Jumat, 05 Desember 2014

MAKALAH PSIKOLOGI : “HUBUNGAN INDIVIDU DALAM KEPERAWATAN”

Diposting oleh Unknown di 17.05
BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Keperawatan merupakan bagian integral yang tidak dapat dipisahkan dari upaya pelayanan kesehatan secara keseluruhan. Oleh karena itu kualitas pelayanan keperawatan perlu dipertahankan dan ditingkatkan seoptimal mungkin. Perawat diharapkan memiliki kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan kerja, seperti pasien, rekan perawat dan dengan profesi lain yang berhubungan langsung dalam menjalankan pekerjaan.

1.2  Rumusan Masalah
  1. Bagaimana hubungan individu dalam keperawatan ?
  2. Apakah pengertian psikologi keperawatan ?
  3. Bagaimana hubungan perawat dengan klien ?
  4. Bagaimana proses interaksi perawat dengan klien ?
  5. Apa sajakah faktor yang mempengaruhi interaksi perawat dengan klien ?

1.3  Manfaat Pembahasan
  1. Dapat memahami hubungan individu dalam keperawatan.
  2. Dapat memahami pengertian psikologi keperawatan.
  3. Dapat memahami hubungan perawat dengan klien.
  4. Dapat memahami proses interaksi perawat dengan klien.
  5. Dapat memahami faktor yang mempengaruhi interaksi perawat dengan klien.

1.4  Tujuan Pembahasan
1.    Bagi Penulis
·           Dapat melatih kemampuan diri dalam bidang menulis secara sistematis.
2.    Bagi Pengajar
·           Sebagai referensi.
·            Sebagai wujud nyata dari evaluasi atau materi yang diberikan.


BAB II
METODE PENULISAN

2.1  Library (studi kepustakaan)  
Sumber data pada penulisan makalah ini adalah informasi dari media cetak maupun elektronik. Untuk media cetak dari buku dan untuk media elektronik dari internet. Untuk pengumpulan data menggunakan metode kepustakaan (metode library). Library (studi kepustakaan) yaitu suatu cara kerja untuk memperoleh data dengan jalan mempelajari teori- teori, pendapat-pendapat, majalah-majalah, buku-buku ilmiah, surat kabar dan tulisan-tulisan lain yang berhubungan dengan yang diteliti. Pendapat-pendapat tersebut di atas adalah pendapat dari para ilmuwan dan para ahli. Dengan melalui metode library ini akan diperoleh data sekunder. Setelah data terkumpul, dari data tersebut akan dibahas dalam lingkup pembahasan dan akan ditarik kesimpulan dari pembahasan tersebut.
                                                                      












BAB III
PEMBAHASAN
3.1       Hubungan Individu dalam Keperawatan
Dasar hubungan perawat dan pasien merupakan mutual humanity dan pada hakekatnya adalah hubungan saling ketergantungan dalam mewujudkan harapan pasien terhadap keputusan tindakan asuhan keperawatan. Dalam memberikan tindakan asuhan keperawatan kepada pasien berdasarkan rencana yang telah ditetapkan, perawat secara kolaboratif terlibat pula dalam program tim kesehatan lain. Perawat dituntut mampu berkomunikasi dan mengambil keputusan etis dengan sesama profesi, pasien, dan tim kesehatan lain khususnya dokter.
Berbagai model hubungan antara perawat, dokter dan pasien telah dikembangkan, seperti yang dilakukan oleh Szasz dan Hollander, yakni telah mengembangkan tiga model hubungan dimana model ini terjadi pada semua hubungan antar manusia, termasuk hubungan antar perawat, dokter, dan pasien yaitu :
1.             Model aktivitas pasivitas
Suatu model dimana perawat dan dokter berperan aktif dan pasien berperan pasif. Model ini tepat untuk bayi, pasien koma, pasien dibius, dan pasien dalam keadaan darurat.
2.             Model hubungan membantu
Merupakan dasar untuk sebagian besar dari praktek keperawatan atau praktek kedokteran. Model ini terdiri dari pasien yang mempunyai gejala mencari bantuan dan perawat atau dokter yang mempunyai pengetahuan terkait dengan kebutuhan pasien. Perawat dan dokter memberi bantuan dalam bentuk perawatan atau pengobatan. Timbal baliknya pasien diharapkan bekerja sama dengan mentaati anjuran perawat atau dokter. Dalam model ini, perawat dan dokter mengetahui apa yang terbaik bagi pasien dan bebas dari prioritas yang lain.
3.             Model partisipasi mutual
          Model ini berdasarkan pada anggapan bahwa hak yang sama atau kesejahteraan antara umat manusia merupakan nilai yang tinggi. Model ini mencerminkan asumsi dasar dari proses demokrasi. Interaksi, menurut model ini, menyebutkan kekuasaan yang sama, saling membutuhkan, dan aktivitas yang dilakukan akan memberikan kepuasan kedua pihak. Model ini mempunyai ciri bahwa setiap pasien mempunyai kemampuan untuk menolong dirinya sendiri yang merupakan aspek penting pada layanan kesehatan saat ini. Peran dokter dalam model ini adalah membantu pasien menolong dirinya sendiri. Dari perspektif keperawatan, model partisipasi mutual ini penting untuk mengenal pasien dan kemampuan diri pasien. Model ini menjelaskan bahwa manusia mempunyai kemampuan untuk tumbuh dan berkembang.

3.2       Pengertian Psikologi Keperawatan
Keperawatan adalah bentuk pelayanan profesional sebagai bagian integral pelayan kesehatan yang berdasarkan ilmu dan kiat keperawatan meliputi aspek biologis, psikologis, sosial, dan spiritual yang bersifat komprehensif, artinya pelayanan keperawatan bersifat menyeluruh, yang ditujukan kepada individu, keluarga dan masyarakat yang sehat maupun yang sakit mencakup hidup manusia untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal.
Psikologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari perilaku manusia dalam hubungan dengan lingkungannya. Menurut asal katanya, psikologi berasal dari bahasa Yunani Kuno: "ψυχή" (Psychē yang berarti jiwa) dan "-λογία" (-logia yang artinya ilmu) sehingga secara etimologis, psikologi dapat diartikan dengan ilmu yang mempelajari tentang jiwa.
Meskipun keperawatan dan psikologi adalah dua bidang yang terpisah, tetapi keduanya masih terkait. Psikologi dan keperawatan keduanya memiliki tujuan umum yaitu memahami kebutuhan emosional dan biologis pasien mereka. Salah satu cara  meningkatkan psikologi keperawatan adalah dengan membantu perubahan perilaku seseorang, seperti pola pikir mental mereka. Seorang perawat harus optimis membawa kenyamanan kepada pasien dan memiliki kemampuan untuk mendorong pasien berpikir positif dalam penyembuhan penyakit pasien. Dalam rangka mengembangkan hubungan yang sehat, penting bahwa seorang perawat memahami reaksi emosional manusia, dan psikologi adalah kunci untuk memahami hal ini sepenuhnya. Seorang perawat harus menyadari ketika seorang pasien marah, depresi, bingung atau takut, dan mengambil langkah yang diperlukan untuk menangani emosi tersebut sehingga tidak memperburuk kondisi kesehatan pasien.


3.3       Hubungan Perawat dengan Klien
Hubungan perawat dengan pasien adalah suatu wahana untuk mengaplikasikan proses keperawatan pada saat perawat dan pasien berinteraksi untuk terlibat guna mencapai tujuan asuhan keperawatan. Hubungan ini direncanakan secara sadar dan kegiatannya dipusatkan untuk pencapaian tujuan klien. Perawat menggunakan pengetahuan serta komunikasi yang baik guna memfasilitasi hubungan yang efektif. 2 hal yang perlu diperhatikan baik klien maupun perawat :
a.     Perawat profesional bila mampu menciptakan hubungan terapeutik dengan klien.
b.    Keikhlasan, empati dan kehangatan diciptakan dalam berhubungan dengan klien.
Sebagai seorang perawat profesional, maka perawat harus memperlakukan pasien sebagaimana peran dan tanggung jawab seorang perawat, di antaranya adalah :
a.                 Pemberi Pelayanan (Care Giver)
Adalah peran perawat dalam memberikan asuhan keperawatan secara langsung atau tidak langsung kepada pasien sebagai individu, keluarga dan masyarakat, dengan metode pendekatan pemecahan masalah yang disebut proses keperawatan. Dalam melaksanakan peran ini, perawat bertindak sebagai comforter, protector, advocate, communicator dan rehabilitator.
Sebagai comforter, perawat berusaha memberi kenyamanan dan rasa aman pada pasien. Peran protector dan advocate lebih berfokus pada kemampuan perawat melindungi dan menjamin hak serta kewajiban pasien agar terlaksana dengan seimbang dalam memperoleh pelayanan kesehatan. Peran sebagai communicator, perawat bertindak sebagai penghubung antara pasien dengan anggota kesehatan lainnya. Peran ini erat kaitannya dengan keberadaan perawat mendampingi pasien sebagai pemberi asuhan keperawatan selama 24 jam. Sedangkan rehabilitator, berhubungan erat dengan tujuan pemberian asuhan keperawatan yakni mengembalikan fungsi organ atau bagian tubuh agar sembuh dan dapat berfungsi normal.
     b.    Pendidik
       Peran ini dilakukan dengan membantu pasien dalam meningkatkan tingkat pengetahuan kesehatan, gejala penyakit bahkan tindakan yang diberikan, sehingga terjadi perubahan perilaku dari pasien setelah dilakukan pendidikan kesehatan.


     c.    Pengelola
Perawat mengkoordinasi aktivitas anggota tim kesehatan lainnya, misalnya ahli gizi dan ahli terapi fisik, ketika mengatur kelompok yang memberikan perawatan pada pasien.
d.    Peneliti
Sebagai peneliti di bidang keperawatan, perawat diharapkan mampu mengidentifikasi masalah, menerapkan prinsip dan metode penelitian serta memanfaatkan hasil penelitian untuk meningkatkan mutu asuhan atau pelayanan keperawatan.

Selain itu perawat bertanggung jawab membantu pasien dan keluarga dalam menginterpretasikan informasi dari berbagai pemberi pelayanan dan dalam memberikan informasi lain yang diperlukan untuk mengambil persetujuan (inform concern) atas tindakan keperawatan yang diberikan kepadanya. Mempertahankan dan melindungi hak-hak pasien, karena pasien yang sakit dan dirawat di rumah sakit akan berinteraksi dengan banyak petugas kesehatan. Perawat adalah anggota tim kesehatan yang paling lama kontak dengan pasien, sehingga diharapkan perawat harus mampu membela hak-hak pasien. Pembelaan termasuk di dalamnya peningkatan apa yang terbaik untuk pasien, memastikan kebutuhan pasien terpenuhi dan melindungi hak-hak pasien. Hak-hak pasien antara lain :
- Hak atas pelayanan yang sebaik-baiknya.
- Hak atas informasi tentang penyakitnya.
- Hak atas privacy.
- Hak untuk menentukan nasibnya sendiri.
- Hak untuk menerima ganti rugi akibat kelalaian tindakan.

Semua ini dapat dilakukan perawat jika perawat mempunyai kemampuan berkomunikasi interpersonal yang memadai. Salah satu karakteristik dasar dari komunikasi yaitu ketika seseorang melakukan komunikasi terhadap orang lain maka akan tercipta suatu hubungan di antara keduanya, selain itu komunikasi bersifat resiprokal dan berkelanjutan. Hal inilah yang pada akhirnya membentuk suatu ‘helping relationship’. Helping relationship adalah hubungan yang terjadi di antara dua (atau lebih) individu maupun kelompok yang saling memberikan dan menerima bantuan atau dukungan untuk memenuhi kebutuhan dasarnya sepanjang kehidupan. Pada konteks keperawatan, hubungan yang dimaksud adalah hubungan antara perawat dan klien. Ketika hubungan antara perawat dan klien terjadi, perawat sebagai penolong (helper) membantu klien sebagai orang yang membutuhkan pertolongan untuk mencapai tujuan yaitu terpenuhinya kebutuhan dasar klien.
Menurut Roger dalam Stuart G.W (1998), ada beberapa karakteristik seorang helper (perawat) yang dapat memfasilitasi tumbuhnya hubungan yang terapeutik, yaitu :
1.             Kejujuran
Kejujuran sangat penting, karena tanpa adanya kejujuran mustahil bisa terbina hubungan saling percaya. Seseorang akan menaruh rasa percaya pada lawan bicara yang terbuka dan mempunyai respons yang tidak dibuat-buat. Sebaliknya, ia akan berhati-hati pada lawan bicara yang terlalu halus sehingga sering menyembunyikan isi hatinya yang sebenarnya dengan kata-kata atau sikapnya yang tidak jujur. Sangat penting bagi perawat untuk menjaga kejujuran saat berkomunikasi dengan klien, karena apabila hal tersebut tidak dilakukan maka klien akan menarik diri, merasa dibohongi, membenci perawat atau bisa juga berpura-pura patuh terhadap perawat.
2.             Tidak membingungkan dan cukup ekspresif
Dalam berkomunikasi dengan klien, perawat sebaiknya menggunakan kata-kata yang mudah dipahami oleh klien dan tidak menggunakan kalimat yang berbelit-belit. Komunikasi nonverbal perawat harus cukup ekspresif dan sesuai dengan verbalnya karena ketidaksesuaian akan menimbulkan kebingungan bagi klien.
3.             Bersikap positif
Bersikap positif terhadap apa saja yang dikatakan dan disampaikan lewat komunikasi nonverbal sangat penting baik dalam membina hubungan saling percaya maupun dalam membuat rencana tindakan bersama klien. Bersikap positif ditunjukkan dengan bersikap hangat, penuh perhatian dan penghargaan terhadap klien. Untuk mencapai kehangatan dan ketulusan dalam hubungan yang terapeutik tidak memerlukan kedekatan yang kuat atau ikatan tertentu diantara perawat dan klien, akan tetapi penciptaan suasana yang dapat membuat klien merasa aman dan diterima dalam mengungkapkan perasaan dan pikirannya.
4.             Empati bukan simpati
Sikap empati sangat diperlukan dalam asuhan keperawatan, karena dengan sikap ini perawat akan mampu merasakan dan memikirkan permasalahan klien seperti yang dirasakan dan dipikirkan klien. Dengan bersikap empati, perawat dapat memberikan alternative pemecahan masalah karena perawat tidak hanya merasakan permasalahan klien tetapi juga tidak berlarut-larut dalam perasaaan tersebut dan turut berupaya mencari penyelesaian masalah secara objektif.
5.             Mampu melihat permasalahan dari kacamata klien
Dalam memberikan asuhan keperawatan, perawat harus berorientasi pada klien, oleh karenanya perawat harus mampu untuk melihat permasalahan yang sedang dihadapi klien dari sudut pandang klien. Untuk mampu melakukan hal ini perawat harus memahami dan memiliki kemampuan mendengarkan dengan aktif dan penuh perhatian. Mendengarkan dengan penuh perhatian berarti mengabsorpsi isi dari komunikasi (kata-kata dan perasaan) tanpa melakukan seleksi. Pendengar (perawat) tidak sekedar mendengarkan dan menyampaikan respon yang di inginkan oleh pembicara (klien), tetapi berfokus pada kebutuhan pembicara. Mendengarkan dengan penuh perhatian menunjukkan sikap caring sehingga memotivasi klien untuk berbicara atau menyampaikan perasaannya.
6.             Menerima klien apa adanya
Seorang helper yang efektif memiliki kemampuan untuk menerima klien apa adanya. Jika seseorang merasa diterima maka dia akan merasa aman dalam menjalin hubungan interpersonal. Nilai yang diyakini atau diterapkan oleh perawat terhadap dirinya tidak dapat diterapkan pada klien, apabila hal ini terjadi maka perawat tidak menunjukkan sikap menerima klien apa adanya.
7.             Sensitif terhadap perasaan klien
Seorang perawat harus mampu mengenali perasaan klien untuk dapat menciptakan hubungan terapeutik yang baik dan efektif dengan klien. Dengan bersikap sensitive terhadap perasaan klien perawat dapat terhindar dari berkata atau melakukan hal-hal yang menyinggung privasi ataupun perasaan klien.


8.             Tidak mudah terpengaruh oleh masa lalu klien ataupun diri perawat sendiri
                Perawat harus mampu memandang dan menghargai klien sebagai individu yang ada pada saat ini, bukan atas masa lalunya, demikian pula terhadap dirinya sendiri.
3.4       Proses Interaksi Perawat dengan Klien
Kata interaksi (interaction) mengacu pada suatu hubungan timbal balik antara orang satu dengan orang lainnya yang dapat berpengaruh antara sesama dan dapat berkomunikasi secara verbal ataupun nonverbal.
Ada 4 fase dalam melakukan hubungan antara perawat dengan klien yaitu :
1.             Fase Prainteraksi atau Persiapan
          Fase prainteraksi merupakan awal dimulainya kontak pertama dengan klien. Dalam tahapan ini perawat menggali perasaan dan menilik dirinya dengan cara mengidentifikasi kelebihan dan kekurangannya. Pada tahap ini juga perawat mencari informasi tentang klien sebagai lawan bicaranya. Setelah hal ini dilakukan, perawat merancang strategi untuk pertemuan pertama dengan klien. Tahapan ini dilakukan oleh perawat dengan tujuan mengurangi rasa cemas atau kecemasan yang mungkin dirasakan oleh perawat sebelum melakukan komunikasi terapeutik dengan klien.
Tugas perawat dalam tahapan ini adalah:
1.    Mengeksplorasi perasaan, mendefinisikan harapan dan mengidentifikasi kecemasan.
2.    Menganalisis kekuatan dan kelemahan diri.
3.    Mengumpulkan data tentang klien.
4.    Merencanakan pertemuan pertama dengan klien
Fase Prainteraksi juga sebagai tugas awal perawat dalam mengeksplorasi diri. Berikut ini kesiapan umum yang diperlukan perawat (mahasiswa) yaitu:
·           Kesadaran diri.
·           Hilangkan rasa ketakutan dalam merawat klien.
·           Cemas menyebabkan sifat yang kurang dalam penampilan.
·           Fokus tentang identifikasi kelebihan diri dalam merawat klien psikiatri.
·           Ragu-ragu akan keefektifan kemampuan atau kemampuan koping.
·           Takut akan bahaya fisik atau kekerasan.
·           Gelisah menggunakan diri secara teraupetik.
·           Curiga karena adanya stigma tentang klien psikiatrik berbeda dari klien lain.
·         Ancaman terhadap identitas peran perawat
·         Ketidaknyamanan karena hilangnya kemampuan melakukan tugas fisik & penanganan.
·         Mudah mendapat ancaman karena penampilan emosional yang sangat menyakitkan
·         Takut melukai klien secara psikologi.
Analisis fase pra interaksi sangat diperlukan untuk melakukan tugas selanjutnya. Yang paling efektif, perawat mampu mempertahankan stabilitas konsep dirinya dan meningkatkan adekuat harga dirinya. Jika mereka sadar dan kontrol diri baik akan dapat menampilkan verbal dan non verbal kepada klien dengan baik, perawat dapat menggunakan fungsi role model dengan baik. Tugas dari fase ini diharapkan klien mendapatkan informasi yang baik dan perawat mempunyai perencanaan untuk melakukan interaksi pertama kali dengan klien.
2.             Fase Introduksi atau Orientasi
Fase introduksi merupakan pertemuan pertama antara perawat dan klien. Pada fase ini, hubungan dibangun dengan saling percaya, saling mengerti, kedekatan dan komunikasi terbuka dengan klien. Tahap perkenalan dilaksanakan setiap kali pertemuan dengan klien dilakukan. Tujuan dalam tahap ini adalah memvalidasi keakuratan data dan rencana yang telah dibuat sesuai dengan keadaan klien saat ini, serta mengevaluasi hasil tindakan yang telah lalu. Tahap  pengenalan  lebih  jauh dilakukan untuk meningkatkan sikap penerimaan satu sama lain untuk mengatasi kecemasan, melanjutkan pengkajian dan evaluasi masalah yang ada. Komunikasi pada tahap ini mengikatkan  pada  diri  kita  untuk   lebih  mengenal orang  lain  dan  juga mengungkapkan diri kita. Pada tahap  komunikasi terapeutik  ini harus :
(1)  Melanjutkan  pengkajian dan evaluasi  masalah  yang  ada.
(2)  Meningkatkan komunikasi.
(3) Mempertahankan  tujuan  yang  telah disepakati dan  mengambil tindakan  berdasarkan  masalah   yang  ada.
Secara  psikologis, komunikasi   yang bersifat terapeutik akan membuat pasien lebih tenang, dan tidak gelisah.
Tugas perawat dalam tahapan ini adalah:
1.    Membina rasa saling percaya, menunjukkan penerimaan dan komunikasi terbuka.
2.    Merumuskan kontrak (waktu, tempat pertemuan, dan topik pembicaraan) bersama-sama dengan klien dan menjelaskan atau mengklarifikasi kembali kontrak yang telah disepakati bersama.
3.    Menggali pikiran dan perasaan serta mengidentifikasi masalah klien yang umumnya dilakukan dengan menggunakan teknik komunikasi pertanyaan terbuka.
4.    Merumuskan tujuan interaksi dengan klien.
Sangat penting bagi perawat untuk melaksanakan tahapan ini dengan baik karena tahapan ini merupakan dasar bagi hubungan terapeutik antara perawat dan klien. Pada tahap ini juga didiskusikan tujuan hubungan dengan memperhatikan atau fokus dengan klien. Berikut ini elemen kontrak perawat-klien :
·           Nama individu
·           Peran perawat dan klien
·           Tanggung jawab perawat dan klien
·           Harapan perawat dan klien
·           Tujuan hubungan
·           Tentukan tempat dan waktu
·           Kondisi untuk terminasi
·           Kedekatan/tujuan (antara perawat dan klien )

3.             Fase Kerja
Tahap kerja merupakan inti dari keseluruhan proses komunikasi terapeutik. Tahap kerja merupakan tahap yang terpanjang dalam komunikasi terapeutik karena di dalamnya perawat dituntut untuk membantu dan mendukung klien untuk menyampaikan perasaan dan pikirannya dan kemudian menganalisa respons ataupun pesan komunikasi verbal dan non verbal yang disampaikan oleh klien. Dalam tahap ini pula perawat mendengarkan secara aktif dan dengan penuh perhatian sehingga mampu membantu klien untuk mendefinisikan masalah yang sedang dihadapi oleh klien, mencari penyelesaian masalah dan mengevaluasinya.
Di bagian akhir tahap ini, perawat diharapkan mampu menyimpulkan percakapannya dengan klien. Teknik menyimpulkan ini merupakan usaha untuk memadukan dan menegaskan hal-hal penting dalam percakapan, dan membantu perawat dan klien memiliki pikiran dan ide yang sama. Dengan dilakukannya penarikan kesimpulan oleh perawat maka klien dapat merasakan bahwa keseluruhan pesan atau perasaan yang telah disampaikannya diterima dengan baik dan benar-benar dipahami oleh perawat. Perawat membantu klien untuk dapat menurunkan kecemasan, meningkatkan ketergantungan dan tanggung jawab diri dan mengembangkan mekanisme koping yang konstruktif. Fokus pada fase ini adalah perubahan perilaku secara aktual. Klien menampilkan perilaku yang resisten selama fase ini sebab bagian ini merupakan proses penyelesaian masalah. Perkembangan hubungan, dimulai dengan menanyakan perasaan klien, mengembangkan kemampuan dan mencarikan jalan keluar demi klien.
Selama tahap kerja dalam wawancara, perawat memfokuskan arah pembicaraan pada masalah khusus yang ingin diketahui. Hal-hal yang perlu diperhatikan :
a.              Fokus wawancara adalah klien.
b.             Mendengarkan dengan penuh perhatian. Jelaskan bila perlu.
c.              Menanyakan keluhan yang paling dirasakan oleh klien.
d.             Menggunakan bahasa yang mudah dimengerti oleh klien.
e.              Gunakan pertanyaan terbuka dan tertutup tepat pada waktunya.
f.                     Bila perlu diam, untuk memberikan kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaannya.
g.             Sentuhan teraputik, bila diperlukan dan memungkinan.

4.             Fase Terminasi
Terminasi merupakan hal yang sangat sulit tetapi penting karena merupakan hubungan terapeutik klien dan perawat. Selama fase terminasi, belajar untuk meningkatkan kemampuan klien dan perawat. Setiap waktu perubahan perasaan dan memori dan evaluasi secara menyeluruh sesuai dengan kemajuan dan tujuan yang dicapai klien. Kriteria kerelaan klien untuk terminasi adalah:
a.              Klien dapat mengekspresikan keyataan dari masalah yang dihadapi.
b.             Klien dapat meningkatkan fungsinya.
c.               Klien dapat meningkatkan harga diri dan mengidentifikasi kekuatan yang dirasakan.
d.             Klien menggunakan respons koping yang adaptif.
e.              Klien mengikuti hasil akhir tujuan penanganan yan­­­g akan dicapai.
f.              Memperbaiki hubungan perawat dan klien dengan tidak terjadi masalah.

Pada fase ini, klien akan mengekspresikan marah dan ketidaksukaan, atau yang lainnya berupa perilaku dan ucapan yang disampaikan secara apa adanya. Saat terminasi, klien menampilkan penghargaan negatif terhadap konsep diri. Perawat harus sadar akan kemungkinan reaksi yang terjadi dan mendiskusikan dengan klien tentang kondisi yang akan terjadi. Beberapa klien menganggap terminasi merupakan penampilan terapeutik yang sangat kritis karena hubungan sebelumnya baik dan terminasi menjadi negatif serta akan timbul perasaan tidak nyaman.
Pada  tahap  ini terjadi  pengikatan antar pribadi yang lebih jauh dan merupakan fase persiapan mental untuk membuat perencanaan tentang kesimpulan perawatan yang didapat dan mempertahankan batas hubungan yang ditentukan, yang diukur antara lain  mengantisipasi  masalah  yang   akan  timbul karena  pada   tahap ini merupakan  tahap  persiapan  mental  atas  rencana  pengobatan,  melakukan peningkatan  komunikasi  untuk  mengurangi  ketergantungan  pasien  pada petugas.
Terminasi merupakan akhir dari setiap pertemuan antara petugas  dengan klien. Menurut   Uripni   (1993: 61)  bahwa   tahap  terminasi  dibagi dua,  yaitu terminasi sementara dan terminasi akhir. Terminasi sementara adalah akhir dari setiap pertemuan, pada terminasi ini klien akan bertemu kembali pada waktu yang telah ditentukan, setelah hal ini dilakukan perawat dan klien masih akan bertemu kembali pada waktu yang berbeda sesuai dengan kontrak waktu yang telah disepakati bersama. Sedangkan terminasi akhir terjadi jika klien selesai menyelesaikan seluruh proses keperawatan dan menjalani pengobatan.

Tugas perawat dalam tahap ini adalah:
1.    Mengevaluasi pencapaian tujuan dari interaksi yang telah dilaksanakan (evaluasi objektif).
2.    Melakukan evaluasi subjektif dengan cara menanyakan perasaan klien setelah berinteraksi dengan perawat.
3.    Menyepakati tindak lanjut terhadap interaksi yang telah dilakukan. Tindak lanjut yang disepakati harus relevan dengan interaksi yang baru saja dilakukan atau dengan interaksi yang akan dilakukan selanjutnya. Tindak lanjut dievaluasi dalam tahap orientasi pada pertemuan berikutnya.
3.5       Faktor yang Mempengaruhi Interaksi Perawat dengan Klien
Faktor yang mempengaruhi interaksi perawat dengan klien menurut (Indrawati, 2003 : 21) :
1.             Perkembangan.
2.             Persepsi.
3.             Nilai.
4.             Latar belakang sosial budaya.
5.             Emosi.
6.             Jenis kelamin.
7.             Pengetahuan.
8.             Peran dan hubungan.
9.             Lingkungan.
10.         Jarak.
11.         Citra diri.
12.         Kondisi fisik.






BAB IV
PENUTUP
4.1         Kesimpulan
A.           Hubungan individu dalam keperawatan merupakan mutual humanity dan pada hakekatnya adalah hubungan saling ketergantungan dalam mewujudkan harapan pasien terhadap keputusan tindakan asuhan keperawatan dan perawat secara kolaboratif terlibat pula dalam program tim kesehatan lain. Ada 3 model yang terjadi pada semua hubungan antar manusia, termasuk hubungan antar perawat, dokter, dan pasien yaitu : Model aktivitas pasivitas, model hubungan membantu, dan model partisipasi mutual.
B.            Psikologi dan keperawatan keduanya memiliki tujuan umum yaitu memahami kebutuhan emosional dan biologis pasien mereka. Salah satu cara  meningkatkan psikologi keperawatan adalah dengan membantu perubahan perilaku seseorang, seperti pola pikir mental mereka.
C.            Hubungan perawat dengan pasien adalah suatu wahana untuk mengaplikasikan proses keperawatan pada saat perawat dan pasien berinteraksi untuk terlibat guna mencapai tujuan asuhan keperawatan. Dalam hubungan ini perawat harus melaksanakan perannya serta melindungi hak pasien. Selain itu, perawat juga harus mengaplikasikan karakteristik helper relationship untuk menumbuhkan hubungan terapeutik.
D.           Dalam proses interaksi perawat dengan klien ada 4 fase yaitu : Fase prainteraksi / persiapan, fase introduksi /orientasi, fase kerja, dan fase terminasi.
E.            Faktor yang mempengaruhi interaksi perawat dengan klien menurut adalah : perkembangan, persepsi, nilai, latar belakang sosial budaya, emosi, jenis kelamin, pengetahuan, peran dan hubungan, lingkungan, jarak, citra diri, dan kondisi fisik.
4.2         Saran
Dalam keperawatan terdapat hubungan antar individu yang terjadi antara perawat dengan klien, maupun dengan tim kesehatan lainnya. Hubungan ini dapat berjalan baik bila perawat dapat menjalankan perannya serta menciptakan komunikasi yang hangat dengan pasien. Diharapkan dengan adanya interaksi ini, perawat dapat mencapai tujuan yang diharapkan dari kliennya.

DAFTAR PUSTAKA



0 komentar:

Posting Komentar

 

SHARE D' MOMENT Template by Ipietoon Blogger Template | Gadget Review