“PERUMUSAN
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN”
disusun
untuk memenuhi tugas mata kuliah Konsep Dasar Keperawatan
ANGGOTA
KELOMPOK :
1. ANNISA
RAHMAWATI (1201200018)
2. RISSA
DAMAYANTI (1201200019)
3. TIYAS
YULIANINGSIH (1201200020)
4. ENDY
VILANTY A. (1201200021)
5. SISILIA
TANTRI (1201200022)
6. RIZKA
BERTI PRADANA (1201200023)
7. BAYU
ALFI KURNIA (1201200024)
8. GEMALA
AQILAH W.P (1201200025)
9. NOVI
WIJAYANTI (1201200026)
10. ARIZEKI
ARIVANI (1201200027)
KELAS 1A
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG
PRODI DIII KEPERAWATAN LAWANG
TAHUN AJARAN 2012 / 2013
KATA
PENGANTAR
Syukur alhamdulillah kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
kesempatan kepada penulis dalam menyelesaikan makalah yang berjudul ”Perumusan
Rencana Asuhan Keperawatan” ini, dengan lancar tanpa halangan yang berarti. Makalah ini disusun dengan harapan mampu menambah dan
meningkatkan wawasan penulis pada khususnya dan pembaca pada umumnya. Yaitu
mengenai permasalahan keluarga yang pada umumnya sering
terjadi di sekitar kita dan solusi pemecahannya.
Dalam penyusunan makalah ini, tidak lupa penulis sampaikan terima kasih kepada :
- Bapak
Samsul Bahri selaku dosen mata kuliah Konsep
Dasar Keperawatan.
- Keluarga yang senantiasa mendukung secara moril
maupun materil, dan
- Semua pihak yang secara langsung atau tidak langsung
ikut membantu terselesaikannya makalah ini.
Penulis sangat menyadari bahwa dalam penyusunan
makalah ini masih banyak kesalahan dan kekurangan.
Sehingga kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan untuk kebaikan
di kemudian hari.
Akhirnya, semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua.
Lawang, Oktober 2012
Penulis
III.
PERUMUSAN RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
1.
PRINSIP UMUM
Pengertian rencana asuhan keperawatan :
·
Jenniver dan Mark : Rencana asuhan keperawatan adalah catatan yang ada tentang intervensi
rencana keperawatan.
·
Mayer : Rencana asuhan keperawatan adalah pengkajian yang sistematis, identifikasi
masalah, penentuan tujuan dan pelaksanaan serta cara atau strategi.
·
Rencana asuhan keperawatan adalah petunjuk tertulis
yang menggambarkan secara tepat mengenai rencana tindakan yang dilakukan
terhadap klien. Atau disebut juga suatu pemikiran tentang perumusan tujuan, tindakan dan
penilaian rangkaian asuhan keperawatan pada pasien, berdasarkan analisis
pengkajian agar dapat teratasi masalah kesehatan atau keperawatannya.
·
Perencanaan keperawatan adalah
penyusunan rencana tindakan keperawatan yang akan dilaksanakan untuk
menanggulangi masalah sesuai dengan diagnosa keperawatan yang telah ditentukan
dengan tujuan terpenuhinya kebutuhan pasien. (Pusdiklat, D.III Keperawatan).
·
Rumusan tujuan asuhan keperawatan harus berfokus pada pasien secara jelas,
singkat, dapat diukur
dalam periode tertentu, realistik ditentukan bersama antara perawat dan pasien
(subjek).
2.
PERENCANAAN
A. Tujuan
Tujuan Umum :
1. Sebagai alat komunikasi antara sesama anggota perawat dan antar tim kesehatan lainnya.
2. Untuk meningkatkan kesinambungan asuhan keperawatan terhadap klien.
3. Mendokumentasikan proses dan kriteria hasil asuhan keperawatan yang akan dicapai.
1. Sebagai alat komunikasi antara sesama anggota perawat dan antar tim kesehatan lainnya.
2. Untuk meningkatkan kesinambungan asuhan keperawatan terhadap klien.
3. Mendokumentasikan proses dan kriteria hasil asuhan keperawatan yang akan dicapai.
Tujuan Klinik :
Prioritas
diagnosa evaluasi, mengarahkan kriteria
hasil dan tujuan keperawatan intervensi.
1.
Menyediakan suatu pedoman dalam penulisan.
2. Mengomunikasikan dengan staf perawat, apa yang diajarkan, apa yang diobservasi dan apa yang dilaksanakan.
3. Menyediakan kriteria hasil (outcomes) sebagai pengulangan dan evaluasi keperawatan.
4. Rencana tindakan yang spesifik secara langsung bagi individu, keluarga dan tenaga kesehatan lainnya untuk melaksanakan tindakan.
2. Mengomunikasikan dengan staf perawat, apa yang diajarkan, apa yang diobservasi dan apa yang dilaksanakan.
3. Menyediakan kriteria hasil (outcomes) sebagai pengulangan dan evaluasi keperawatan.
4. Rencana tindakan yang spesifik secara langsung bagi individu, keluarga dan tenaga kesehatan lainnya untuk melaksanakan tindakan.
Tujuan Administratif :
Lebih
fokus, tanggung jawab, independen, perbaikan kualitas askep,
fokus, arah dokumentasi, dan alat komunikasi.
fokus, arah dokumentasi, dan alat komunikasi.
1.
Mengidentifikasi
fokus keperawatan kepada klien atau kelompok.
2.
Membedakan
tanggung jawab perawat
dengan profesi kesehatan lainnya.
3.
Menyediakan
suatu kriteria guna pengulangan dan evaluasi keperawatan.
4.
Menyediakan
kriteria klasifikasi klien.
Tahap perencanaan memberikan kesempatan pada
perawat, klien, keluarga dan orang terdekat untuk merumuskan rencana tindakan
yang bertujuan untuk mengatasi masalah-masalah klien.
B.
Alasan
Rencana Perawatan (Renpra) :
·
Karena
berisi informasi/data penting dan jelas.
·
Masalah
klien dapat diidentifikasi dengan jelas.
·
Dapat
digunakan sebagai pedoman intervensi keperawatan.
·
Sebagai
alat komunikasi antar perawat, tim kesehatan dan klien.
·
Memudahkan
proses keperawatan yang berkelanjutan dalam intervensi dan evaluasi
secara konsisten.
·
Sebagai
dokumentasi khusus untuk keinginan dan hasil yang diharapkan klien/pasien.
C.
Tipe
– Tipe Rencana Perawatan (Renpra) :
Desain renpra secara “tradisional” : yaitu renpra yang
ditulis dan dikembangkan oleh perawat dan ditujukkan terutama pada
pasien-pasien khusus.
Desain renpra yang “standar“ : yaitu renpra yang
ditulis dan dikembangkan oleh komite keperawatan dan digunakan pada pasien umum
→ digunakan untuk terapi dan keperawatan.
D.
Macam-Macam
Standar Rencana Perawatan (Renpra) :
1. Renpra yang berdasarkan diagnosis medis dan prosedur.
2. Renpra berdasarkan diagnosis keperawatan.
3. Renpra dicatat secara komputerisasi.
E. Komponen
Tahap Perencanaan :
1. Membuat prioritas urutan diagnosa keperawatan
Pada pengkajian, perawat menemukan
berbagai masalah pada klien. Setelah merumuskan diagnosa keperawatan untuk
masalah klien, perawat mulai membuat urutan diagnosa keperawatan. Urutan
diagnosa keperawatan tersebut memungkinkan perawat, klien dan orang terdekat
untuk mengatur masalah - masalah klien sesuai dengan urutan kepentingan dan
urgensinya.
Diagnosa keperawatan
diurutkan dengan prioritas tinggi, sedang dan rendah. Perawat, klien, keluarga
dan orang terdekat berfokus pada usaha-usaha mengatasi masalah klien dengan
prioritas tertinggi lebih dulu. Masalah dengan prioritas tinggi mencerminkan
situasi yang mengancam hidup (mis : bersihan jalan nafas ). Masalah dengan
prioritas sedang berhubungan dengan situasi yang tidak gawat dan situasi yang
tidak mengancam hidup klien (mis : higiene individu). Masalah dengan prioritas
rendah tidak berhubungan secara langsung dengan keadaan sakit atau masalah yang
spesifik (mis : masalah kebutuhan sosial klien). Masalah dengan prioritas
tinggi (mis : membuat jalan nafas yang bersih) membutuhkan perhatian yang cepat
sebelum masalah dengan prioritas rendah (mis : memenuhi kebutuhan sosial
klien).
Hirarki kebutuhan dari Abraham Maslow
(1968) membantu perawat untuk memprioritaskan urutan diagnosa keperawatan.
Kerangka hirarki ini termasuk kebutuhan fisiologis dan psikologis. Lima
tingkatan dari hirarki tersebut adalah:
· Fisiologis
· Keselamatan
dan keamanan
· Mencintai
dan memiliki
· Harga
diri
· Aktualisasi
diri
Kebutuhan fisiologis
harus dipenuhi sebelum kebutuhan yang lebih tinggi seperti aktualisasi diri.
Contohnya, orang yang kekurangan makanan akan mencari makanan lebih dulu
sebelum mencari tujuan karirnya.
2.
Membuat
Kriteria Hasil
Kriteria hasil adalah
tujuan dan sasaran yang realistik dan
dapat diukur dimana klien untuk
mencapainya kriteria hasil menggambarkan meteran untuk mengukur hasil akhir
askep. Kriteria hasil merupakan tujuan ke arah mana perawat kesehatan diarahkan
dan dasar untuk rencana askep.
Kriteria
hasil harus konsisten dengan terapi dari tim multidisiplin. Contohnya kriteria
hasil saling berhubungan dengan hasil yang dibuat oleh ahli gizi, ahli terapi
fisik dan okupasi, dokter, pekerja sosial dan yang lainnya. Kriteria hasil
disusun bersama-sama klien, keluarga, dan orang terdekat. Kegagalan klien dan
keluarga dalam menentukan kriteria hasil dan identifikasi hasil yang realistik
mempengaruhi resolusi masalah.
Tujuan, sasaran, dan hasil yang
diharapkan dari klien yang diinginkan adalah sinonim yang mempunyai arti yang
sama sebagai kriteria hasil. Kriteria hasil mengidentifikasi tahapan yang harus
diselesikan klien dalam upaya mencapai kriteria hasil. Kriteria hasil
memberikan arah untuk intervensi keperawatan dan memberikan pondasi untuk
evaluasi askep.
Setiap kriteria hasil membuat kata kerja
yang dapat diukur untuk memudahkan proses evaluasi. Kata kerja yang dapat
diukur menunjukkan tindakan yang dapat dilihat, didengar,dan dirasakan oleh
perawat. Kriteria hasil dituliskan dalam rencana askep. Pada tahap lima, yaitu
tahap terakhir dari proses keperawatan, perawat kembali menuliskan kriteria
hasil untuk mengevaluasi apakah klien telah berhasil mencapai hasil tersebut.
Komponen Pernyataan Kriteria Hasil :
a. Subjek
:
Menunjukkan
siapa yang mencapai kriteria hasil. Mis: Klien, keluarga, atau o rang terdekat dan masyarakat.
b. Kata
kerja yang dapat diukur :
Menunjukkan tindakan, tingkah laku, dan
respon dari klien yang dapat dilihat, didengar , atau diraba, jadi dapat
diukur.
c. Hasil
:
Menunjukkan respon fisiologis, psikologis,
dan gaya hidup yang diharapkan dari klien terhadap intervensi. Klien diharapkan
berespon dalam tingkah laku yang spesifik terhadap intervensi keperawatan
tertentu.
d. Kriteria
:
Mengukur kemajuan klien dalam mencapai hasil. Kriteria
menunjukkan tingkatan kecakapan yang diperlukan untuk menyelesaikan hasil
akhir.
e. Target
waktu :
Menunjukkan
periode waktu tertentu yang diinginkan untuk mencapai kriteria hasil. Batasan
waktu membantu perawat dalam evaluasi. Tahap untuk memastikan apakah kriteria
hasil dicapai dalam periode waktu tersebut.
3.
Menulis
instruksi keperawatan
Instruksi keperawatan
merupakan tindakan-tindakan spesifik yang diimplementasikan oleh perawat untuk
membantu klien dalam mencapai kriteria hasil. Instruksi keperawatan menunjukkan
tindakan yang spesifik, dapat diukur, dapat diamati dan realistik yang
dilakukan oleh perawat. Instruksi keperawatan, tindakan keperawatan, dan
intervensi keperawatan merupakan istilah yang dapat dipertukarkan
penggunaannya.
A. Komponen
Instruksi Keperawatan :
· Tanggal
: Hari, bulan dan tahun ditulis pada rencana askep oleh perawat.
· Kata
kerja yang dapat diukur : Merupakan tindakan perawat yang dapat dilihat, dirasa
dan didengar.
· Subjek
: Menunjukkan siapa yang menerima tindakan perawatan.
· Hasil
: Menunjukkan hasil yang dituju dari tindakan perawat.
· Target waktu : Menunjukkan periode dimana
perawat mengimplementasikan instruksi keperawatan.
· Tanda
tangan : Membuktikan kebenaran instruksi keperawatan.
B. Tipe
Instruksi Keperawatan:
• Diagnostik
Mengkaji kemajuan klien ke arah pencapaian
kriteria hasil dengan pemantauan aktivitas klien secara langsung. Instruksi
diagnostik dapat digunakan untuk mengumpulkan informasi dalam upaya untuk
mengisi informasi yang kurang.
• Terapeutik
Menunjukkan
tindakan oleh perawat yang secara langsung mengurangi, memperbaiki atau
mencegah ekserbasi masalah.
• Penyuluhan
Meningkatkan perawatan diri klien dengan
membantu individu untuk memperoleh tingkah laku baru yang mempermudah resolusi
masalah klien. Instruksi penyuluhan menekankan partisipasi klien untuk
bertanggungjawab terhadap perawatan diri.
• Rujukan
Menekankan peran perawat sebagai
koordinator dan manajer dalam perawatan klien dalam anggota tim perawat
kesehatan.
3.
CONTOH RUMUSAN RENCANA ASUHAN
KEPERAWATAN
NO
|
DIAGNOSA KEPERAWATAN
|
TUJUAN
|
PERENCANAAN
|
1
|
Gangguan
perfusi jaringan berhubungan dengan melemahnya / menurunnya aliran darah ke
daerah gangren akibat adanya obstruksi pembuluh darah.
|
mempertahankan
sirkulasi perifer tetap normal
Dengan Kriteria
Hasil :
- Denyut
nadi perifer teraba kuat dan reguler
- Warna kulit sekitar luka tidak pucat/sianosis - Kulit sekitar luka teraba hangat. - Oedema tidak terjadi dan luka tidak bertambah parah. - Sensorik dan motorik membaik |
1. Ajarkan pasien untuk melakukan
mobilisasi
2. Ajarkan tentang faktor-faktor yang
dapat meningkatkan aliran darah :
Tinggikan kaki sedikit lebih rendah dari jantung ( posisi elevasi pada waktu istirahat ), hindari penyilangkan kaki, hindari balutan ketat, hindari penggunaan bantal, di belakang lutut dan sebagainya.
3. Ajarkan tentang modifikasi
faktor-faktor resiko berupa :
Hindari diet tinggi kolestrol, teknik relaksasi, menghentikan kebiasaan merokok, dan penggunaan obat vasokontriksi
4. Kerja sama dengan tim kesehatan
lain dalam pemberian vasodilator, pemeriksaan gula darah secara rutin dan
terapi oksigen ( HBO ).
|
2
|
Gangguan
integritas jaringan berhubungan dengan adanya gangren pada ekstrimitas
|
Tercapainya
proses penyembuhan luka.
Kriteria
Hasil :
1.Berkurangnya
oedema sekitar luka.
2. pus dan jaringan berkurang 3. Adanya jaringan granulasi. 4. Bau busuk luka berkurang. |
5. Kaji luas dan keadaan luka serta
proses penyembuhan
6. Rawat luka dengan baik dan benar :
membersihkan luka secara abseptik menggunakan larutan yang tidak iritatif,
angkat sisa balutan yang menempel pada luka dan nekrotomi jaringan yang mati.
7. Kolaborasi dengan dokter untuk
pemberian insulin, pemeriksaan kultur pus pemeriksaan gula darah pemberian
anti biotik.
|
3
|
Gangguan
rasa nyaman ( nyeri ) berhubungan dengan iskemik jaringan.
|
Rasa nyeri
hilang/berkurang
Kriteria Hasil :
1.Penderita
secara verbal mengatakan nyeri berkurang/hilang .
2. Penderita dapat melakukan metode atau tindakan untuk mengatasi atau mengurangi nyeri . 3. Pergerakan penderita bertambah luas. 4. Tidak ada keringat dingin, tanda vital dalam batas normal.( S : 36 – 37,5 0C, N: 60 – 80 x /menit, T : 100 – 130 mmHg, RR : 18 – 20 x /menit ). |
8. Kaji tingkat, frekuensi, dan
reaksi nyeri yang dialami pasien.
9. Jelaskan pada pasien tentang
sebab-sebab timbulnya nyeri.
10. Ciptakan lingkungan yang tenang.
11. Ajarkan teknik distraksi dan
relaksasi.
12. Atur posisi pasien senyaman
mungkin sesuai keinginan pasien
13. Lakukan massage dan kompres luka
dengan BWC saat rawat luka.
14. Kolaborasi dengan dokter untuk
pemberian analgesik.
|
0 komentar:
Posting Komentar