis
adalah pintu pembuka atau jembatan untuk membangun hubungan dokter, perawat,
dan pasiennya sehingga dapat mengembangkan keterbukaan dan kerjasama dari
pasien untuk tahap-tahap pemeriksaan selanjutnya.
3.2.3
Jenis Anamnesis
1. Auto anamnesis
Merupakan anamnesis
yang didapat langsung dari keluhan pasien. Pasien sendirilah yang menjawab
semua pertanyaan dokter dan menceritakan permasalahannya. Ini adalah cara
anamnesis terbaik karena pasien sendirilah yang paling tepat untuk menceritakan
apa yang sesungguhnya dia rasakan. Meskipun demikian dalam prakteknya tidak
selalu autoanamnesis dapat dilakukan. Pada pasien yang tidak sadar, sangat
lemah atau sangat sakit untuk menjawab pertanyaan, atau pada pasien anak-anak,
maka perlu orang lain untuk menceritakan permasalahannya.
2. Allo anamnesis atau Hetero anamnesis
Merupakan anamnesis
yang didapat dari orang tua atau sumber lain yang dekat dan tahu betul tentang
riwayat pasien. Tidak jarang dalam praktek sehari-hari anamnesis dilakukan
bersama-sama auto dan allo anamnesis.
3.2.4 Persiapan Anamnesis
Hal yang harus dikuasai dalam anamnesis antara lain :
1.
Keterampilan proses
Meliputi bagaimana cara berkomunikasi dengan pasien,
menggali dan mendapatkan riwayat pasien, menggali dan mendapatkan riwayat
pasien, kemampuan verbal dan non verbal yang digunakan, bagaimana menciptakan
suatu hubungan dengan pasien, serta bagaimana cara berkomunikasi secara
terstruktur dan terorganisasi.
2.
Keterampilan isi
Yaitu keterampilan mengenai isi pokok dari pertanyaan dan
respon yang diberikan kepada pasien.
3.
Keterampilan perseptual
Yakni apa yang dipikirkan dan rasakan mempengaruhi pembuatan
keputusan internal.
Selain itu, seorang
perawat maupun dokter juga perlu terampil dalam mengajukan pertanyaan yang
bersifat terbuka ataupun tertutup dan terampil dalam mendengarkan baik secara
aktif, empatik, dan reflektif. Wawancara yang dilakukan selama anamnesis harus
berdasarkan five basic task of doctor patient interview, sebagai berikut :
1. Initiating the session
·
Menetapkan hubungan
awal.
·
Mengidentifikasi
keluhan.
2. Gathering information
·
Mengeksplorasi masalah.
·
Memahami pandangan pasien.
·
Membuat struktur pada
konsultasi pasien.
3. Building
relationship
·
Mengembangkan hubungan.
·
Menyertai pasien.
4. Explanation and planning
·
Mengoreksi jumlah dan
jenis.
·
Membantu pemahaman dan
mengakuratkan daya ingat.
5. Clossing the session
·
Menutup wawancara
Adapun hal yang harus
diperhatikan oleh seorang dokter maupun perawat sebelum memulai wawancara,
antara lain :
1.
Tempat dan suasana
Tempat dan suasana
dimana anamnesis ini dilakukan harus diusahakan cukup nyaman bagi pasien.
Anamnesis akan berjalan lancar kalau tempat dan suasana mendukung. Suasana
diciptakan agar pasien merasa santai, tidak tegang dan tidak merasa
diinterogasi.
2.
Penampilan
Penampilan seorang perawat
juga perlu diperhatikan karena ini akan meningkatkan kepercayaan pasiennya.
Seorang perawat yang tampak rapi dan bersih akan lebih baik dari pada yang
tampak lusuh dan kotor. Demikian juga seorang perawat yang tampak ramah, santai
akan lebih mudah melakukan anamnesis daripada yang tampak galak, ketus dan
tegang.
3.
Periksa kartu dan data
pasien
Sebelum anamnesis
dilakukan sebaiknya periksa terlebih dahulu kartu atau data pasien dan cocokkan
dengan keberadaan pasiennya. Tidak tertutup kemungkinan kadang-kadang terjadi
kesalahan data pasien atau mungkin juga kesalahan kartu data, misalkan pasien A
tetapi kartu datanya milik pasien B, atau mungkin saja ada 2 pasien dengan nama
yang sama persis. Untuk pasien lama lihat juga data-data pemeriksaan, diagnosis
dan terapi sebelumnya. Informasi data kesehatan sebelumnya seringkali berguna
untuk anamnesis dan pemeriksaan saat ini.
4.
Dorongan kepada pasien
untuk menceritakan keluhannya
Pada saat anamnesis
dilakukan berikan perhatian dan dorongan agar pasien dapat dengan leluasa
menceritakan apa saja keluhannya. Biarkan pasien bercerita dengan bahasanya
sendiri. Ikuti cerita pasien, jangan terus menerus memotong, tetapi arahkan
bila melantur. Pada saat pasien bercerita, apabila diperlukan ajukan
pertanyaan-pertanyaan singkat untuk minta klarifikasi atau informasi lebih
detail dari keluhannya. Jaga agar jangan sampai terbawa cerita pasien sehingga
melantur kemana mana
5.
Gunakan bahasa atau
istilah yang dapat dimengerti
Selama tanya jawab berlangsung gunakan bahasa atau
istilah umum yang dapat dimengerti pasien. Apabila ada istilah yang tidak ada padanannya
dalam bahasa Indonesia atau sulit dimengerti, berikan penjelasan atau deskripsi
dari istilah tersebut.
6.
Buat catatan
Adalah kebiasaan yang
baik untuk membuat catatan-catatan kecil saat seorang dokter melakukan
anamnesis, terutama bila pasien yang mempunyai riwayat penyakit yang panjang.
7.
Perhatikan pasiennya
Selama anamnesis
berlangsung perhatikan posisi, sikap, cara bicara dan gerak gerik pasien.
Apakah pasien dalam keadaaan sadar sepenuhnya atau apatis, apakah dalam posisi
bebas atau posisi letak paksa, apakah tampak santai atau menahan sakit, apakah
tampak sesak, apakah dapat bercerita dengan kalimat-kalimat panjang atau
terputus-putus, apakah tampak segar atau lesu, pucat dan lain-lain.
8.
Gunakan metode yang
sistematis
Anamnesis yag baik haruslah
dilakukan dengan sistematis menurut kerangka anamnesis yang baku. Anamnesis
yang sistematis bertujuan untuk melihat keterlibatan setiap sistem dalam
penyakit yang sekarang diderita dan kemungkinan adanya masalah lain selain
masalah yang dikeluhkan oleh pasien. Dengan cara ini diharapkan tidak ada data
anamnesis yang tertinggal.
3.2.5
Cara Melakukan Anamnesis
Dalam menganamnesis
pasien, terdapat beberapa tata cara yang dikenal dengan istilah Secret Seven
dan Fundamental Four. Namun sebelum mengarah kepada dua tata cara tersebut, ada
baiknya jika seorang perawat mengetahui data-data umum mengenai pasien terlebih
dahulu, seperti :
1.
Nama pasien : sebaiknya
nama lengkap bukan nama panggilan atau alias.
2.
Jenis kelamin : sebagai
kelengkapan harus juga ditulis datanya
3.
Umur : terutama penting
pada pasien anak-anak karena kadang-kadang digunakan untuk menentukan dosis
obat. Juga dapat digunakan untuk memperkirakan kemungkinan penyakit yang
diderita, beberapa penyakit khas untuk umur tertentu.
4.
Alamat : apabila pasien
sering berpindah-pindah tempat maka tanyakan bukan hanya alamat sekarang saja
tetapi juga alamat pada waktu pasien merasa sakit untuk pertama kalinya. Data
ini kadang diperlukan untuk mengetahui terjadinya wabah, penyakit endemis atau
untuk data epidemiologi penyakit.
5.
Pekerjaan : bila
seorang dokter mencurigai terdapatnya hubungan antara penyakit pasien dengan
pekerjaannya, maka tanyakan bukan hanya pekerjaan sekarang tetapi juga
pekerjaan-pekerjaan sebelumnya.
6.
Perkawinan : kadang
berguna untuk mengetahui latar belakang psikologi pasien.
7.
Agama : keterangan ini
berguna untuk mengetahui apa yang boleh dan tidak boleh (pantangan) seorang
pasien menurut agamanya.
8.
Suku bangsa :
berhubungan dengan kebiasaan tertentu atau penyakit-penyakit yang berhubungan
dengan ras atau suku bangsa tertentu.
Setelah melakukan
pemeriksaan data-data tersebut, maka langkah selanjutnya yaitu melanjutkan
wawancara dengan Secret seven dan Fundamental four :
1.
Secret Seven
Merupakan tujuh macam pertanyaan yang bersifat pribadi
dari diri pasien tersebut, diantaranya :
·
Onset : dari sejak
kapan sakit atau keluha tersebut dirasakan.
·
Lokasi : di mana rasa
sakit atau keluhan tersebut dirasakan (di bagian tubuh yang mana)
·
Kronologis : bagaimana
cerita tentang sakit atau keluhan tersebut hingga bisa sampai seperti ini.
·
Kualitas : rasa sakit
dari keluhan pasien seperti apa (sakit sekali, sakit bila disentuh, dan
lain-lain).
·
Kuantitas : apakah
penyakitnya sering kumat, atau seberapa sering penyakit tersebut menyerang
pasien.
·
Gejala penyerta atau
keluhan penyerta: keluhan-keluhan lain.
·
Faktor modifikasi :
faktor yang memperberat atau memperingan penyakit dari pasien. Faktor
modifikasi juga terkadang dibagi menjadi faktor risiko dan faktor diagnostik.
Faktor risiko adalah faktor-faktor yang meningkatkan kemungkinan terjadinya
suatu penyakit, sedangkan faktor prognostik adalah faktor-faktor yang
mempengaruhi perjalanan suatu penyakit atau hasil pengobatan penyakit. Faktor
risiko dan faktor prognostik dapat berasal dari pasien, keluarganya maupun
lingkungan.
2. Fundamental Four
·
Present history atau
Present illnes ( keluhan utama )
Yaitu alasan utama yang
menyebabkan pasien memeriksakan diri atau dibawa keluarganya ke dokter atau
rumah sakit. Keluhan utama merupakan titik tolak penelusuran informasi mengenai
penyakit yang diderita pasien dan riwayat penyakit sekarang berdasarkan secret
seven di atas.
·
Past
health history (Riwayat penyakit dahulu)
Bertujuan untuk mengetahui
kemungkinan - kemungkinan adanya hubungan antara penyakit yang pernah diderita
dengan penyakitnya sekarang. Tanyakan pula apakah pasien pernah mengalami
kecelakaan, menderita penyakit yang berat dan menjalani operasi tertentu,
riwayat alergi obat dan makanan, lama perawatan, apakah sembuh sempurna atau
tidak. Obat-obatan yang pernah diminum pasien juga perlu ditanyakan. Bila
pasien pernah melakukan berbagai pemeriksaan, maka harus dicatat dengan
seksama, termasuk hasilnya.
·
Family health history
(Riwayat penyakit dalam keluarga)
Penting untuk mencari kemungkinan penyakit herediter, familial atau
penyakit infeksi. Apakah ada keluarga atau kerabat dekat yang pernah mengalami
gangguan yang sama atau penyakit keturunan yang lain.Pada penyakit yang
bersifat kongenital, perlu juga di tanyakan riwayat kehamilan dan kelahiran.
·
Personal or social
history (Riwayat pribadi)
Riwayat pribadi meliputi data-data sosial, ekonomi,
pendidikan dan kebiasaan. Pada anak-anak perlu juga dilakukan anamnesis gizi
yang seksama meliputi jenis makanan, kuantitas dan kualitasnya. Perlu
ditanyakan pula apakah pasien mengalami kesulitan dalam kehidupan sehari-hari
seperti masalah keuangan, pekerjaan atau lain sebagainya. Kebiasaan pasien juga
harus ditanyakan adalah kebiasaan merokok, minum alkohol, termasuk penyalahgunaan
narkoba.
Pasien-pasien yang sering melakukan perjalanan juga haruslah
ditanyakan tujuan perjalanan yang telah dilakukan untuk mencari kemungkinan
tertular penyakit infeksi tertentu di tempat tujuan perjalanannya. Bila ada
indikasi, riwayat perkawinan dan kebiasaan seksualnya juga harus di tanyakan.
Yang tidak kalah penting adalah anamnesis mengenai lingkungan tempat
tinggalnya, termasuk keadaan rumah, sanitasi, sumber air minum, ventilasi,
tempat pembunagan sampah dan lain sebagainya. Pada pasien dengan kecenderungan
anxietas dan depresi juga harus dilakukan anamnesis psikologik secara khusus.
3.2.6 Hambatan
dalam Anamnesis
1.
Pasien yang tertutup.
Anamnesis akan sulit dilakukan bila pasien membisu dan tidak mau menjawab
pertanyaan-pertanyaan dokter atau perawat. Keadaan ini dapat disebabkan pasien
merasa cemas atau tertekan, tidak leluasa menceritakan keluhannya atau dapat
pula perilakunya yang demikian karena gangguan depresi atau psikiatrik.
Tergantung masalah dan situasinya, kadang perlu orang lain (keluarga atau
orang-orang terdekat) untuk mendampingi dan menjawab pertanyaan dokter atau
perawat (heteroanamnesis), tetapi kadang pula lebih baik tidak ada seorangpun
kecuali pasien dan dokternya. Bila pasien dirawat di rumah sakit maka anamnesis
dapat dilanjutkan pada hari-hari berikutnya setelah pasien lebih tenang dan
lebih terbuka.
2.
Pasien yang terlalu
banyak keluhan.
Sebaliknya tidak jarang seorang pasien datang dengan begitu banyak keluhan
dari ujung kepala sampai ujung kaki. Tugas seorang dokter atau perawat untuk
memilah-milah keluhan mana yang merupakan keluhan utamanya dan mana yang hanya
keluh kesah. Diperlukan kepekaan dan latihan untuk membedakan mana yang
merupakan keluhan yang sesungguhnya dan mana yang merupakan keluhan
mengada-ada. Apabila benar-benar pasien mempuyai banyak keluhan harus
dipertimbangkan apakah semua keluhan itu merujuk pada satu penyakit atau
kebetulan pada saat tersebut ada beberapa penyakit yang sekaligus dideritanya.
3.
Hambatan bahasa dan intelektual.
Seorang dokter atau perawat mungkin saja ditempatkan atau bertugas disuatu
daerah yang mayoritas penduduknya menggunakan bahasa daerah yang belum dikuasai.
Keadaan semacam ini dapat menyulitkan dalam pelaksanaan anamnesis. Seorang
dokter atau perawat harus segera belajar bahasa daerah tersebut agar dapat
memperlancar anamnesis, dan bila perlu dapat meminta bantuan petugas kesehatan
lainnya untuk mendampingi dan membantu menerjemahkan selama anamnesis. Kesulitan
yang sama dapat terjadi ketika menghadapi pasien yang karena intelektualnya
yang rendah tidak dapat memahami pertanyaan atau penjelasan dokter atau perawat.
Seorang dokter dan perawat dituntut untuk mampu melakukan anamnesis atau
memberikan penjelasan dengan bahasa yang sangat sederhana agar dapat dimengerti
pasiennya.
4.
Pasien dengan gangguan
atau penyakit jiwa.
Diperlukan satu tehnik anamnesis khusus bila seorang dokter atau perawat
berhadapan dengan penderita gangguan atau penyakit jiwa. Mungkin saja anamnesis
akan sangat kacau, setiap pertanyaan tidak dijawab sebagaimana seharusnya.
Justru di dalam jawaban-jawaban yang kacau tersebut terdapat petunjuk-petunjuk
untuk menegakkan diagnosis. Seorang dokter atau perawat tidak boleh bingung dan
kehilangan kendali dalam melakukan anamnesis pada kasus-kasus ini.
5.
Pasien yang cenderung
marah dan menyalahkan.
Tidak jarang dijumpai pasien-pasien yang datang sudah dalam keadaan marah
dan cenderung menyalahkan. Selama anamnesis mereka menyalahkan semua dokter
yang pernah memeriksanya, menyalahkan keluarga atau orang lain atas masalah
atau keluhan yang dideritanya. Umumnya ini terjadi pada pasien-pasien yang
tidak mau menerima kenyataan diagnosis atau penyakit yang dideritanya. Sebagai
seorang dokter atau perawat kita tidak boleh ikut terpancing dengan menyalahkan
sejawat dokter lain karena hal tersebut sangat tidak etis. Seorang dokter juga
tidak boleh terpancing dengan gaya dan pembawaan pasiennya sehingga
terintimidasi dan menjadi takut untuk melakukan anamnesis dan membuat diagnosis
yang benar.
2 komentar:
Keren info nya mba, bisa nambah pengetahuan
Mkch ints infonya
Tp hrs juga ada cnthnya
Posting Komentar